“Apa katamu?” Dila mundur begitu aku maju satu langkah ke arahnya. Aku tidak salah dengar, kan? “Ya itu, Pak ... bisa, kan?” Seketika itu, aku langsung tertawa pelan. “Memangnya saya deketin kamu karena saya mau sendiri, begitu?” “Saya tahu itu karena Ken. Tapi saya mohon, kasih pengertian sama Ken. Jujur, Pak, saya ingin bekerja dengan tenang di sini. Selama ini saya sering sekali menahan diri untuk tidak membalas ucapan mereka yang terang-terangan menggunjing saya. Saya dikata caper lah, sok cantik lah, enggak pantas lah. Saya tidak tahu bisa betah sampai kapan mendengar itu semua.” Dila memejamkan matanya sembari menghela napas pasrah. “Apalagi saya karyawan baru, itungannya belum ada satu tahun saya kerja di sini. Kalau hanya ucapan, mungkin saya tahan, tapi saya sudah sampai ta