DENGAN kasar, Kinanti melemparkan majalah remaja ke atas pembaringan yang empuk. Dia merasa terusik dengan suara HP yang baru saja diangkatnya. Merasa menyesal telah mengangkatnya karena dipikirnya yang menelepon itu orang lain. Salah satu sahabat sekelasnya. Atau yang ada perlu pada salah satu teman sekalasnya yang kebetulan mungkin nomornya sedang tak aktif-- hingga orang itu berinisiatif menghubungi nomor Kinanti. Atau mungkin juga, Dio. Meskipun dia tak yakin Dio tahu nomor HP-nya karena baru sepekan Kinanti mengganti nomor kontaknya. Dan kalaupun tahu, kecil kemungkinan cowok itu mau meneleponnya. Atas dasar apa? Cinta? Atau sebatas rindu? Tadi, sebuah nomor tanpa nama menyeruak dan berhasil terangkat. Kinanti mengeluh pendek. Mengingat kembali Dio sama dengan mengundang rasa sedih.