... "Nora, astaghfirullah!" "Eh, dari mana aja Bang, kucariin dari tadi," aku pun mulai membuka satu kantong rambut nenek, dan memakannya. "Mau?" Dia bergeming sejenak menatapku, lalu tersenyum. Tangannya menyentuh kepalaku sebentar, lalu turun dan mengambil rambut nenek yang kutawarkan. "Kalau Badung gini, kamu mirip banget sama Nia," ujarnya. "Oh ya? Dia juga suka arbanat?" tanyaku sambil memasukkan segumpal besar ke mulutku. Hmmmm so sweet. Bang Ejik tertawa. "Nggak terlalu sih, tapi dia suka ngilang seenaknya kayak kamu." Aku tersenyum menanggapinya. "Jagung bakar mau kan? Aku pesen empat," kataku. "Boleh. Tambahin gih, bawain buat Tante," kata Bang Ejik. "Rasa apa? Ori, keju, atau pedas manis," tanyaku. "Pedas manis, kayak kamu," ujarnya, yang membuat ibu penjual jagung baka