Mesya terbangun ketika suara alarm berbunyi nyaring di samping telinganya. Sejujurnya Mesya sedang malas bangun pagi. Entah kenapa tubuhnya terasa sangat lelah.
Jika Mesya tidak kunjung bangun dan mematikan alarm, biasanya Adrel akan mencari sumber bunyi itu dan mematikannya. Membiarkan Mesya tetap tidur sambil memeluk dirinya. Sayang sekali, hari ini Adrel malah sudah bangun lebih dulu. Mesya sampai mengernyitkan dahinya ketika tidak menemukan suaminya ada di kamar.
Memangnya ini sudah pukul berapa?
Dibanding dengan Mesya, Adrel jelas lebih sering bangun siang. Tapi begitu menyadari jika suaminya tidak ada di dalam kamar, Mesya tentu langsung bangkit untuk mematikan alarm ponselnya.
Mesya duduk di pinggir tempat tidurnya untuk beberapa saat. Mesya memiliki darah rendah yang bisa membuatnya kehilangan keseimbangan jika dia langsung berdiri setelah bangun tidur.
Sudah terlalu sering Mesya tiba-tiba terjatuh ketika dia berjalan sesaat setelah bangkit berdiri. Semua itu membuat Mesya harus membiasakan diri untuk duduk beberapa saat setelah dia bangun.
Mata Mesya bergerak untuk melihat jika sekarang baru pukul 5 pagi. Kenapa Adel sudah bangun?
Akhirnya Mesya memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar. Mencoba mencari keberadaan suaminya yang tidak ada ketika dia membuka mata.
Tidak, Adrel jelas tahu jika salah satu hal yang sangat Mesya sukai adalah bangun tidur sambil menatap pria itu. Adrel tidak pernah bangun lebih dulu karena dia sangat tahu apa yang Mesya sukai.
Lalu, sekarang ada di mana suaminya itu?
Tempat pertama yang Mesya coba datangi adalah dapur. Mesya melangkahkan kakinya dengan pelan menuju lantai satu sambil bersenandung ringan. Salah satu hobi Mesya adalah bernyanyi. Tapi sayangnya Mesya tidak bisa bernyanyi dengan benar. Suara Adrel jelas jauh lebih bagus dari Mesya.
Melihat Adrel yang sedang sibuk dengan wajan dan juga beberapa peralatan dapur lainnya membuat Mesya tidak jadi mengacaukan pekerjaan pria itu.
Sebagai seorang suami, Adrel tidak pernah mengeluh jika dia harus melakukan beberapa pekerjaan Mesya. Pria itu sering menawarkan diri untuk membantu Mesya menyapu dan mengepel. Kadang juga Adrel yang menjemur pakaian.
Banyak pekerjaan yang dilakukan oleh Adrel sekalipun pria itu juga bertugas untuk mencari nafkah.
Begitulah kehidupan, Adrel adalah jawaban dari semua doa Mesya yang selalu menginginkan memiliki suami yang baik. Ya, bertahun-tahun setelah setiap malam Mesya harus menangis dan memohon, akhirnya Tuhan membuka mata Mesya sehingga dia bisa melihat mana orang yang cocok dan sesuai dengan doanya selama ini.
Adrel tidak pernah menuntut Mesya untuk menjadi seperti yang pria itu mau. Adrel selalu melakukan dan memberikan yang terbaik untuk Mesya. Padahal, sepanjang menjadi istri Adrel, sering kali Mesya masih melakukan kesalahan.
Untunglah suaminya tidak pernah tidak pernah menuntut Mesya menjadi wanita kota yang cantik dan modern. Adrel memang sering mendukung Mesya untuk belajar menggunakan make up, tapi jika memang Mesya tidak mau, Adrel juga tidak pernah memaksa.
Wanita kota kebanyakan sangat cantik dan memiliki tubuh yang bagus. Kadang Mesya juga merasa minder jika melihat mereka. Tapi, lagi-lagi Adrel membuat Mesya kembali percaya dengan pria itu. Barang satu kali saja, selama ini Adrel tidak pernah menghianati kepercayaan Mesya. Tidak, pria itu selalu menjaga hati Mesya dengan sangat baik.
“Wah, tuan putri sudah bangun?” Justru Adrel yang lebih dulu menyapa ketika Mesya sedang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding dekat pintu.
Adrel menatap Mesya sambil tersenyum, pria itu juga sedang membawa sepiring nasi goreng yang terlihat sangat menggoda dengan uap yang masih mengepul di udara.
Sarapan khas Adrel, nasi goreng dengan telur mata sapi yang akan meleleh di lidah.
Mesya tahu, Adrel selalu memberikan kejutan kecil yang membuat Mesya merasa snagat berharga.
Dibanding Adrel yang selalu saja hampir sempurna di segala situasi, Mesya tentu sering merasa tidak pantas untuk bersanding dengan pria itu. Tapi Adrel selalu membuat Mesya merasa sangat dicintai.
“Kamu bangun jam berapa? Ini masih pagi tapi nasi gorengnya udah siap?” Tanya Mesya sambil menerima piring berisi nasi goreng. Wanita itu tersenyum ketika melihat tataan nasi goreng yang sering dia dapatkan dari Adrel.
Menjadi seorang istri tidak lantas membuat Mesya diperlakukan sebagai seorang pembantu yang harus menyiapkan segala hal di rumah ini. Tidak, Adrel bahkan sering mengatakan agar mereka memiliki pembantu yang datang setiap hari agar Mesya tidak perlu melakukan pekerjaan rumah apapun. Tapi, jika tidak melakukan pekerjaan rumah, Mesya mau melakukan apa?
Tidak ada satupun kesibukan yang bisa Mesya lakukan kecuali membersihkan rumah ketika pembantu tidak datang.
Ah, andai saja Mesya sudah memiliki anak..
“Aku nggak bisa tidur dari jam 4 pagi. Jadi aku bangun terus masak buat kamu..” Adrel mendekatkan dirinya dan mencuri satu kecupan di dahi Mesya. Lagi-lagi, tanpa alasan yang jelas Adrel kembali menunjukkan rasa cintanya.
Mesya tersenyum. Kakinya melangkah menuju meja kecil yang ada di dekat dapur. Meletakkan sepiring nasi goreng lalu mulai menyendokkan ke dalam mulutnya. Merasakan masakan buatan Adrel yang rasanya selalu khas di lidah Mesya. Adrel pandai memasak. Pria itu juga bisa bernyanyi dan memainkan beberapa alat musik. Adrel sukses dalam karir dan pekerjaannya.
Astaga, Mesya ternyata memiliki suami yang sangat sempurna.
“Ini enak banget!” Mesya meletakkan sendoknya sekilas untuk mengajak Adrel bergabung dengannya. Kebiasaan Adrel dan Mesya jika mereka sarapan pagi. Makan dengan piring yang sama dan saling berbagi sendok yang sama. Kadang saling tertawa karena berebut lauk yang memang dibuat hanya sedikit oleh Adrel.
Momen kecil yang harus selalu dilakukan oleh pasangan suami istri agar mereka tidak kehilangan kedekatan.
Mesya selalu bersyukur karena mereka tetap memiliki kedekatan seperti ini.
“Sya?”
Mesya mengangkat kepalanya, menatap Adrel yang sepertinya sedang ingin berbicara serius.
Mesya mengernyitkan dahinya. Melihat ada sesuatu yang aneh dengan Adrel.
“Kenapa?” Tanya Mesya sambil meletakkan sendok yang dia genggam.
Adrel menghela napas pelan, sepertinya pria itu sedikit bingung dengan apa yang akan dia katakan.
Mesya menunggu Adrel, tatapan wanita itu menelusuri raut wajah Adrel yang terlihat cemas.
Apa.. apa yang sebenarnya terjadi?
“Aku rasa kamu benar. Ada yang salah dengan Mbak Dira.”
Mesya semakin mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang dikatakan oleh Adrel?
Ini mengenai Dira?
Apa yang salah dengan Dira?
Untuk sesaat Mesya jadi merasa sedikit gelisah. Apa yang sudah dilihat oleh Adrel?
Kemarin ketika Mesya mengantarkan handuk untuk Dira, dia melihat dengan jelas jika Dira mematikan lampu kamarnya dan lebih memilih menggunakan cahaya lilin yang diletakkan di atas lantai. Sejak saat itu, Mesya melihat dengan jelas jika ada sesuatu yang salah, yang jelas disembunyikan oleh Dira.
Apa Adrel juga melihat keanehan itu?
Rasanya memang sangat masuk akal jika Dira mengalami gangguan mental karena merasa sangat tertekan dengan masalahnya. Tapi, sebagai seorang adik, Mesya jelas tahu beberapa hal mengenai Dira. Mesya tahu jika Dira bisa melakukan apapun untuk bisa kembali mendapatkan apa yang dia inginkan. Masalahnya, cara apa yang wanita itu pilih? Bagaimana jika Dira memilih cara yang salah?
Manusia selalu memiliki dua pilihan dalam hidup. Ada yang benar, ada yang salah.
Kadang untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkan, manusia tidak akan segan melakukan hal yang salah. Mencari cara yang lebih mudah dengan hasil yang dikira akan sama. Padahal, dibalik itu semua, akan ada akibat yang diterima.
Bagaimana dengan Dira? Cara mana yang dipilih wanita itu?
Karena jujur saja, hanya dengan melihat mata Dira, Mesya tahu jika wanita itu merasa sangat gelisah karena perceraiannya dengan Damar.
Mesya tahu jika dua orang yang sudah hidup dalam ikatan pernikahan tidak akan bisa dengan mudah menerima perpisahan, Mesya jelas sangat menyadari keadaan kakaknya saat ini. Tapi, Dira sedikit berbeda dengan manusia lain. Dira adalah orang yang pertama kali jatuh cinta dan mengejar Damar agar mereka bisa menikah,.
Mesya tahu bagaimana kelakuan kakaknya yang hampir kehilangan rasa malunya hanya untuk selalu mendapatkan perhatian dari Damar.
Awalnya Mesya merasa jika Dira akan menyerah karena tidak akan berhasil. Tapi, secara tiba-tiba wanita itu pulang dan mengatakan pada ibu dan bapak kalau dia ingin menikah dengan Damar. Mesya ingat hari itu, ketika kedua orang tuanya marah dan melarang Dira berhubungan dengan Damar. Mesya masih mengingat itu semua. Raut bahagia Dira setelah dia berhasil mengancam kedua orang tuanya agar bisa mendapatkan izin untuk menikah dengan Damar.
Entahlah, saat itu Mesya merasa sangat bingung kenapa kakaknya sanga mencintai pemuda yang sebenarnya tidak memiliki kelebihan apapun. Damar memang terlihat seperti pemuda pada umumnya, tapi jelas ada banyak perbedaan yang sangat mencolok dengan Damar. Pemuda itu, dia sering sekali membuat masalah di desa. Mulai dari mencuri, menggunakan n*****a, juga sifatnya yang buruk karena sering berganti perempuan hanya dalam satu malam.
Bahkan, Mesya juga tahu jika kakaknya adalah salah satu perempuan yang pernah menghabiskan malam dengan Damar.
Lalu, apa yang membuat Dira tetap jatuh cinta pada seorang pemuda b******k seperti Damar?
Sejak dulu, harusnya Mesya tahu jika ada yang salah dengan kakaknya itu.
“Apa.. apa yang kamu lihat?” Tanya Mesya. Entah kenapa sepiring nasi goreng buatan Adrel kini tidak lagi menarik. Mesya lebih ingin tahu mengenai Dira.
Mesya tidak ingin Adrel melihat sesuatu yang tidak pantas mengenai Dira. Bagaimanapun juga, Mesya tetap tidak ingin kalau Adrel berpikiran buruk mengenai Dira.
Tidak, Dira mungkin hanya sedang dalam masalah sehingga dia melakukan hal yang aneh. Sayangnya, kelakuan Dira kemarin saat mereka makan malam bukanlah hal yang bisa diwajarkan. Ada sesuatu yang salah dengan wanita itu.
Mesya menghela napas pelan. Dia bingung harus mengatakan apa pada Adrel. Ada banyak hal yang sedang berjalan di pikiran Mesya. Tapi, Mesya merasa ragu untuk menyampaikan semua itu pada Adrel.
Ada banyak hal yang sekarang mengganggu pikiran Mesya. Dia tidak terbiasa menyimpan rahasia dari Adrel. Semenjak mereka menikah, mereka berjanji untuk tidak saling menutupi masalah satu sama lain. Tapi sekarang, Mesya sedang mengingkari janji itu.
Untuk yang pertama kalinya Mesya merasa sangat cemas. Dia takut kalau Adrel mengetahu apa yang sedang dia pikirkan. suaminya itu pasti akan sangat kecewa setelah tahu Mesya mengingkari janjinya sendiri. Masalahnya, saat ini Mesya juga sedang tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan.
“Dia mungkin memang lagi terjebak dalam masalah ini. kita harus bantu dia, Sya”
Mesya menganggukkan kepalanya. Benar, dia memang harus membantu Dira. Sebagai seorang keluarga, Mesya juga memikirkan masalah Dira. Tapi, apa yang bisa dia lakukan jika Dira sendiri tidak memberi tahu apa saja yang sedang menjadi masalahnya? Dira hanya mengatakan jika dia sangat terpukul dengan keadaan pernikahannya saat ini.
Jika masalah perceraian, Mesya dan Adrel jelas tidak akan bisa membantu. Urusan rumah tangga Dira, Mesya tidak bisa ikut campur sesuka hatinya. Tapi, kemungkinan ada satu masalah lain yang masih disembunyikan oleh Dira.
Tidak, Mesya tidak akan bisa membiarkan Dira bergelung dengan masalahnya sendiri.
Bertahun-tahun mereka memang terpisah dengan ego masing-masing. Lalu, ketika Dira mendapat masalah, wanita itu kembali datang. meminta agar Mesya membantunya untuk menenangkan diri. Tidak masalah, Mesya menerima kehadiran Dira sekalipun selama berhari-hari sebelumnya Mesya selalu merasa ragu.
Setelah melihat wanita itu ada di dekatnya, kembali mengingat kenangan ketika mereka masih remaja, masih tinggal di rumah yang sama, Mesya kembali ingin menerima kakaknya dengan baik. Ingin memperlakukan Dira dengan baik agar kedepannya mereka bisa kembali berhubungan baik lagi.
“Apa yang harus aku lakuin untuk bantu dia?” Tanya Mesya.
Sepertinya hari ini Mesya harus menghabiskan waktunya dengan memikirkan masalah Dira. Tidak, Mesya juga tidak akan sanggup jika dia harus melihat perilaku aneh yang Dira tunjukkan padanya mengingat jika wanita itu akan menetap di tempat ini selama beberapa hari. bahkan Dira berencana untuk tinggal di sini selama dua minggu.
14 hari dengan kelakuan aneh Dira, Mesya tentu tidak akan sanggup.
Bagaimana jika Dira semakin parah?
Melihat cara Dira makan tadi malah, Mesya tentu memikirkan itu semua.
Ada yang salah dengan kakaknya, tapi Mesya tidak tahu harus melakukan apa.
Lalu sekarang Darel juga membicarakan keanehan Dira. Ini mungkin saat yang sangat tepat bagi Mesya untuk menceritakan apa saja yang dia rasakan sejak Dira datang ke rumah ini. Tapi, menceritakan hal buruk tanpa memiliki bukti, Mesya tentu tidak bisa.
Harus ada bukti yang benar-benar mendukung dengan perasaannya yang terus terasa tidak nyaman. Dira seperti membangkitkan satu hal yang sama sekali tidak Mesya ketahui. Yang pasti, sejak pertama wanita itu menginjakkan kakinya di rumah, Mesya merasakan ada hal berbeda yang tidak dia kenali sebelumnya.
“Kita harus pulang ke desa”
Mesya mengernyitkan dahinya, Apa hubungannya dengan pulang ke desa?
“Ke desa?” Mesya bertanya sambil menatap bingung ke arah Adrel. Apa yang sebenarnya Adrel rencanakan.
Jika dalam hal medis, di tempat ini jelas jauh lebih baik dari pada di desa. Lalu, apa yang Adrel cari dengan pulang ke desa?
Sebenarnya ini sangat tidak masuk akal, tapi.. Adrel jelas memiliki alasan di balik usulan yang dia utarakan. Dibanding langsung menyangkal, Mesya lebih memilih mendengarkan alasan Adrel.
“Iya, ke desa. Aku pikir dia.. dia pasti juga butuh keluarga yang lain. Mungkin keluarga kandungnya juga..”
Mesya bersumpah jika dia melihat keraguan di mata Adrel. Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan oleh pria itu? Mesya takut saat ini bukan hanya dia saja yang mencoba untuk menyembunyikan sesuatu, tapi Adrel juga.
“Adrel, aku rasa Mbak Dira nggak akan siap menghadapi keluarga yang di desa.. Kamu tahu sendiri bagaimana keadaan saat itu”
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Adrel. Tapi Mesya sangat yakin jika sama seperti dirinya, Adrel juga sedang menyembunyikan sesuatu.
“Sya, dia aja mau memperbaiki hubungan dengan kamu. Masa dia nggak mau memperbaiki hubungan sama keluarga besar yang lain?”
Mesya mengerjapkan matanya. Apa yang dikatakan oleh Adrel memang ada benarnya. Tapi, apa Dira siap diajak pulang ke desa?
Di desa ada banyak sekali kenangan. Wanita itu pasti akan mengingat pernikahannya dengan Damar jika mereka kembali ke desa. Belum lagi keluarga besar yang nanti akan bertanya ketika melihat Dira kembali pulang setelah apa yang dilakukan oleh wanita itu bertahun-tahun lalu.
“Mbak Dira mau diajak pulang? Gimana kalau dia malah semakin tertekan sama keluarga yang ada di desa?” Tanya Mesya.
Apa yang dikatakan oleh Adrel memang ada benarnya. Menghadapi masalah yang membuat kita tertekan bisa dilakukan dengan cara memperbaiki semua hubungan. Mengurangi sedikit demi sedikit masalah yang membelenggu kita. Lagi pula, Dira sudah sangat lama tidak pulang ke desa. Wanita itu pasti akan senang jika bisa kembali dan bertemu dengan keluarga yang lain. Tapi, apa Dira siap?
Tahun lalu ketika Mesya pulang ke desa, masih ada beberapa saudaranya yang mengingat kelakuan buruk Dira di pemakanan orang tuanya. Entah apa yang terjadi kalau mereka sampai melihat Dira kembali ke desa bersama dengan Mesya.
Orang mungkin akan banyak yang berbicara buruk tentang Dira, tapi Mesya juga yakin jika akan tetap ada orang yang mau memuji Dira yang mengakui kesalahannya dan mencoba memperbaiki hubungan keluarga.
Ya, Mesya tahu itu.
“Sya, coba kamu pikir, dia sudah tiga tahun nggak ketemu sama orang tua kandungnya sendiri. Kalau mau pulang, dia pasti ngerasa malu. Orang desa juga pasti banyak yang bakal ngomong nggak enak tentang dia..” Adrel menatap Mesya dengan pandangan yang seakan meyakinkan. Mesya menghela napas pelan. Dia bingung. Apa mungkin Dira mau diajak pulang ke desa hanya untuk menemui orang tua kandungnya padahal dulu saat mereka masih tinggal di desa yang sama saja Dira sangat jarang bertemu dengan orang tuanya.
Lagi pula, membawa Dira ke desa artinya Mesya harus memberi tahu ke semua keluarga mengenai masalah Dira hingga wanita itu akhirnya menghubungi Mesya.
Inilah yang sulit, Mesya tidak tahu harus mengatakan apa. Jujur saja, beberapa keluarga sudah mengatakan pada Mesya agar Mesya tidak perlu lagi berhubungan dengan Dira. Ya, sekitar setahun lalu saat Mesya pulang ke desa, keluarga besar berkumpul dan mereka menasehati Mesya. Apa yang dilakukan oleh DIra sudah benar-benar kelewatan sehingga banyak orang yang merasa kecewa.
Tapi, yang paling tersakiti dalam masalah saat itu adalah Mesya sendiri. Jika Mesya sudah berusaha untuk memaafkan dan menerima kakaknya kembali, kenapa keluarga yang lain tidak?
Astaga, Mesya bersikap egois dengan memikirkan apa yang orang lain akan katakan. Masalahnya, semua orang juga akan tetap mengatakan apapun yang mereka inginkan. Kadang kalimat mereka memang menyakitkan. Tapi, Mesya bisa melakukan apa? Tangannya kurang banyak untuk menutup mulut orang yang sering berkata kalimat menyakitkan. Jadi, yang paling efektif untuk dilakukan adalah menutup telinga dari omongan orang.
Semua orang punya mulut masing-masing, mereka berhak berbicara apapun yang mereka inginkan. Tapi begitu juga dengan Mesya, Mesya punya hidupnya sendiri sehingga dia juga bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
“Tapi Sya, kalau Mbak Dira datang sama kamu, kemungkinan nggak akan ada yang berani bicara nggak enak. Mereka pasti lebih menghormati pilihan kamu untuk menerima Mbak Dira lagi”
Mesya menganggukkan kepalanya. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Adrel.
Pria itu ingin agar selain berdamai dengan Mesya, Dira juga memperbaiki hubungannya dengan keluarga yang lain. Adrel ingin Dira kembali dan meminta maaf atas kelakuannya yang buruk di masa lalu. Lagi pula Dira juga masih memiliki kedua orang tua kandung yang masih hidup, sudah lama juga wanita itu tidak pulang ke desa karena ikut dengan suaminya pergi ke luar kota setelah apa yang mereka lakukan di hari kematian orang tua Mesya.
Mungkin inilah maksud Adrel. Sebelum Dira membereskan masalah yang membelenggunya saat ini, Dira harus menyelesaikan masalahnya di masa lalu. Masalah harus setelah dari akarnya. Semuanya harus tuntas agar Dira bisa hidup dengan tenang. Ya, sekalipun Mesya sangat yakin jika Dira akan mengalami banyak kesulitan karena wanita itu masih belum bisa melepaskan Damar.
Sebenarnya Mesya sangat ingin tahu apa yang menjadi alasan wanita itu bercerai dari Damar. Tapi, selagi Dira tidak mau memberitahu, Mesya juga tidak akan bertanya. Jika memang Dira ingin membagi akar masalah dalam rumah tangganya, barulah Mesya akan mendengarkan.
“Apa Mbak Dira mau pergi ke desa?” Tanya Mesya.