Dia benar-benar melihat ke arahku, apa ini? Kenapa aku menjadi malu setelah dia melihatku, jelas aku memakai semua pakaianku, tapi rasanya… tetap saja ini membuatku malu.
“Rya… dia adalah orang yang telah menyembuhkanmu, namanya adalah Tuan Eishi. Dia adalah seorang penyelamat dermawan yang di tuntun oleh tuhan untuk kita.”
Tidak… menyebutku sebagai orang yang di tuntun oleh tuhan kurasa itu terlalu…
“Tuan? Apakah benar anda yang telah menyembuhkan saya?”
“Sa-saya… saya hanya melakukan sedikit hal, tidak terlalu banyak.”
Si4l aku malah menjadi gugup, ini adalah pertama kalinya aku mengobrol dengan gadis yang seusia denganku, kuharap dia tidak berpikir kalau aku ini orang aneh.
Rya mengejutkanku, dia dengan tiba-tiba bersujud di hadapanku dengan dahi dan menyentuh lantai.
“Terimakasih banyak Tuan, berkat anda saya bisa melihat senyum orang tua saya kembali, saya benar-benar berterima kasih!”
Setelah itu Tuan Jerome dan Nyonya Merry juka ikut bersujud kepadaku.
“Tuan Eishi… kami benar-benar berhutang budi pada anda!”
“Ah… kalian tidak perlu…”
Membuat orang lain bersujud di hadapanku ntah kenapa membuatku merasa sangat tidak enak, ini seperti aku sudah bersikap tidak sopan pada mereka. Apa aku sudah menjadi seseorang yang di hormati sekarang? Hidupku nampaknya benar-benar sudah berubah.
“Tuan Jerome, Nyonya Merry, Nona Rya. Saya ingin kalian berhenti bersujud di depan saya, jujur saja itu membuat saya merasa kurang nyaman. Terima kasih saja sudah lebih dari cukup untuk saya.”
“Tuan Eishi benar-benar seorang pemuda yang dermawan dan baik hati, keluarga kami benar-benar beruntung telah bertemu denganmu.”
“Sama halnya seperti kalian yang beruntung bertemu saya, saya juga beruntung bertemu dengan kalian.”
“Krrruuyyyuuukk~~”
Ak?? Apa itu perutku yang baru saja berbunyi? Itu cukup nyaring untuk membuat mereka semua berekspresi seperti itu, mereka sangat terkejut, itu pasti.
“Hahahahaha… ada yang lapar rupanya, sayangku… kita harus menunjukkan keramahan keluarga kita pada dermawan kita, mari hidangkan makanan yang lezat untuknya. Dan kita buat pesta atas sembuhnya Rya dari penyakitnya.”
“Ide yang sangat bagus, aku dan Rya akan memasak di dapur untuk kita. Sayang… ajak Tuan Eishi untuk mengobrol sementara kami menyiapkan pestanya.”
“Ayo Tuan Eishi… biar kutunjukkan sesuatu yang bagus untukmu.”
“Ba-baik Tuan Jerome.”
“Hei… ayolah, tidak perlu terlalu formal, bukankah kau yang memintaku untuk menjadi seorang teman? Perlakukanlah aku dengan santai, berhentilah memanggilku Tuan, kurasa kita sudah cukup mengenal. Panggil saja aku Paman Jerome, atau Jerome saja.”
“Kalau bagitu aku akan memanggilmu Paman Jerome saja.”
“Hahahaha… Ichigaya, mari kita bersenang-senang, kita serahkan saja urusan dapur pada para perempuan.”
Akhirnya mereke semua kembali ceria, aku senang melihatnya, dan aku juga merasa sangat Bahagia berada di antara keceriaan itu. Ini sama sekali tidak membosankan, mungkin lain kali aku harus menceritakannya pada Dewa Garileon.
****
Sekarang aku berada di ruang makan, sementara Paman Jerome pergi ntah kemana, dan Bibi Merry beserta Rya berada di dapur, tampaknya Tuare juga ikut Bersama mereka. Baru saja aku mendengar seruan haru Tuare bertemu dengan kakaknya, tampaknya dia sudah lega dan bisa senang sekarang dengan kembalinya Rya menjadi sehat. Syukurlah!
“Status!!!”
Huu… tampaknya tak ada yang berubah dari Tabel Status milikku, aku masih saja level dua, jika diingat-ingat, aku bisa naik level karena aku membuat Potion Bersama dengan Pak Tua Bern, apa seorang Crafter menaikkan level mereka dengan cara membuat benda? Kalau begitu aku mungkin harus sering bereksperimen untuk menjadi seorang pengrajin. Tunggu dulu! Ada status yang berubah, apa ini adalah sebuah gelar? Seorang dengan Hati yang Hangat? Apa-apaan gelar ini? Hei… sepertinya gelar ini memberiku Buff. Gelar ini menambahkan karismaku sebanyak dua puluh point? Apa maksudnya itu?
Aku menekan tanda seru yang terdapat pada tabel status, tepatnya tanda seru yang ada di samping point karisma.
Karisma membuat orang lain akan terpikat dengan anda, karisma mengeluarkan pesona yang dapat membuat orang lain lunak kepada pemilik karisma. Semakin banyak karisma yang dimiliki maka semakin mudah berkomunikasi dengan orang lain dan mendapat kepercayaan mereka.
Hua… ini Buff yang sangat berguna untuk menunjang kehidupan bersosial seseorang, aku tidak menyangka… bahkan orang yang anti sosial sepertiku bisa mendapat Buff semacam ini.
“Ichigaya, maaf membuatmu menunggu. Aku mengambilkan sebuah bir untukmu, ini adalah bir paling lezat yang ada di desa, aku menyimpannya untuk tamu special yang datang kerumahku, dan hari ini… adalah hari untuk menikmatinya, mari minum bersamaku!”
Ah… padahal sebelumnya dia menyebutkan namaku, sekarang dia menggunakan nama keluargaku untuk memanggilku. Tunggu! Kenapa aku baru sadar… penyebutan nama dan nama keluarga kan biasanya terbalik di dunia lain. Ah… sepertinya aku sudah tidak bisa memperbaikinya lagi. Lagipula apakah aku tidak salah dengar? Baru saja Paman Jerome mengajakku minum, minum alkohol ini? Bukankah aku masih belum cukup umur?
”Ano… paman Jerome, tapi saya masih berusia enam belas tahun, saya tidak bisa meminum ini.”
“Apa yang kau bilang? Apa ini hanya alasan karena kau tidak kuat minum? Laki-laki itu sudah dianggap dewasa saat kita berusia lima belas tahun, dan seorang wanita saat mereka telah berusia tiga belas tahun. Saat dewasa bukankah hal yang wajar jika meminum bir?”
Ya ampun… logika disini sangat berbeda dengan yang ada di bumi, jadi disini aku bisa dianggap seorang pria dewasa dan di perbolehkan minum Sake, tapi apa aku benar-benar tidak apa-apa kalau meminumnya?
“Ayolah minum, ini adalah bir terbaik yang bisa kau temui di dalam desa Nimiyan, aku bisa menjaminnya.”
Tidak enak juga kalau menolaknya, Paman Jerome telah sangat bermurah hati memberikan bir yang sangat berharga ini padaku. Lagipula aku akan merasakannya juga beberapa tahun lagi, kurasa tidak ada salahnya mencobanya lebih awal.
“Kalau begitu… bisakah Paman Jerome menuangkannya?” ucapku sambil menjulurkan sebuah gelas kecil ke arahnya.
“Hahaha, Ichigaya… kau itu hanya seorang pemuda yang mudah merasa malu.”
Baiklah… ini pertama kalinya dalam hidupku, akhirnya aku menyentuhnya juga. Harusnya ini dua tahun terlalu awal untukku, tapi kali ini aku tidak bisa menolaknya karena Paman Jerome telah dengan senang hati menuangkannya ke dalam gelasku. Kira-kira akan jadi seperti apa rasanya.
Ku tutup saja mataku dan ku teguk bir itu secara langsung. Benda itu akhirnya masuk lewat tenggorokanku dan sekarang mungkin sudah sampai ke perutku.
“Ahhh…. Ini agak pahit.”
“Hahaha… kau kelihatan seperti baru pertama kali meminum bir, Ichigaya.”
“Benar sekali, ini adalah pertama kalinya aku meminumnya, paman. Rasanya benar-benar pahit, tapi ada sedikit rasa pedas setelahnya, rasanya benar-benar campur aduk… tapi bukan berarti rasanya buruk.”
“Pendapatmu cukup bagus, mungkin kau akan segera terbiasa dan mulai dapat menikmatinya. Bagaimana dengan satu gelas lagi?”
“Kurasa itu terlalu…”
“Ayolah, tidak setiap hari aku mengeluarkan koleksiku ini. Kau harus minum yang banyak agar kau menyukainya.”
“Sayang, apa yang kau lakukan, mengajak Ichigaya minum padahal dia sedang lapar dan membutuhkan makanan, bukankah itu tidak baik.”
“Ayolah… Ichigaya adalah seorang pria, minum sedikit sebelum makan kurasa itu tidak menjadi masalah besar untuknya.”
“Tetap tidak boleh, bir ini aku sita sampai kalian semua selesai makan.”
Syukurlah Bibi Merry datang tepat waktu, kalau tidak mungkin aku sudah dilatih menjadi seorang pemabuk sejak dini oleh Paman Jerome.
Apa? Apa aku sedang berhalusinasi, atau aku benar-benar melihat Rya tersenyum ke arahku? Aku tidak sedang mabuk, Kan?
“Ya! Karena meja kita sudah penuh dan semua orang sudah duduk mengisi kursi mereka masing-masing, mari kita buka acara ini dengan berdoa sebelum kita menyentuh hidangan lezat di hadapan kita ini.”
Mereka menyentuh dahi mereka dengan tiga jari di tangan mereka lalu memejamkan mata, apa seperti ini cara orang dunia lain berdo’a? Yah… mari kita ikuti saja untuk menghormati mereka.
“Tuhan, terimakasih atas Rizki yang telah Engkau limpahkan terhadap keluarga kecil kami, untuk hidangan, untuk kesembuhan, untuk umur yang Panjang, dan untuk keluarga yang lengkap. Serta… rasa syukur kami untuk orang yang kau tuntun pada kami, Tuan Ichigaya Eishi.”
Sudah selesai kah? Apa sekarang aku sudah boleh membuka mata?
Aku mengintip dengan sebelah mata, dan semua orang terlihat sudah menurunkan tangan mereka. Do’a yang cukup mengejutkan, aku merasakan rasa syukur yang dalam dari mereka saat memasukkan namaku dalam do’a mereka. Akupun ikut bersyukur untuk do’a yang barusan.
“Kalau begitu mari kita makan!” seru Paman Jerome.
Ah… akhirnya aku benar-benar melihat makanan yang wajar, aku tidak harus merasakan asamnya buah Elp lagi. Meskipun yang ada saat ini adalah roti dan juga daging, tapi kelihatannya enak, yang kurang hanyalah nasi. Aku akan mencari cara untuk mendapatkan nasi dan juga miso di dunia lain ini, aku akan membuatnya. Karena aku adalah seorang Crafter.
Bibi Merry sangat baik, dia mengambilkan makanan untukku, aku diperlakukan seperti seorang menantu baru di rumah ini, aku jadi malu.
Seseorang menarik lengan bajuku perlahan, saat aku menoleh aku melihat Tuare dengan wajah yang sedikit tertunduk, apa dia ingin mengatakan sesuatu?
“Itu… A-aku… aku minta maaf. Aku minta maaf karena sikapku yang telah tidak sopan padamu sebelumnya. Dan… aku ingin berterimakasih karena kau telah menyembuhkan kakakku dari penyakitnya. Terima kasih banyak Tuan Eishi.”
Lega rasanya mengetahui dia tidak lagi kesal kepadaku, itu artinya aku tidak perlu menyembunyikan wajahku selama aku tinggal disini.
“Ichigaya saja,” ujarku.
Jika ichigaya yang malah menjadi nama depanku maka, mari gunakan saja. Setidaknya saat ada yang memanggilku dengan nama itu, hal itu bisa mengingatkanku pada keluargaku yang ada di bumi. Walau mereka tidak peduli padaku sedikitpun, aku tidak ingin menyangkal kenyataan bahwa mereka berdua adalah orangtuaku.
“Baiklah… Kak Ichigaya,” jawab Tuare.
Wajahnya tersipu saat mengatakannya, aku dapat melihat rona merah di pipinya. Apa ini? Apakah aku masih mabuk karena bir itu?
***