19. Gara-gara Pilek

1585 Kata

“Papa, cepet tidur!” untuk kesekian kalinya, tangan mungil Ken memukul-mukul lenganku cukup keras. Tidak sakit memang, tetapi cukup membuatku kaget. “Iya, Sayang. Ken tidur dulu, nanti Papa nyusul. Udah malam.” “Papa juga tidur.” “Iya, iya.” Akhirnya, mau tak mau aku aku berbaring miring, lalu memejamkan mata meski sama sekali belum mengantuk. Ini kulakukan demi Ken mau tidur. Sedari tadi anakku ini terus merecokiku yang asik melamun dengan jantung yang berdetak tak karuan sejak tadi siang. Detak itu normal ketika aku sibuk dan kembali menggila tiap kali aku melamun sambil memikirkan seseorang. Sial sekali! Kenapa jadi seperti ini? Entah tepatnya berapa menit kemudian, aku mendengar Ken mendengkur halus. Aku membuka mata, ternyata mata Ken sudah terpejam rapat. Kuarahkan tangan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN