"Jangan gila!" Adalah Melody yang berkata. "Lo udah ada pacar."
Kepada Alegrato yang Demi Tuhan! Cowok itu sudah ada maungnya. Alasan mengapa Melody tidak setuju dan menyeret Ale ke belakang sekolah.
Ale mengangguk. "Gue gak lupa kok."
"Ya kenapa lo bilang gitu ke Abel? b**o apa gimana? Hubungan asmara lo bisa terancam!" Melody murka. Karena sesungguhnya, kekasih Alegrato adalah sahabat dekat dari Melody.
"Ini jalan satu-satunya biar Abel jinak, seenggaknya sampe gue lulus SMA."
Tak percaya dengan penuturan Ale barusan, Melody katakan, "Gue tahu lo nggak b**o, Al. Tapi, ini bukan jalan satu-satunya buat bikin misi lo selesai."
Tentang perasaan orang, siapa yang tahu? Sekalipun orang itu berkata, "Gue bisa jaga perasaan, kalau itu yang lo takutkan, Mel. Hubungan gue sama Rara gak bakal jadi korban."
Tetap saja, Melody menggeleng. "Rara cinta banget sama lo, apalagi Tante Nabila yang emang setuju banget sama hubungan kalian. Kalau mereka tahu, otomatis bakal ada perang. Please, Al … pikirin matang-matang!"
"Gue gak bakal main sembunyi tangan, gue akan terus terang sama Rara, gue yakin Rara pasti ngerti."
"Ale!" bentak Melody. Ia sudah tak tahan lagi. "Yang lo lakuin itu jahat," katanya.
Maka, Ale tersenyum. Ia mengusap rambut Melody dengan sayang. Bagi Ale, Melody itu sudah seperti Andanthy, adiknya, si bungsu dari keluarga Willis Wiliam.
"Gue gak seberengsek itu, Mel. Percaya sama gue, semua akan baik-baik aja." Setelahnya, Ale berlalu. Menyisakan sosok Melody yang bahunya merosot dengan embusan napas pelan.
Melody bergumam, "b**o, Ale b**o. Yang lo lakuin sama aja dengan mainin perasaan anak orang."
***
"Wah gelaseh, horololo~ Kak Ale nembak jurig Angkasa, Bro!" teriak Banyu di kelasnya.
Abel mendengkus. Yang lain meringis, sementara para penggemar Ale menatap sinis pada si gadis bersurai pelangi.
"Wiuuu wiuuuu wiuuu, ada kebakaran! Bau gosong hati panggang tercium sepanjang jalan!" Lagi, Banyu heboh sendiri. Karena kelas mereka belum ada guru yang datang, adalah kesempatan Banyu untuk memeriahkan kelasnya. Cowok lain pun turut andil hingga kelas itu jadi bising sekali.
Abel memijat pelipisnya. "Mimpi apa gue semalem sampe dapet musibah kayak gini?" lirihnya.
"Abel!"
Pas banget. Abel menoleh, mendadak jadi sunyi, sosok Ale berjalan memasuki ruangan.
"Jangan pulang duluan, ya? Kita pulang bareng."
"Wanjay! Kita choy, kita!" heboh Banyu untuk kesekian kalinya.
Wajah datar Ale kontras dengan raut Abel yang awkward. Abel masih belum paham dengan apa yang terjadi hari ini. Bahkan ketika Ale menaruh sebuah jeruk di atas mejanya, Abel masih bungkam gagal paham.
"Gak semua cewek suka bunga, gue gak tahu lo suka cokelat atau nggak? Jadi, jangan lupa dimakan jeruknya." Yaitu Ale yang mencubit pipi Abel sambil bilang, "sampai ketemu nanti pas pulang!"
Kepergian Ale meninggalkan jejak ramai di kelas Abelia. Apalagi kalau ada Banyu di sana.
"Gila! Gila! Gila!" Banyu memeragakan lenggak-lenggok Ale dengan penuturannya. "Sampai ketemu nanti pas pulang!” Banyu bergidik setelahnya. "Merinding gue, njir!"
Dan mereka yang ada di kelas tertawa juga bersorak 'cieeeee'. Tapi, karena setengah dari isi kelas adalah siswi yang menyukai Ale dan sangat memusuhi Abel, maka kenyamanan Abel di kelas mulai terancam.
"Bel, nanti sebelum pulang sekolah bayar pajak dulu, ya?"
Bugh!
Yaitu Banyu yang Abel tendang anunya. (͡° ͜ʖ ͡°)
"Musnah lo, Kambing!" seru Abel, kemudian memilih untuk bolos jam pelajaran.
***
"Gue merasa dapet beasiswa." Sejak tadi Rai terus tertawa dan tersenyum dengan bangga. Marvel berdecak, "Untung Papa gue kaya."
"Laknat lo sama Bapak!" cetus Mario.
Kemudian, Melody datang dengan wajah kusutnya. Karena Melody adalah satu-satunya wanita di perkumpulan mereka, maka Melody selalu diperlakukan bagai princess oleh kawan-kawannya.
Rai bertanya, "Siapa yang galakin lo? Sini bilang sama gue, tar gue hajar orangnya!"
Karena ekspresi Melody benar-benar suram sekali. Marvel tak tega, ia mendekat dan mengusap bahu kanan Melody dengan lembut. "Laporan sama Kakang, yang jahatin kamu siapa? Nanti Kakang slepet pake dolar."
Mario berdecih, "Dangdut lo, njir! Kakang-kakang pala lo peyang!" Dan mungkin, hanya Mario Luhano yang berbeda terhadap Melody.
"Si Ale berengsek!" adunya.
Semua mata memandang Melody, sejenak saja sebab yang dibicarakan datang duluan sebelum Melody melanjutkan. Ale telah duduk di depan mereka sambil bilang, "Gue pacaran sama Abel semata-semata buat jinakin dia seperti yang Rai usulkan."
"Itu bagus, brilian!" celetuk Rai.
Karena mereka tak tahu, karena hanya Melody dan beberapa orang saja yang diberitahu tentang hubungan Ale dengan seorang siswi di SMA Haruka.
Yang katanya, "Dan gue udah ada cewek sejak satu tahun yang lalu." Akhirnya Ale ungkapkan.
Rahasia terbongkar. Dan Mario melempar kertas selembar. "Gue gak ngerti dan gak mau mengerti. Tapi gue penasaran … lo bohong, kan?"
***
"Mana pernah gue bohong!" cetus Dean. Karena Abel mendesaknya soal kondisi Banyu yang semoga tidak tewas di UKS.
"Masa ditendang gitu doang pingsan, sih?!"
"Yang lo tendang pusat hidupnya, Bel!" tekan Dean.
Kelas mereka jadi pusat perhatian, bahkan para guru datang dan menegur Abel. Tapi, apa daya? Ketika mereka tak bisa apa-apa karena kekuasaan yang dimiliki oleh kakeknya Abelia Cahyo Kusumo.
Wajah Abel pucat, ia tak berniat untuk menyakiti Banyu. Semua itu terjadi karena reflkes kekesalannya.
"Gue gak sengaja."
"Halah! Dusta lo penghuni Neraka!" celetuk seorang siswi yang amat sangat ingin memusnahkan Abel.
"Gara-gara lo, kelas kita kena kasus! Si Banyu di bawa ke UKS!" Kompor-kompor dari kelas lain pun mulai menyala. Suasana sekolah benar-benar kacau gara-gara sang Primadona. Padahal, SMA Angkasa adalah sekolah favorite dan masuk ke dalam jajaran sekolah unggulan.
Kehebohan di sana membuat gerombolan lain datang dan memperkeruh suasana hati Abel.
"Orang kaya tuh banyak tingkahnya, ya?"
"Ya untungnya kaya, kalau miskin gak ngotak namanya," komentar dari siswa yang lain.
"Berandalan sih, cewek liar!" Lisan kejam semesta mencabik hati Abel tak kasatmata.
Abel hanya diam. Sampai datang rombongan Ale dan kawan-kawan, mereka dibubarkan. Kelas yang semula sesak kini sedikit lengang.
"Ada apa nih?" Rai bertanya.
"Si Banyu dibopong, kenapa tuh?" Pura-pura tak tahu Mario bertanya demikian.
Tadi, saat kumpul di ruang OSIS, Ale sekawan mendengar keributan, makanya mereka cepat tanggap dan langsung berada di TKP.
Abel memejamkan matanya sesaat, meraup oksigen demi menguatkan dirinya yang merasa akan menangis.
"Kak Ale tuh ceweknya dipasung aja, biar kakinya gak nendang sana-sini!" ketus siswi yang semula menyinyir tingkah Abel.
Memang, Abel terlalu pantas dinyinyiri. Tapi, Abel juga punya hati yang bisa sakit kapan pun oleh ucapan seseorang.
"Gue gak sengaja." Pembelaan dari Abel, mencoba tetap kalem.
Ale menoleh, Melody bersedekap. "Kronologisnya gimana?"
"Ceritanya panjang," balas Dean untuk Melody.
"Udah minta maaf?" tanya Ale dengan intonasi yang lembut sekali.
Abel menggeleng. Ale melangkah, tangannya terulur mengusap rambut Abel. Pertama kali bagi seorang Alegrato Sean Wiliam, telapaknya menyentuh si rambut pelangi.
"Jangan sekali-kali kayak gitu lagi, itu tindak kekerasan. Apalagi kamu cantik, perlakuan kamu juga harus secantik wajah kamu," bisik Ale.
Abel tertegun. Bukan, ini bukan terpesona. Bukan juga jenis serangan jatuh cinta. Not hell! Yang ada, Abel justru gemas ingin menendang milik Ale seperti hal serupa yang telah ia lakukan kepada Banyu. Sebab Abel telah menetapkan kuat-kuat dalam hatinya, Alegrato Sean Wiliam adalah musuh sehidup semati.
Abel menyentuh tangan Ale, semua mata memandang mereka. Pasangan baru yang kesannya tengah bermesraan, tapi karena Abel katakan, "Jangan kayak gini, gue jijik."
Maka berikutnya, kebencian untuk Abel semakin tertanam di hati orang-orang.
"Cewek gak tahu diri."
"Gak tahu arti bersyukur!"
"Sok jual mahal!"
"Sok kecakepan!"
Itulah komentar dari netizen.
Melody membuang napasnya kasar, ia bungkam. Rai tak habis pikir dengan apa yang sedang Ale mainkan. Apalagi Mario, ia benar-benar tidak paham kenapa dirinya yang justru berbalik merasa mulai memusuhi Alegrato?
Maka, Abel menepis tangan Ale yang sebelumnya mengusap surai rambutnya. Ia memandang Ale dengan raut datarnya, Abel katakan sebelum benar-benar hengkang. "Gue janji, hidup lo gak bakal tenang."
Lantas, Marvel bertepuk tangan. Ia bangga dengan Abel yang sangat berani. "Bravo!" Begitulah katanya.
Ale sukses dipermalukan.
***
N O T E:
CERITA INI AKAN MULAI DI GARAP SECARA NGEGAS. HAPPY READING GUYS.