Soleves Gauntlet, seorang Baron yang pernah memimpin desa Nimiyan, penduduk desa berkata bahwa orang ini adalah orang yang memiliki hak atas wilayah Nimiyan. Aku tak tau seperti apa Tuan Soleves ini, tapi dari kabar yang diberikan oleh para penduduk, kabarnya orang ini sangat rakus akan harta, jarang berinteraksi dengan warga, dan saat dia bicara, dia selalu merasa lebih superior dari pada yang lain.
Torn bilang bahwa Tuan Soleves telah menimbun banyak sekali harta di dalam rumahnya, dia hanyalah bangsawan rakus dan tamak akan uang. Dia satu-satunya orang yang sifatnya paling buruk diantara seluruh warga, seorang babi yang kikir. Begitulah yang di katakan oleh Torn.
Apa yang kupikirkan saat ini adalah bagaimana menghadapi orang itu? Jika Tuan Soleves memang benar ada kaitannya dengan insiden wabah penyakit di desanya sendiri, sudah pasti aku harus menghadapinya.
Dia memiliki status sebagai seorang Baron, dia adalah bangsawan. Sebagai seorang bangsawan dia pasti memiliki banyak sekali harta. Jika dunia ini mirip dengan apa yang ada di dalam game, kalian pasti bisa menebak bagaimana seorang pemain game yang memiliki banyak uang dalam memainkan game mereka. Item berbayar, prajurit sewaan, dan segala macam jenis senjata dan juga armor mewah pasti dimilikinya.
Walau levelnya rendah sekalipun, tapi jika equipment yang digunakan adalah equipment kelas tinggi, sudah pasti akan sulit untuk melawannya. Apalagi dengan levelku yang saat ini masih berada di level 8, melawan seorang bangsawan seperti Baron Gauntlet, kurasa itu tidak akan mudah. Jika dia mampu menyewa orang selevel dengan para Bandit yang meletakkan bangkai monster di hutan, maka itu akan menjadi game over bagiku.
Saat ini... Hal yang perlu ku lakukan adalah... Menaikkan level!
****
Pagi yang cerah di desa Nimiyan, kini udaranya juga terasa semakin sejuk. Pagi ini... Di temani oleh kedua gadis cantik yang merupakan anak pemilik Penginapan Bulan Bintang, aku berjalan-jalan berkeliling desa. Perlahan desa ini mulai tampak ramai, walaupun hanya ada tidak lebih dari tiga puluh warga yang tetap tinggal di desa ini, tapi jika dibandingkan dengan saat pertama kali aku datang, keadaan desa sudah jauh lebih ramai.
Anak-anak mulai bermain di luar rumah, para remaja menolong orang tua mereka di perkebunan, para petani bekerja dengan giat semenjak alir kembali mengalir ke desa.
“Ku harap aku dapat melihat keadaan Desa Nimiyan saat desa ini berada dalam masa kejayaannya,” ujarku.
“Ichigaya... Berkatmu desa ini perlahan mulai melangkah maju lagi, suatu hari aku yakin desa ini akan kembali pada masa kejayaannya. Torn dan Lyod pasti akan kebingungan menangani tamu yang hendak berkunjung, toko Tuan Bern tidak akan tutup walau hari sudah gelap, dan di penginapan... Mungkin kau tidak akan menemukan kamar untuk tidur,” jawab Rya sambil tersenyum.
Sungguh Rya mengharapkan hari itu terulang kembali, bahkan dia saat ini sedang membayangkannya.
“Kak Ichigaya, mungkin jika kau tetap tinggal di desa ini... Suatu hari kau akan melihat masa kejayaan Desa Nimiyan dengan mata kepalamu sendiri.”
Benar juga apa yang di bilang oleh Tuare, mungkin jika aku tetap tinggal, suatu hari aku dapat melihat desa ini menjadi maju. Jika aku memang harus tinggal, maka aku tidak hanya ingin melihat bagaimana desa ini maju, tapi aku ingin membantu desa ini dengan tangan dan jerih payahku juga.
“Kak Ichigaya, apa yang kau lakukan? Dari tadi melihatku dengan tatapan seperti itu. Jika kau tidak ingin tetap tinggal di desa, aku juga tidak akan peduli,” ujar Tuare sambil memalingkan wajahnya.
Benar-benar gadis Tsundere yang tidak bisa jujur terhadap perasaannya.
“Kalau begitu akan aku putuskan! Aku akan tetap tinggal di Desa Nimiyan ini, sampai aku melihat desa ini kembali maju seperti dulu.”
“Ah! Terserah kau saja!” jawab Tuare yang lalu berjalan maju dengan langkah yang lebih cepat dariku dan Rya.
Dia nampak kesal memang, tapi aku yakin... Tanpa aku melihat wajah Tuare saat ini, Tuare pasti sedang tersenyum.
“Tuare pasti senang karena kau bilang ingin tetap tinggal.”
“Apa hanya Tuare saja yang senang jika aku tetap tinggal?”
“Ichigaya... Apa kau sedang mencoba untuk menggodaku? Ingat... Kita sudah sama-sama dewasa, jika ada yang berubah dari diriku, kau harus bertanggungjawab.”
Rya tersenyum kemudian dia juga ikut melangkahkan kakinya dengan cepat. Tentu saja, itu karena aku memang sedang menggodanya, tidak kusangka... Bahkan sekarang muncul keberanian dalam diriku untuk menggoda seorang gadis. Tapi karena Rya itu adalah gadis yang sangat cantik dan baik, karena dia tidak marah saat aku menggodanya, maka ini tidak apa-apa.
“Bau yang tercium di desa ini benar-benar sudah berubah, tadinya ada bau aneh yang membuatku tidak nyaman, tapi semenjak Kak Ichigaya dan yang lain menguburkan bangkainya, bau aneh itu benar-benar menghilang, desa kita sungguh mulai kembali segar,” ujar Tuare.
“Bau... Bau yang segar?”
Benar juga, bukankah aku awalnya terpikir untuk membuat sebuah sabun. Itu bagus juga, selain benda itu adalah benda yang kubutuhkan saat ini, ini bisa sekaligus dijadikan ajang untukku menaikkan levelku. Haha... Satu kali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Baik, saat aku ingin membuat sesuatu bukankah aku cukup hanya dengan memikirkan benda yang ingin ku buat. Sejak aku memiliki kelas sebagai seorang Crafter, walaupun aku tidak mempunyai bakat membuat sesuatu sebelumnya, ntah kenapa saat ini aku seperti bisa membuat apa saja.
Pikirkan Eishi! Lalu lihat apa yang akan keluar pada layar tabel bahan.
Yosh! Ini dia!
600 ml minyak kelapa, 300 ml minyak zaitun, 250 ml air yang sudah di suling, 150 cairan hidroksida logam, Essential Oil, pewarna yang dibutuhkan,Tanaman atau kelopak bunga yang telah di keringkan.
Minyak kelapa dan minyak zaitun, bukankah semua itu bahan yang biasa di temukan di bumi, memangnya di dunia Khartapanca ini ada minyak kelapa dan minyak zaitun? Lalu... Untuk cairan hidroksida yang berasal dari logam, bagaimana aku bisa mencarinya? Lagipula, apa itu hidroksida?
“Ichigaya, apa yang kau lihat? Kau bertingkah aneh,” ucap Rya dengan lembut namun cukup mengagetkanku. Mungkin Rya mulai melihatku sebagai orang aneh karena aku melakukan hal yang tidak wajar.
“Aku terpikir untuk membuat sesuatu, jadi... Mungkin sembari kita jalan-jalan di sekitar desa, aku sekalian mencari bahan untuk benda yang ingin ku buat. Maaf kalau aku membuatmu melihat sesuatu yang aneh.”
“Kak Ichigaya, apa kau ingin membuat sesuatu yang aneh lagi? Aku sangat tidak sabar ingin melihat benda ajaib apa yang akan kau buat!” seru Tuare dengan semangat.
“Mungkin benda yang akan ku buat ini akan membuat kalian bersemangat, karena... Apa yang ku buat ini adalah benda yang akan sangat disukai oleh para gadis.”
“Benarkah itu, Kak? Kalau begitu tidak perlu basa-basi lagi, mari berjalan mencari bahan yang Kak Ichigaya butuhkan!”
Tuare benar-benar bersemangat, tapi aku tidak tau bagaimana caranya aku mendapatkan minyak zaitun dan juga minyak kelapa. Memangnya di dunia ini hal semacam itu ada, kah?
Tunggu, di samping behan yang tertulis pada layar, ada sebuah tombol I yang artinya information, jika hal itu di tekan, ada perintah Search. Bukankah Search itu artinya cari? Aku hanya perlu menekannya untuk mengetahui apa fungsi perintah ini.
Saat ku tekan benar saja, yang terjadi seperti apa yang aku prediksi, tiba-tiba muncul perintah Map dan apa yang ada di Map memunculkan sebuah bintik-bintik kuning, kurasa bahan yang aku cari ada di bintik kuning tersebut, jadi di sinilah aku bisa menemukan minyak kelapa. Mari lihat bahan apakah itu!
Aku sampai di tempat yang banyak dengan tanaman liar setinggi d**a orang dewasa, sudah jelas tanaman-tanaman ini bukanlah pohon kelapa, saat ku buka tabel informasi, tertera di atas tumbuhan itu namanya, Cedry.
“Tanaman Cedry? Apa Kak Ichigaya butuh tanaman ini untuk membuat benda yang kakak ingin? Memangnya apa yang bisa di buat dari tanaman ini?”
“Sudah ku bilang, kan. Itu adalah sesuatu yang akan di sukai oleh para gadis. Pokoknya kita ambil saja buahnya.”
Buah tanaman Cedry sangat kecil, hanya seukuran kelereng dan memiliki warna merah dan hijau muda di ujungnya, baunya... Tidak wangi dan juga tidak busuk, tekstur kulitnya mirip seperti jeruk di duniaku, aku tidak tau rasanya, apakah akan enak atau tidak.
“Kak Ichigaya, buah Cedry itu tidak bisa dimakan, rasanya pahit dan kau tidak akan suka.”
Jadi begitu, sebenarnya buah ini tidak bisa dimakan, toh. Hampir saja aku ingin memakannya.
“Tapi kulitnya itu bisa di gunakan loh, setelah kita mengirisnya kecil-kecil kita bisa menumbuknya dan mengambil sarinya. Sari buah Cedry itu dapat menghaluskan dan melembabkan kulit, tapi sayang sudah banyak orang yang tidak menggunakan itu, karena jujur saja bau sarinya membuat orang merasa tidak nyaman,” kata Rya.
“Itu dia! aku ingin mengambil sari buah Cedry ini.”
“Tapi Ichigaya, baunya sangat tidak enak. Apa kau yakin para gadis akan suka dengan benda yang terbuat dari ini?”
“Yakinlah!”
Karena aku juga yakin kepada kemampuan yang dimiliki oleh kelasku sebagai seorang Crafter, aku pasti akan berhasil membuat apa yang menurut kalian tidak akan di suka, menjadi apa yang kalian paling butuhkan.
Dengan menggunakan perintah Search yang telah tersedia pada tabel perintah, pencarian bahan untuk membuat sesuatu menjadi begitu mudah, saat ini aku sudah mengumpulkan semua bahan yang di perlukan. Minyak kelapa yang berasal dari sari kulit buah Cedry, minyak zaitun yang di dapatkan dari menumbuk daun pohon Yeth, Essentials oil, hidroksida logam yang tidak aku mengerti yang ternyata adalah lindi, lindi dibuat dengan cara pelindian abu. Dan bahan yang membuat benda ini akan menjadi benda populer di kalangan para gadis, adalah bunga Katrapedy.
Katrapedy sangat sulit di temukan, aku sampai harus rela menjelajah lagi ke dalam hutan Nimiyan, tapi kedua gadis itu tidak ku ajak, meskipun tidak ada monster di hutan Nimiyan, masih ada kemungkinan adanya binatang buas, jadi aku memutuskan untuk mengajak Lyod dan juga Torn. Hasilnya, kami pulang membawa banyak bunga Katrapedy yang berbau wangi bahkan sampai mawar dan melati di duniaku, tidak bisa dibandingkan ke harumannya dengan bunga Katrapedy ini.
Yosh! Karena bahannya sudah terkumpul! Mari kita naikkan level kita!