“Kenapa berdiri saja di situ? Masuklah!” kata Triana dengan suara sangat lembut. Gerakannya halus dan anggun ketika berjalan mendekat, menunjukkan sama sekali tidak ada permusuhan apapun. Tapi, jauh di dalam hatinya, dia ingin sekali menghancurkan wajah Briana. “Jangan mengganggunya. Dia sengaja datang ke sini karena aku yang menyuruhnya untuk membawa bekal buatannya,” ucap Raizen dingin, menoleh ke arah Briana dengan wajah masih tanpa emosi. Tidak tahu sedang memikirkan apa ketika mata mereka bertemu. Melihatnya yang seperti itu, hati Briana dingin dan takut entah kenapa. Ada perasaan sedih yang membuatnya seperti diremukkan dari dalam. Kenapa sikap Raizen tiba-tiba berubah? Ataukah karena dia sendiri yang terlalu berharap? Mendengar ucapan calon suaminya, Triana tersenyum kecil menah