“Ganteng ya!” Terdengar kasak-kusuk para cewek membicarakan Musa. “Kalo aja dia jadi pacarku. Hiyuuuh… Ya ampun.” “Hidungnya mancung.” Moza yang berdiri di tengah-tengah hiruk pikuk keramaian di sekitarnya, tampak diam membeku. Kenapa Musa datang ke sekolah? Semua cewek tampak mengagumi Musa, namun lain halnya dengan Moza yang malah tampak bingung. “Za, itu Musa. Ya ampun, hani bebi switi, kok dia ke sini? Aku udah cantik belum?” Caca merapikan rambutnya, membasahi bibirnya. Moza tepuk jidat melihat tingkah temannya itu. Musa melepas kaca mata hitam dan menggantungnya di leher baju yang ia kenakan. Ia menyisir rambut halusnya dengan jarinya, menoleh ke kiri dan kanan mencari sesuatu. Beberapa orang gadis yang melintasinya tampak menyapa dengan sedikit bumbu godaan. Musa tida