[ 15 ] Kebohongan

1214 Kata
Dino sangat tegang, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia telah menyembunyikan foto-foto yang terdapat dalam amplop cokelat secara diam-diam di lemari baju anak sulungnya. Namun, hatinya masih tak tenang. Dalam pikirannya jika disimpan dalam kamar sendiri justru akan ketahuan. Lagi pula, lemari bagian atas adalah tempat baju yang telah jarang dipakai karena ukurannya sudah mengecil. Satu minggu berlalu, Dino lupa pada foto-foto tersebut akibat kesibukannya. "Mbak Rani, katanya waktu itu bilang mau kasih baju bekas punya Marsha?" sela Mbok Yah, saat ia membantu wanita itu membereskan meja yang akan digunakan untuk makan malam. "Oiya, ya, Mbok. Sebentar aku bereskan, tolong sayurannya ditumis, ya," jawab Rani mengingat janjinya pada ART-nya untuk memberikan baju bekas anaknya untuk cucunya yang baru lahir. Ia sengaja meletakkan baju yang sudah kecil terpisah di bagian atas lemari anaknya. Tempat yang sama di mana Dino menyimpan foto-fotonya dengan Nisa. Sebetulnya laki-laki itu sudah teringat tadi pagi. Akan tetapi, ia lupa untuk membawanya ke kantor karena terlambat bangun. Rani membuka pintu lemari, menurunkan dua tumpuk baju. Lalu ia mengambil kotak untuk bungkusnya nanti. Satu-persatu Rani meletakkan baju ke dalam kotak, sebuah amplop cokelat terjatuh. Seketika ia menyingkirkan amplop cokelat tersebut meski penasaran akan isinya. Setelah. Memberikan kotak tersebut kepada Mbok Yah, wanita itu kembali ke dalam kamar anaknya. Ia memeriksa isi amplop dan terkejut melihat isinya. 12 lembar foto kebersamaan suaminya selama dinas di luar kota tempo hari, dan 6 lembar lainnya foto-foto keduanya tidur di ranjang yang sama, di mana Dino yang bertelanjang d**a tidur mendekap Nissa yang hanya menggunakan lingerie berwarna merah. Tangan Rani bergetar, tak mempercayai penglihatannya. Namun, dilihat dari sisi manapun, benar itu adalah suaminya. Deru suara mobil memasuki carport, Rani segera menghapus air matanya. Segera ia keluar kamar membawa-bawa amplop pangkal masalah itu. Dino baru saja memasuki rumah. "Assalamualaikum, papa pul—" Laki-laki itu menemukan istrinya dibalik pintu dengan mata merah, wajah sembab, dan napas yang memburu, di tangan kanannya terdapat amplop cokelat yang dikenalinya. Mata laki-laki itu membelalak, tak menyangka istrinya menemukannya. "R-rani. Ada apa, Sayang?" tanya laki-laki itu dengan terbata-bata. Rani mengangkat amplop itu lalu membaliknya. Foto-foto di dalamnya jatuh berhamburan. "Jelaskan ini," sahut Rani dingin. Dino mendesah, agaknya ia tak lagi dapat berbohong, ia juga telah menanyakan duduk perkara mengapa foto-foto itu sengaja ditinggalkan oleh Nissa kemarin. "Oke, asal kamu mau benar-benar mau mendengar dengan kepala yang dingin." "Tergantung, seberapa besar aku dapat menerima penjelasan darimu, Mas," sahut Rani dengan ketus. Laki-laki itu membawanya ke kamar, tak sempat ia membawa wanita itu jauh-jauh sebab Mbok Yah, izin untuk menjenguk cucunya. Untung saja anak-anaknya telah tertidur. "Aku dan Nissa sempat pacaran waktu SMA," "Katanya gak suka cewek kurus, katanya yang gemuk lebih nyaman?Dasar tukang boong!" Rani berkata seraya menghapus air matanya yang mulai mengalir. "Itu dulu, aku saja belum kenal kamu, dan kita masih remaja saat itu. Lagian kita udah lama putus, kok, selepas SMA, baru ketemu lagi kemarin ini." "Jadi, siapa yang belum bisa move on? Kamu atau dia?" "Aku menerima kerjasama dengan teman semasa sekolah dulu termasuk Nissa, bukan karena ada cerita di antara kami. Semua murni urusan kerja." "Oh, jadi dia yang gak bisa move on, terus kamunya ngeladenin." Dino mendesah, wanita dihadapannya masih terus menangis, tetapi kata-katanya setajam silet. "Gak ada yang begitu, tolong kamu jangan begitu." "Wong, aku pernah liat kalian gandengan tangan, kok, di hotel S, wajar dong. Kalo kamu gak kasih hati, dia juga gak bakal gitu." "Nissa sedang dimata-matai oleh lelaki yang pernah menyukainya, hal itu kami lakukan supaya mengecohnya agar menyerah pada perasaannya." "Ohh, dan sepertinya kamu menikmati lakon sebagai kekasih barunya, Mas. Sampai tidur bareng, what a perfect mission." "Malam itu, entah kenapa kepalaku sakit, aku hanya ingat Ronald membawaku ke kamar, saat aku terbangun Nissa ada di sebelahku, malam itu, malam di mana aku menelpon kamu. Aku mau cerita saat itu, tapi kamu nangis karena masalah kantor, aku gak tega menambah beban pikiran kamu, Ran." "Kalau begitu, seseorang memotret kalian saat kalian tidak sadarkan diri?" selidik Rani. "Ya, aku mencurigai Ronald atau Tomi, tapi aku gak punya bukti, satu-satunya kemungkinan adalah laki-laki yang menyukai Nissa. Namun, sekali lagi aku gak punya bukti dan tak bisa memikirkan bagaimana ia dapat memasuki kamar." "Siapa, sih, laki-laki ini, gak punya kerjaan lain apa? Bikin ricuh rumah tangga orang aja, kamu juga, gak usahlah kerjasama lagi sama mereka, bikin aku galau begini." "Entahlah, Nissa bilang sebelumnya pernah memiliki partner kerja sebelum bekerjasama dengan kami. Laki-laki itu, sebetulnya hanyalah pelarian setelah ia renggang dengan suaminya. Akan tetapi, laki-laki itu hanya ingin memanfaatkan tubuhnya saja. "Tak sampai di situ Laki-laki itu bahkan menghancurkan harapan Nissa untuk kembali rukun bersama suaminya, dengan sengaja ia melakukan hal yang persis sama dengan yang dilakukannya sekarang. Suaminya akhirnya menceraikannya dan pria itu sengaja sering mengganggu kehidupan Nissa." "Jadi, laki-laki ini cemburu sama Mas Dino? Dikiranya kamu menyukai Nissa dan juga ingin merusak kehidupan rumah tangga kita?" "Itu kesimpulan yang sama dengan yang aku pikirkan." Dino mengelus lembut kepala istrinya. "Masih aku pikirkan akan memafkan kamu atau enggak. Jadi jangan dekat-dekat." Rani menggeser duduknya. "Padahal aku tadi mau ngasi berita bagus, gara-gara hal ini aku batal deh dapet senyum dan kecupan." "Salah sendiri, kamu deket-deket sama Nissa. Bikin aku kesel tiap hari." "Kamu gak penasaran sama yang aku mau sampaikan?" "Ya, ngomong aja cepet." "Bisnisku berhasil, kami sudah mendapatkan investor dan akan mulai berjalan minggu depan, aku dipilih jadi CEO dan dengan begitu aku mendapatkan pendapatan terbesar." "Sungguh?" "Masa aku bohong, sekarang mana senyum dan kecupannya, bulan depan kamu udah bisa resign dari kantor, loh." Rani tak lagi peduli dengan Nissa dan semua hal tentang dirinya, ia memeluk suaminya dan menciumnya sekilas. Dino jelas tak ingin perempuan itu menjauh dengan cepat, ia balas mencium istrinya dan menyentuhnya lebih jauh. *** Seminggu kemudian, Tomi, Nissa, dan Ronald beserta istrinya berkumpul di rumah Dino, mereka merayakan keberhasilan dengan mengadakan acara makan malam. Rani yang sudah tak mempersoalkan tentang hubungan Dino dengan Nissa, menanyakan tips bagaimana wanita itu dapat tetap menjaga berat badannya. Sebelum Nissa menjawab, Dino berkata. "Jangan, Nis. gue suka kalau dia gemuk, supaya orang taunya dia bahagia hidup dengan gue. Lagian gak ada pelukan yang nyaman selain pelukan istri yang empuk." Dino mulai menggoda Rani dengan menatapnya seraya mengerling. Tawa mereka pun pecah. Nissa yang masih menyimpan rasa untuk Dino, merasa kikuk. Ia pikir dengan sengaja membeberkan foto-foto kebersamaan mereka, Rani akan menceraikan Dino, nyatanya tidak. Selang setelah makan malam selesai dan waktu sudah mulai larut. Wanita itu beranjak, dan berpamitan. "Biar gue anter, ya, Nis. Udah malam," seru Tomi yang ikut berdiri. Akhirnya pesta pun bubar, tepat pukul 10.30 malam. Di dalam mobil. Nissa hanya terdiam. "Kenapa lo, Nis? Diem aja, galau ya liat kemesraan Dino sama istrinya?" tanya Tomi seraya meliriknya sebentar. "Keliatan, ya? Lo, kan, tau gue masih ada rasa sama Dino, gue bahkan gak masalah kalo jadi istri kedua, tapi apa pun yang gue lakukan ternyata gak membuat wanita itu menyerah." "Ya, lo move on, lah. Bikin keluarga baru. Kenapa, sih, cuma liat Dino doang, seperti gue yang dari SMA liatnya elo doang." "Emang, lo mau memperistri perempuan mandul?" "Gue sudah pernah punya anak, jadi gw gak akan nuntut itu dari lo, itu juga kalo, lo mau nerima pinangan gue." Nissa terdiam. Akankah Tomi menjadi pelariannya lagi? = = = = = = = = = = = =
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN