9 - Kiss live

1200 Kata
Bab 9 - Kiss Live Kedua tangan Kirana saling meremat. Dia tampak cemas, tapi itu hanya berlangsung sesaat saja. Dengan cepat, dia berubah terlihat santai dan tenang. Lumayan juga rupanya pengendalian diri Kirana. “Haha, anda sungguh pandai bercanda Tuan. Tentu saja, dia anak saya dan suami saya. Itu lelaki yang anda lihat bersama kami waktu itu, dia suami saya loh,” ujar Kirana dengan senyuman ceria. Ragendra mengepalkan tangan, Kirana bisa melihat mimik kesal dari wajah sang Tuan. “Anda kenapa?” tanya Kirana. Ragendra diam membeku bagaikan patung. “Oh ya, anda mungkin salah orang. Kita baru kali ini bertemu, mana mungkin dia anak kita,” lalu mulai merapikan baju Ragendra. “Pakaikan celanaku,” ketus Ragendra tanpa menyahuti perkataan Kirana barusan. Lagi-lagi tubuh Kirana menegang, membayangkan melihat hal itu membuat otaknya kemana-mana. “Masukan sampai sedikit di atas lutut, sisanya Aku akan berusaha,” ucap Ragendra yang paham arti dari kegelisahan Kirana. Kirana bernapas lega, dia mulai memasukan dalaman warna kuning cerah itu ke kaki sang Tuan dengan tangan gemetar. “Kenapa kamu harus memilih warna kuning cerah? Apa karena kamu ingin mengejekku?” cibir Ragendra dengan ketus. “Kalau tak mau pake warna kuning seharusnya tidak usah ada dalam lemari dong,” sahut Kirana tak tahu diri. “Kamu itu babu pembangkang!” cibir Ragendra pedas. “Iya saya babu, tapi Anda tak usah kasar juga kali sama saya. Sudah saya bilang, saya bisa sakit hati. Dan anda tahu apa yang bisa dilakukan oleh babu yang tertindas?” suara Kirana seakan terdengar sedang mengancam. “kamu sedang mengancamku? Dasar psikopat!” sergah Ragendra dengan jengkel, Kirana ada saja jawaban untuk membalasnya. Sungguh menyebalkan, tapi… Ah sudahlah, dia tak mau memikirkan babunya itu lagi. Kirana mengerucutkan bibir, dia juga sampai heran kenapa dirinya selalu ingin mendebat pria yang merupakan bosnya itu. Padahal orang inilah yang akan menggajinya dengan besar nanti. Mengingat gaji yang besar membuatnya kembali semangat untuk bekerja. Ragendra berusaha memakai celana dalam itu sendiri, meski kesulitan. Sementara, Kirana berbalik tak mau dong dia melihat onderdil Tuannya. Meski, tak dipungkiri ada sedikit rasa penasaran ingin melihatnya, hehehe. “Sudah,” ucap Ragendra. Kirana berbalik dan mulai membantu memasukan celana panjang, kali ini sampai selesai. “Bantu aku berdiri,” ujar Ragendra masih dengan nada ketus dan sinis. Kirana mengangguk dan berusaha membantu sang majikan dengan menyelipkan kedua tangannya diantara ketiak sang majikan. Salahnya, Kirana malah dalam posisi berhadapan dengan Ragendra. Dia bisa mencium sensasi wangi tubuh tanpa parfum tersebut, hanya wangi sabun saja, namun membuat indera penciumannya tergoda. “Aku suka wangimu,” tiba-tiba saja Ragendra memeluknya, dan mengendus lehernya. Kirana terkejut, dia gugup dan berusaha mengurai pelukan tangan besar itu. Tapi, Ragendra malah mengeratkan pelukan itu. “Hey jangan m***m ya! Saya istri orang!”Kirana mendorong tubuh Ragendra, sialnya karena pelukan Ragendra erat, mereka malah jatuh ke lantai bersamaan dalam posisi, Kirana di atas. “Kamu yang m***m sejak dulu,” ejek Ragendra. Kirana gelagapan dan langsung bangkit. “Bantu Aku!” ucap Ragendra yang kesulitan bangun. Meski enggan, akhirnya terpaksa Kirana membantu Tuannya bangkit dan duduk di kursi roda. “Aku yakin tak salah orang, kamu pasti orang yang sama yang saat itu memperkosaku semasa Aku masih bocah,” ucap Ragendra malu, yang membuat Kirana malu setengah mati. “Tolong, Anda salah orang pasti,” berusaha tak terlihat gugup, tapi sialnya aktingnya jelek parah. “Aktingmu buruk, saya yakin kamu itu Kak Kirana. Halo kakak,” malah sengaja Ragendra semakin mengejeknya sambil melambaikan tangan seperti anak kecil. Rasanya Kirana ingin pulang saja, bahkan dia tak tahu sudah semerah apa sekarang wajahnya. Karena rasanya sudah sangat panas sekali. Ehem, Kirana berdeham beberapa kali, lalu memakaikan jas dan dasi tanpa bicara lagi. Pria ini, jika diladeni pasti akan semakin gila, pikirnya. Ragendra tertawa renyah melihat mimik wajah Kirana yang sudah tampak tak enak itu. “Oh ya ngomong-ngomong soal masa lalu, Saya berniat melaporkanmu kepada polisi loh atas kasus p*********n,” malah sengaja menggoda Kirana. Mata Kirana membulat sempurna, tangannya yang sedang memasangkan dasi, reflek menarik dasi itu sampai Ragendra tercekik. “Apa kamu ingin membunuhku! Uhuk uhuk.” Ragendra terbatuk-batuk. Kirana sampai pias, dia langsung melepaskan dasi itu dan meminta maaf. “Maaf saya tidak sengaja, itu hanya refleks saja.Tolong maafkan saya Tuan,” matanya sudah berkaca-kaca dan kemudian berlinang air mata, karena ketakutan. Ragendra membenarkan dasi dan tak memperdulikan rengekkan Kirana. Disaat bersamaan terdengar suara pintu dibuka dari luar. Ceklek Kirana dan Ragendra sontak menoleh ke arah pintu. Pintu terbuka lebar, dan menunjukkan wajah cantik berseri bak bidadari di sana, siapa lagi kalau bukan… “Loli!” “Nona Loli!”Ragendra dan Kirana bersamaan berkata. Lolita menatap sinis Kirana, lalu beralih menatap Ragendra dengan raut wajah cerah dan tersenyum ceria. “Calon suamiku sayang kamu ganteng banget sih,” tanpa rasa malu, langsung menghampiri Ragendra dan mengecup bibirnya. Dan yang lebih membuat Kirana terkejut adalah, Ragendra malah menahan tengkuk Lolita dan sengaja menikmatinya. Lolita mengalungkan tangan ke leher Ragendra, dan tubuhnya membungkuk untuk mengimbangi tinggi badan Ragendra yang duduk di atas kursi roda. Melihat kiss live di depan mata membuat Kirana kesal setengah mati dan juga malu. “Dasar tak tau tempat! Di sini kan ada Saya!” kesalnya, lalu keluar dari kamar dengan menggerutu. Mukanya memerah menahan kesal, dia menunggu di depan pintu dengan hati yang sakit bagai dicubit kecil. “Aku kenapa?” gumamnya sangat kesal. Dia gelisah dan dalam sudut hati terdalamnya tak terima melihat adegan itu. “Seharus Aku yang dia ci..” Kirana memukul bibirnya sendiri, karena bisa-bisanya berpikiran m***m begitu. Akhirnya, dia memilih untuk menjauh dari kamar itu. Dan keluar dari rumah, dia duduk di teras dengan santai sambil main ponsel. “Duh sudah kayak nyonya besar saja, bukannya kerja malah main hape!”’ terdengar suara sinis seseorang yang mencibir. Kirana menoleh, ternyata seorang asisten rumah tangga yang masih muda yang berbicara. ‘Iya dong, Aku kan asisten kesayangan bos. Jadi bos membolehkan Aku berleha-leha,” sahut Kirana diiringi tawa kecil penuh kebanggaan, yang membuat asisten rumah tangga bernama Rina itu jengkel, lalu pergi sambil menggerutu. Kirana terkekeh. “Kirana dilawan, hahaha,” lalu mulai nonton video youtube lagi. Berputar-putar dan terus loading, ya videonya tak bisa diputar karena ngeloading terus. “Kenapa sih ini?” jengkel sekali rasanya, lalu muncul pop up yang memberitahukan kuotanya habis. “Aaah sial sekali aku hari ini! Sudah harus melihat siaran langsung kiss kissan, eh kuota habis lagi,” gerutunya kesal. Dia menutup aplikasi dengan cemberut, lalu memasukannya ke dalam saku celana. “Dasar pemalas! Malah seenaknya nongkrong di teras bukannya bekerja!” sinis seseorang dengan nada ketus dan kesal. Kirana menoleh dengan malas, sudah hafal itu suara milik siapa. Dia berdiri dengan muka cemberut. “Mukamu sungguh tak enak dipandang! Jelek dan tak ada manis-manisnya!” lanjutnya dengan nada penuh ejekan, kali ini lengkap dengan senyuman sinis dan mengejek. Kirana mengembuskan napas kesal, lalu melirik ke vas bunga kecil di atas meja dekat kursi yang tadi dia duduki. Rasanya akan bagus kalau vas itu dia lempar tepat ke muka orang yang dengan tanpa perasaan telah mengejek dirinya! “Kenapa? Mau melemparku pakai vas?” ejeknya lagi dengan kekehan yang membuat Kirana semakin meradang dan jengkel setengah mati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN