Bab 19

2527 Kata
Mesya berjalan mengikuti Adrel ketika pria itu baru pulang dari kantor. Mama juga masih ada di rumah ini dan sedang duduk di keluarga yang kebetulan juga memiliki ranjang kecil. Untung saja selain kamar tamu, masih ada satu ruangan kosong yang bisa digunakan istirahat oleh mertuanya. “Kata Mama dia juga lihat ada sesuatu yang nggak beres dengan Mbak Dira” Begitu mereka masuk ke dalam kamar, Mesya langsung menyampaikan sesuatu yang sudah mengganjal di dalam hatinya sejak pagi. Adrel harus tahu apa yang Mesya lihat, juga yang Mama lihat. Pria itu tidak bisa langsung memutuskan apa yang dia kita baik untuk Dira. Sebagai adiknya, Mesya juga berhak memutuskan apa yang sebenarnya cocok untuk membuat Dira menjadi lebih baik. Datang ke desa bersama dengan Dira yang sedang memiliki banyak masalah tentu bukan solusi yang tepat. Bisa saja di sana Dira malah semakin merasa tertekan. “Mama? Ngomong apa Mama?” Adrel bertanya begitu mereka masuk ke dalam kamar. Biasanya Mesya akan menunggu hingga Adrel selesai mandi, barulah mereka akan berbicara. Tapi, saat ini Mesya tentu tidak bisa menunggu lagi. Dia sudah menunggu selama satu hari untung mengatakan perasaannya yang gundah. Entahlah, Mesya memang curiga pada suaminya. Tapi, mau bagaimana lagi? Mesya tentu juga tidak bisa asal bicara sehingga nanti malah menimbulkan masalah lagi. Tidak, sebagai seorang istri, Mesya tentu tahu bagaimana caranya berbicara agar tidak menyinggung suaminya. Lagi pula Adrel juga baru pulang kerja, pria itu pasti sedang sangat lelah. Mereka harus mulai berbicara dari hal yang ringan lebih dulu. “Tadi pagi aku ketuk pintu kamar Mbak Dira berkali-kali. Tapi dia nggak jawab. Setelah Mama dateng, Mbak Dira baru keluar. Dia melakukan sesuatu yang nggak sopan sehingga akhirnya aku tegur dia. Mama diem saja karena sebenernya dia lihat sesuatu yang lain” Mesya menatap Adrel yang sedang mengernyitkan dahinya. Pria itu terlihat gelisah dan khawatir di saat yang bersamaan. Benar, sepertinya Adrel memang menyembunyikan sesuatu. Tapi, apa? Kenapa Adrel menyembunyikan hal yang berhubungan dengan Dira padahal Mesya adalah adik dari wanita itu? Lagi pula, untuk apa juga Adrel bermain rahasia seperti ini? Jujur saja, sejak Dira dan Mesya terlihat percekcokkan tadi pagi, sampai sekarang Dira belum keluar dari kamarnya. Siang tadi Mesya kembali mengetuk pintu kamar Dira untuk membawakan makanan, tapi lagi-lagi Dira tidak menyahuti. Wanita itu diam saja.. Karena tidak ingin semakin kesal, akhirnya Mesya meninggalkan makanan itu di atas meja yang ada di dekat pintu kamar Dira. Sepertinya sampai saat ini Dira tetap tidak mengambil makanan itu. Apa dia tidak lapar? Sebagai tuan rumah, apalagi juga Mesya yang mengizinkan kakaknya datang ke sini, Mesya tentu tidak akan memperlakukan kakaknya dengan buruk. Selagi Mesya bisa, dia akan tetap berlaku baik pada Dira. Tapi sayangnya, hari ini Dira kembali membuat masalah. Mesya sebenarnya sudah diberi tahu oleh Mama agar jangan terpancing dengan Dira. Kondisi kejiwaan wanita itu sepertinya sedang tidak baik. Tapi, siapa yang tidak akan kesal dengan tingkah Dira yang seperti tadi? Mesya merasa sangat malu pada Mama mertuanya, Dira membuat Mesya kehilangan muka. Sayangnya, setelah ditegur, Dira tetap tidak menyadari kesalahannya. Apa wanita itu tidak sadar jika dia sedang tinggal di rumah Mesya? “Sya, aku kan udah bilang sama kamu, jangan ganggu Dira dulu” Mesya yang ganti menatap Adrel dengan pandangan tidak percaya. Apa yang dikatakan oleh suaminya ini? Mesya tidak sedang dalam posisi yang salah sehingga dia bisa disalahkan seperti ini. Mesya hanya tidak suka jika kakaknya bersikap tidak sopan karena dengan usia yang sudah jauh dari kata dewasa, seharusnya Dira tahu apa yang harus dia lakukan. Bertingkah tidak sopan pada orang yang penting bagi Mesya, itu tentu bukan perilaku yang baik. Dira bukan anak kecil yang harus diberi tahu apa saja yang harus dia lakukan. Mesya sangat tahu jika kedewasaan tidak akan bisa diukur dari usia. Tapi, sekalipun masih muda juga semua orang tetap akan tahu kalau kita harus hormat pada orang yang lebih tua. Tidak boleh bersikap tidak sopan sekalipun orang itu kadang tidak melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan. Mama menerima Mesya dengan sangat baik sekalipun kalau dilihat dari latar belakang pendidikan, Mesya jelas kalah jauh dengan keluarga Adrel. Tapi Mama tidak pernah merendahkan Mesya. Itulah kenapa, melihat kakaknya melakukan hal yang tidak benar, Mesya jadi merasa sangat emosi. “Aku ngak ganggu dia. Kenapa kamu malah nyalahin aku?” Mesya menatap Adrel dengan pandangan tidak percaya. Apa yang dilakukan Adrel sungguh di luar dugaan Mesya. Ya ampun, apa mereka harus bertengkar hanya karena masalah Dira? “Sya, aku jelas nggak nyalahin kamu..” Adrel menghela napasnya, tampak sangat frustasi dengan keadaan yang ada. Sebagai istri, Mesya jelas sangat tahu jika saat ini Adrel sedang banyak sekali pikiran. Tapi kenapa pria itu tidak mau membaginya dengan Mesya? Mereka suami istri, sudah seharusnya mereka berbagi segala hal. Ah, mengingat jika Mesya juga menyembunyikan sesuatu dari Adrel, rasanya semua ini akan semakin sulit. Satu-satunya cara adalah dengan duduk berdua lalu mengatakan apa saja yang menjadi beban pikiran masing-masing. Ada banyak sekali hal yang ingin Mesya beri tahu pada Adrel, tapi Mesya tidak mengerti bagaimana caranya dia mengatakan semua ini pada suaminya. Mesya merasa khawatir tanpa sebab yang jelas.. Mesya menghela napas pelan. Ada Dira dan juga Mama yang masih ada di rumah mereka, sangat tidak memungkinkan jika mereka bertengkar di saat seperti ini. Mesya tahu jika mereka juga bertengkar untuk hal yang sangat  tidak penting. Oh ya ampun, ini benar-benar tidak masuk akal. Mesya dan Adrel sangat jarang berselisih. Saat ini Mesya merasa jika emosinya sangat berantakan. Ada sesuatu yang terus membuatnya merasa ingin marah dan menangis di waktu bersamaan. Apa benar hanya karena masalah Dira mereka bisa seperti ini? On ya ampun, Mesya jadi merasa sangat bersalah. Tidak, mereka tidak bisa bertengkar hanya karena masalah sepele. “Oke, kamu mandi aja. Mau aku buatin kopi? Atau teh?” Mesya memilih mengalah. Tidak ada gunanya juga mereka melanjutkan semua ini. yang ada mereka akan semakin bertengkar dan merusak suasana. Tidak, mereka bahkan sama-sama tidak tahu apa yang sedang mereka permasalahkan. Astaga, Mesya harus belajar untuk mengendalikan emosinya yang terasa sangat tidak terkontrol belakangan ini. “Sya?” Adrel menggenggam tangan Mesya sambil menatap wanita itu. Mesya menghela napas lalu tersenyum. Tidak, mereka tidak bisa bertengkar hanya karena masalah yang tidak berguna. Jika diteruskan, maka mungkin mereka akan semakin bertengkar. Mesya bukan tipe orang yang mudah untuk menyembunyikan perasaannya. Jika ada sesuatu yang terjadi padanya, kemungkinan orang lain akan melihat sesuatu yang salah pada mata Mesya. Mama sedang ada di rumah, Mesya tidak ingin membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Sepertinya pembicaraan ini harus selesai dan kembali di lanjutkan saat Mesya sudah benar-benar siap mengatakan apa yang dia pikirkan mengenai Dira. “Kamu mau kopi?” Mesya kembali bertanya. Jika seperti ini, Mesya jadi mengingat ketika mereka baru menikah. Mereka bertengkar dan Mesya mencoba mengalihkan perhatian Adrel dengan cara menawarkan segelas kopi. Ah, ternyata semua itu sudah lama berlalu. “Aku tahu kamu merasa kalau aku menyembunyikan sesuatu” Mesya mengernyitkan dahinya ketika mendengar apa yang Adrel katakan. “Tapi Sya, ada beberapa hal yang mungkin akan lebih baik kalau kamu nggak tahu” Saat itu juga Mesya menghempaskan tangannya yang sedang di genggam oleh Adrel. Apa yang pria itu katakan? Jadi dia benar menyembunyikan sesuatu? “Aku nggak berharap akan mendengar ini dari kamu. Kita sama-sama janji, Rel..” Mesya menatap Adrel dengan pandangan tidak percaya. Hal mana yang disembunyikan oleh Adrel? Bertahun-tahun menikah dan selalu menepati janji mereka, bagaimana mungkin sekarang Adrel berubah pikiran? Mesya masih berusaha untuk menenangkan dirinya. Sungguh, ini bukan masalah yang patut untuk mereka permasalahkan saat ini. Ada orang lain di rumah mereka, Mesya tidak ini terlihat bermasalah. “Aku mau yang terbaik buat kamu. Kamu percaya sama aku?” Hah? Apa lagi ini? Saat dulu Mesya baru pertama kali melihat Adrel, Mesya memang sudah tertarik dengan pria itu. Adrel adalah pria yang sangat sering mengantar Dira pulang ke rumah setelah wanita itu pergi keluar dan berkelana mencari Damar. Saat itu Mesya masih terlalu kecil, di dalam pemikirannya, orang ada di sekitar Damar adalah orang yang sejenis dengan pria itu. Tapi ternyata Mesya salah. Banyak orang yang tidak melakukan hal buruk yang Damar lakukan, tapi mereka tetap mau berkumpul dengan Damar selayaknya seorang teman. Saat baru menikah dengan Adrel, Mesya pikir pria itu akan menuntutnya menjadi seorang istri yang serba bisa. Istri modern seperti yang biasa pria inginkan. Istri yang cantik dan juga juga bisa mengurus rumah dengan sangat baik. Tapi ternyata Mesya lagi-lagi salah menebak. Adrel bukan pria seperti itu. Mesya perlu menjadi sangat dekat dengan Adrel untuk tahu apa yang sebenarnya pria itu inginkan. Selama lima tahun menikah, Mesya tentu sudah tahu lebih banyak mengenai suaminya. Termasuk mengenai satu hal penting yang sangat Mesya kagumi dari Adrel; pria itu selalu menepati janjinya. Tapi sekarang, lihat apa yang Adrel katakan. Mesya sungguh tidak percaya akan hal ini. Apapun itu, sekalipun pria itu mengatakan jika ini adalah yang terbaik untuk Mesya, Mesya tetap perlu tahu. “Adrel? Ada apa?” Mesya mengusapkan tangannya ke dagu Adrel. Berusaha untuk membuat sentuhan fisik dengan suaminya. Mesya menatap Adrel dengan pandangan khawatir. Sebesar apa rahasia yang Adrel simpan? Sungguh, seperti yang dikatakan oleh Mama tadi pagi, Adrel jelas selalu melakukan sesuatu yang terbaik untuk Mesya. Tapi, sebagai seorang istri Mesya juga berhak tahu apa yang ingin dilakukan oleh suaminya itu. “Kita pulang ke desa. Kita bisa sambil refresing juga. Liburan untuk sementara. Mbak Dira juga pasti sudah bosen banget dengan masalah dia” “We don’t talk about her” Mesya mendekatkan dirinya ke arah Adrel. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh pria itu. Beginilah manusia, tidak ada yang bisa tahu pikiran satu sama lain. Oleh karena itu, komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan karena hanya dengan itu, manusia dapat tahu keinginan satu sama lain. Sejak menjalin hubungan serius dengan Adrel, ya.. setelah mereka melangsungkan lamaran, Mesya dan Adrel selalu menjaga komunikasi mereka sekalipun mereka tidak selalu bertemu. Ada saat dimana Mesya merasa sangat curiga dengan Adrel karena pria itu tidak kunjung memberi kabar ketika mereka sedang terpisah jarak yang sangat jauh. Kadang Mesya merasa cemburu dengan Adrel karena jujur saja, wanita di kota jelas sangat cantik dan menawan. Tapi Adrel meyakinkan Mesya jika pria itu tidak akan pernah berhianat. Hanya dengan kata yang juga diikuti oleh perbuatan, Mesya selalu yakin dan percaya pada Adrel. Pada dasarnya, dalam sebuah hubungan, komunikasi adalah kunci penting agar mereka bisa berhasil melewati satu demi satu masalah. “Sya..” “Adrel, aku bicara tentang kita. Aku bicara tentang kamu..” Mesya semakin serius menatap Adrel. Benar, pria itu semakin terlihat gelisah. “Aku juga bicara tentang kita. Kamu pikir aku bicara tentang Mbak Dira saja? Enggak, Sya. Aku peduli sama dia, sama masalahnya juga. Aku peduli karena dia adalah kakak kamu. Aku pikir kamu nggak akan mempermasalahkan itu” Mesya mengernyitkan dahinya. Kemana pembicaraan mereka akan berjalan? “Kita nggak bisa bicara kalau kamu masih berusaha menyembunyikan sesuatu dari aku. Aku tahu dari tadi kamu terus mengalihkan pembicaraan kita.” Mesya menatap Adrel sambil menggelengkan kepalanya. Sejenak kemudian Mesya bangkit berdiri, menatap Adrel dengan pandangan kecewa. Pria itu, entah apa yang mengganggu pikirannya tapi Mesya jelas merasa jika apa yang dikatakan oleh Adrel sama sekali tidak nyambung dengan pembicaraan mereka “Kita lagi kalau kamu sudah siap jelasin semuanya ke aku” Setelah itu Mesya benar-benar keluar dari kamar. Menutup pintu dan membiarkan Adrel duduk sendirian di dalam kamar. Lagi pula untuk apa mereka memaksakan berbicara mengenai hal yang tidak dimengerti satu sama lain? *** Mesya sedang sibuk menyiapkan makan malah di dapur ketika wanita itu secara tiba-tiba menemukan Dira sedang berjalan mendekatinya sambil membawa nampan berisi piring dan gelas kotor yang tadi digunakan Mesya untuk membawakan makanan untuk wanita itu. Mesya tersenyum singkat ketika melihat Dira menghampirinya dengan pandangan kebiungan. Sepertinya wanita itu mulai menyadari jika apa yang dia lakukan tadi sangat tidak benar. Baiklah, tidak masalah jika memang Dira sadar. Mesya juga tidak ingin mengungkit masalah tadi pagi. “Taruh situ aja, Mbak. Nanti biar aku aja yang cuci” Kata Mesya ketika melihat Dira mulai menyalakan air wastafel untuk mencuci piring. Untuk sejenak Mesya jadi mengingat jika dulu Dira sama sekali tidak mau menyentuh tempat cuci piring karena wanita itu beralasan tangannya akan terasa panas dan perih jika terkena busa cucian piring. Baiklah, karena Dira juga berada di sini sebagai seorang tamu, Mesya juga akan memperlakukan kakaknya dengan baik. “Enggak. Biar aku cuci aja” Mesya mengangguk dan melanjutkan kegiatannya yang sedang memotong beberapa sayuran yang akan dia masak untuk makan malam. Beberapa saat kemudian Dira ikut bergabung dengannya, menatap Mesya dengan pandangan yang sedikit aneh. Mesya mengernyitkan dahinya ketika melihat Dira ikut membantunya memotong sayuran. “Aku minta maaf kalau tadi aku salah, Sya..” Mesya mengernyitkan dahinya. Apa lagi yang dikatakan oleh kakaknya ini? Tadi pagi saat Dira keluar dari kamar, wanita itu juga bersikap aneh seperti ini. berbicara dengan suara ramah lalu berubah secara tiba-tiba. Apa benar jika saat ini kejiwaan Dira sedang terganggu? Manusia memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghadapi masalah. Mungkin banyak orang di luar sana yang tetap baik-baik saja ketika menghadapi perceraian. Tapi berbeda dengan Dira, Mesya sangat tahu jika kakaknya benar-benar tertekan dengan keadaan yang ada. Tapi, melihat sikap Dira yang terus berubah-ubah, Mesya jadi merasa semakin curiga jika kakaknya terkena gangguan dalam kejiwaannya. Adrel memang benar jika dia ingin mengajak Dira dan juga Mesya untuk berlibur sekalian bertemu dengan keluarga yang lain. Pemandangan di desa yang sangat indah pasti akan membuat Dira merasa sedikit terhibur. Tapi, bagaimana jika tidak? Lagi pula, selain alasan tidak jelas itu, Adrel tidak memiliki alasan yang lain. Huh, Mesya tidak boleh terlalu mencurigai suaminya seperti ini. mereka hidup bersama selama bertahun-tahun, sangat tidak patut jika Mesya mencurigai suaminya sendiri seperti ini. Memang benar apa yang dikatakan oleh Adrel, pria itu menginginkan yang terbaik untuk Mesya. Tapi Adrel sedang menyimpan rahasia di belakang Mesya, sebagai seorang istri, Mesya jelas merasa sangat curiga. Begitulah sebuah hubungan, hanya karena masalah kecil semuanya jadi terasa sangat rumit. “Mbak Dira tahu letak kesalahan Mbak Dira di mana?” Mesya bertanya sambil menatap kakaknya. Dira terus menundukkan kepalanya seperti tidak ingin menatap mata Mesya. Apalagi yang dilakukan oleh kakaknya itu? “Jangan bersikap nggak sopan sama mertua aku” Ketika Mesya mengatakan kalimat itu, barulah Dira mengangkat kepalanya. Menatap Mesya dengan pandangan tidak percaya seakan dia terkejut dengan apa yang Mesya katakan. “Aku nggak sopan sama mertua kamu? Apa yang aku katakan, Sya?” Mesya semakin mengernyitkan dahinya. Apa yang dikatakan oleh kakaknya ini? Dia meminta maaf tapi dia tidak tahu letak kesalahannya? Lalu sekarang dia bertanya seperti ini? Astaga, Mesya jadi hilang akal jika harus menghadapi kakaknya ini. “Aku minta maaf kalau aku mengatakan sesuatu yang nggak bener. Percaya sama aku, Sya.. aku lagi mengalami banyak sekali masalah dalam pikiranku” Ketika Dira mengatakan itu, Mesya merasa seperti dia mendapatkan satu kesempatan untuk berbicara dengan kakaknya. Baiklah, mungkin tidak ada salahnya menawarkan bantuan pada Dira yang saat ini mengaku sedang memiliki banyak masalah dalam pikirannya. Hanya ada satu bantuan yang bisa Mesya tawarkan.. “Mbak Dira merasa sangat tertekan?” Berbeda dengan suaranya yang tadi, kali ini Mesya kembali melembutkan suaranya. Menatap Dira dengan pandangan meyakinkan agar wanita itu mau mengikuti sarannya selanjutnya. “Aku ada banyak masalah, aku harap kamu percaya sama apa yang aku katakan sekalipun aku nggak bisa menjelaskan secara jelas apa yang sedang aku alami. Tapi Sya, kalau aku pernah melakukan hal yang nggak.. nggak normal, tolong kamu maklumi, ya” Dira menatap Mesya dengan pandangan takut-takut. Untuk sejenak Mesya kembali mengingat perilaku tidak normal apa saja yang sudah Dira lakukan selama dua hari ada di rumah ini. Baiklah, jika kakaknya mengaku seperti ini, semuanya akan lebih mudah untuk Mesya. Tidak seperti kemarin, Mesya terus saja merasa khawatir dan ketakutan karena kakaknya melakukan hal yang tidak normal. Andai saja Dira mengatakan ini semua sejak kemarin. “Mbak Dira kenapa?” Mesya menatap Dira dengan pandangan menuntut akan penjelasan. Entah kenapa melihat jika Dira sedang mengalami pergumulan batin, itu semua membuat Mesya merasa kasihan dengan wanita itu. Tujuan Dira datang ke rumah Mesya adalah untuk sedikit menenangkan wanita itu. Dengan adanya Mesya, Dira pasti bisa berbagi masalahnya dan merasa jauh lebih baik. “Aku akan jelasin semuanya sama kamu. Tapi tolong, kamu bisa percaya sama aku?”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN