Bab 4. Alvaro bermain sandiwara

1286 Kata
Happy Reading. Semua orang terkejut saat melihat Alvaro datang ke rumah sakit termasuk Deby. Dua penjaga keamanan juga baru tiba di tempat itu setelah mendengar kegaduhan. "Ada apa, sayang?" tanya Alvaro pada Deby dan mendekati wanita itu. Bahkan Alvaro tidak segan memeluk pinggangnya di hadapan semua orang. Tentu saja perlakuan ini membuat Deby terkejut. "Aku tadi mendengar ada orang yang memaki mu, kalau kau ada dalam masalah, seharusnya kamu menghubungiku, sayang. Aku pasti akan membantumu dengan senang hati," ujar Alvaro. Deby merasakan jantungnya berdebar kencang saat Alvaro memanggilnya dengan kata-kata sayang, apalagi rengkuhan tangan kekar yang berada di pinggangnya itu semakin mengerat. Dia pun terkejut ketika Alvaro membisikkan kata-kata yang membuatnya mengerti kenapa Alvaro memanggilnya seperti itu. "Aku akan membantumu, jadi menurut lah, anggap saja aku ini kekasihmu dan kita memainkan peran," bisik Alvaro pelan membuat Deby mengangguk lemah. Semua itu tidak lepas dari pandangan beberapa orang yang berhenti dan melihat adegan seorang lelaki tampan yang memeluk wanita mungil yang sepertinya terlibat dalam pertengkaran yang mereka dengar tadi. "Jadi, apa yang dia lakukan padamu, sayang? Sepertinya aku tadi melihat orang itu akan menganiayamu, apakah benar?" tanya Alvaro dengan suara yang lembut. Sejujurnya Deby merasa takut, tetapi dia akan menggunakan Alvaro untuk menghadapi pria arogan tadi. Pria arogan tadi pun tubuhnya bergetar ketakutan. Sedangkan sang perempuan langsung terpana melihat Alvaro. Siapa yang tidak tahu dan tidak kenal dengan pria tampan yang ada di hadapannya saat ini. Dari penampilannya saja pasti langsung membuat kaum hawa terpesona. Banyak dari mereka yang akan menyerahkan tubuhnya dengan cuma-cuma pada Alvaro, auranya begitu kuat dan mendominasi membuat orang tidak berani menatapnya. "Tuan Alvaro–" Alvaro mengangkat tangannya saat pria itu akan bicara. Sepertinya pria itu memang mengenal Alvaro Bautista. Pewaris satu-satunya keluarga Bautista itu adalah pemilik rumah sakit yang ada di hadapan mereka saat ini. Melihat Alvaro yang memanggil Deby dengan kata-kata sayang bahkan tangannya Alvaro begitu posesif melingkar di pinggang wanita itu membuat orang-orang itu langsung berpikir jika nasibnya pasti akan buruk setelah ini. "Diam Lah, aku bertanya pada kekasihku, jadi dia yang harus menjawab," ucap Alvaro menatap ke arah pria itu dengan datar. Kemudian dia menatap Deby kembali dengan tatapan lembut. "Jadi, apakah kau bisa menceritakan semuanya, sayang? Aku tidak suka ada orang yang mengusik dan tidak menghargai kekasihku," lanjutnya. "Ehm, jadi sebenarnya ceritanya begini, kedua orang ini tadi ribut, sepertinya mbak nya ini tadi nggak sengaja nabrak motor masnya, terus mbaknya udah bawa si mas itu ke rumah sakit ini dan di obati, tetapi mase masih minta ganti rugi sama mbak e buat ganti motornya karena rusak, gitu kan mbk?" tanya Deby dan diangguki oleh wanita tadi. "Apa benar yang dikatakan oleh kasihku ini?" Mata Alvaro menatap ke arah kedua orang itu. "I–iya tuan," jawab pria itu. "Memangnya kamu minta ganti rugi berapa? Apakah kamu sangat tidak punya uang? Padahal dia sudah bertanggung jawab mengobati mu?" tanya Alvaro. "Eee ... Sebelum bagian depan motor gede saya rusak dan–" "Tuan, saya sudah memberikan ganti rugi 1 juta untuk perbaikan motornya, saya cuma ada itu, tetapi bapak ini nggak terima karena katanya motornya mahal, padahal saya sudah bertanggung jawab," sela wanita itu. "Udah, nggak usah ganti lagi, udah cukup kok," ujar pria tadi. Deby dan wanita itu pun mendelik melihat nyali pria arogan itu yang menciut saat bertemu dengan Alvaro. Padahal tadi dia sampai membuat keributan minta tanggung jawab, tetapi sekarang kenapa dia malah bilang nggak perlu di ganti. "Beneran?" "Iya, ini udah cukup kok, ya sudah saya permisi dulu, Tuan saya permisi," ujar pria itu yang langsung ngacir kabur. Beberapa orang langsung bersorak saat melihat pria itu pergi. Dua petugas keamanan mendekat dan meminta maaf karena terlambat datang. "Tapi Anda tidak apa-apa kan Mbak?" tanya salah petugas keamanan itu pada Deby. "Saya nggak apa-apa, justru mbaknya ini yang nggak baik-baik saja, tadi saya cuma nolongin mbaknya," jawab Deby. Petugas keamanan langsung menatap wanita tadi. "Maaf ya Mbak kami datang terlambat." "Iya, nggak apa-apa Pak, lagian tadi untung mbaknya datang, kalau nggak pasti saya sudah di seret sama pria arogan itu," jawabannya. "Seharusnya kalian sebagai petugas keamanan lebih teliti dan jeli dalam bertugas, jangan sampai ada hal seperti ini lagi," ujar Alvaro dengan suara terkesan dingin. Kedua petugas itu langsung menunduk takut karena mereka tahu siapa pria yang berdiri di depan mereka saat ini. "Iya, tuan. Maafkan kami," ujar kedua penjaga itu menunduk takut. "Aku tidak suka kalian lalai seperti ini, bukankah sudah tugas kalian menjaga keamanan, tetapi kenapa masih ada kejadian seperti ini?" tanya Alvaro dengan tatapan tajam. Alvaro adalah pemilik rumah sakit Pelita Husada, dia bisa melakukan apapun termasuk memecat dua penjaga keamanan itu dengan tidak terhormat. Deby juga baru tahu jika pria yang sedang bersandiwara ini adalah orang yang begitu berpengaruh di kota ini. Meskipun namanya cukup familiar karena memang pernah beberapa kali muncul di sosial medial, tetapi tidak pernah menyangka jika pria itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Sejujurnya Deby sangat takut dengan aura yang dipancarkan Alvaro, pria itu bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Sungguh pria yang tidak kalah kejam ternyata. Kedua petugas keamanan itu langsung berlutut di hadapan Alvaro, dia takut akan di pecat. Deby yang melihat hal itu merasa takut dengan pria seperti Alvaro. Kedua petugas keamanan itu masih berlutut, mereka tidak mau jika harus dikeluarkan dari pekerjaannya yang sekarang. Apalagi salah satu dari mereka sudah bertahun-tahun bekerja di rumah sakit itu, tentu saja bayaran gajinya menjadi petugas keamanan bisa untuk membiayai keempat anaknya dan juga istrinya yang kehidupannya memang begitu mewah. "Tolong Tuan Alvaro, saya mohon jangan pecat saya, saya benar-benar minta maaf dan tidak akan mengulangi lagi," ujar salah satu petugas itu. Deby lama-lama jadi kasihan. Dia merasa Alvaro tidak memiliki hati ketika memecat orang-orang itu, tetapi mengingat bagaimana tadi mereka tidak sigap dalam menjaga keamanan rumah sakit, memang sangat keterlaluan. "Iya Tuan, tolonglah kami, kami berjanji tidak akan mengulangi hal ini lagi, kami juga berjanji akan selalu siap siaga," ujar petugas keamanan yang senior dan yang satunya mengangguk kan kepalanya. "Eghem, sayang, sebaiknya kita lepaskan , tidak perlu sampai di pecat, aku rasa dengan mereka meminta maaf seperti ini, sudah cukup dan ku rasa mereka bisa diberikan satu kesempatan lagi," ujar Deby memegang lengan Alvaro. "Aku juga akan pura-pura, kalau kamu menginginkan hal ini, sekalian saja kita teruskan sandiwara ini," batin Deby Alvaro menatap Deby dengan tatapan yang sulit di artikan, jika pria itu yang di singgung sudah pasti semuanya akan dipecat saat ini juga dan tidak ada mata maaf. Namun, melihat Deby yang seperti ini, membuat Alvaro hanya bisa menghela nafas. "Kenapa?" tanya Alvaro. "Ehm, ya tidak apa-apa. Aku hanya merasa kasihan terhadap mereka," jawab Deby. Kedua petugas keamanan itu menatap Deby dengan tatapan sendu, mereka seakan mengatakan terima kasih, tetapi tidak berani membuka mulutnya karena Alvaro belum memberikan jawaban. "Ma-maafkan kami, Tuan. Kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi, kamu benar-benar minta maaf," ujar kedua petugas keamanan itu dengan kedua lutut yang bergetar. Deby yang melihat hal itu tentu saja kasian, dia menarik lengan Alvaro membuat pria itu menoleh. "Sudahlah, maafkanlah mereka, mungkin tadi karena mereka sedang sibuk atau tidak tahu, jadi mereka tidak sempat mengamankan pria tadi," ujar Deby. Alvaro menatap Deby yang terlihat memohon, pria menghela nafas. Alvaro memang tidak suka dengan orang yang tidak profesional dalam bekerja. "Baiklah, jika memang kamu mau memaafkan mereka," jawab Alvaro akhirnya. Pria itu menatap ketiga orang yang masih berlutut itu. Pemandangan semua itu menjadi perhatian semua orang. Namun, tetap tidak ada yang berani berucap ataupun mengeluarkan suara. "Kalian dengar sendiri, kekasih ku memintaku untuk memaafkan kalian, jadi kalian harus berterima kasih padanya, karena jika itu aku yang kalian singgung, jangan harap bisa keluar dari tempat ini dengan keadaan yang baik-baik saja," ujar Alvaro tajam. Kedua petugas keamanan itu langsung menatap Deby dengan patuh dan meminta maaf.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN