“DUA hari lagi, acara cerdas cermat di layar kaca,” Tesa membawa kabar. “Kinankah yang jadi juru bicara?” Weni antusias. “Pasti Kinan lah… siapa lagi?” Rosa melirik pada Kinanti yang duduk tenang di bangku. Membuka catatan buku Agama Islam. “Arin kan yang paling banyak menjawab pertanyaan tempo hari pas di babak penyisihan di sekolah kita!” timpal Firda. “Aneh, ya… ko anak-anak kelas dua yang pinter-pinter itu kalah sama Kinan?” “Kinan dong!” “Siapa dulu temannya?” “Hidup Kinan!” “Arin hebat!” “Kita dukung Kinan!” “Masuk TV dong…” Selain kelima sahabat, teman-teman lain yang berada di dalam kelas riuh dan semua mendukung Kinanti, sang bintang kelas. “Kamu jangan banyak pikiran gitu!” Firda mendekati Kinanti. “Siapa yang banyak pikiran?” Kinanti tak mengalihkan tatapannya dari