BELUM seminggu, Kinanti berjualan berkeliling, tetapi dia sangat ceria meski harus kerap mendorog gerobaknya untuk mencari pembeli. Baru satu blok saja yang dikelilinginya dan sudah mampu menarik banyak pembeli. Isi dagangannya tandas sebelum sempat pindah ke blok lain dan tak perlu waktu lama untuk bisa menghabiskan barang dagangannya. Cukup dua jam padahal jualannya tidak sedikit. “Kau bahagia sekali kelihatannya, Kinan...” ucap Mirna mengamati wajah putrinya. Mirna baru saja tiba di rumah pukul satu siang. “Memang Kinan bahagia, Mama,” Kinan menyunggingkan senyum pada ibunya. Keringat yang membasahi dahi tak dirasanya. Keletihan terbayar dengan kepuasan. “Bukan lantaran jualanmu yang selalu laris manis kan?” “Tentu lantaran itu, Mama. Pembelinya manis-manis lagi...” “Manis-manis