Posesif

1289 Kata
"Bro, kalau cewek itu bikin perangai lu berubah jadi pemarah begini, mending lu lepas aja, Bro. Kasihan dia lu bentak depan umum gitu, Bro," saran Ronald kepada Damar. "Biar dia kapok. Kalau lepas gak bisa, minggu depan gua nikah sama dia," jawab Damar bernada pasrah. "What?! Gak salah denger ini gua, kenapa, Bro?!" seru Ronald tersentak kaget. "Kali ini s****a* gua berhasil nembus indung telurnya," sahut Damar santai seraya mempersilakan Ronald yang telah dipanggil dokter untuk periksa. Ronald bangkit, disusul oleh Damar memasuki ruang periksa dokter. Tidak ada masalah berarti dengan hidung Ronald hanya bibirnya saja yang jontor dan pecah sedikit, Ronald meminta obat suntik agar langsung berasa di tubuhnya. Setelah membereskan p********n, Damar mengajak Ronald jalan kaki ke taman di luar apartemen, ia belum mau pulang karena takut masih emosi kalau bertemu Soferina. Mereka duduk di bangku kayu, Ronald masih terkejut dengan kabar pernikahan sahabatnya itu. "Bro, kenapa harus minggu depan?" tanya Ronald. "Gak pakai pesta, yang penting resmi, se-resmi-resminya," sahut Damar sambil melemparkan kerikil ke dalam danau buatan. "Bro apa karena dia hamil? Soalnya lu kan takut banget terikat sama cewe dan seharusnya kan lu main aman selama ini, kok bisa kecolongan, serius gua nanya ini," berondong Ronald penasaran. "Bukan karena hamil atau masih perawan, itu sih pertimbangan kesekian, tapi perasaan gua aja gak mau kehilangan dia. Makanya harus gua iket," jawab Damar. "Modelan elu jatuh cinta? No, no, no ... gua gak percaya," ujar Ronald geleng-geleng kepala. "Tapi ... sumpah deh, gua belum pernah lihat cewek secantik itu, maksud gua, cantiknya tuh beda ya, khas banget, Aura sensualnya kental banget loh, jangan sampai lu ntar malah yang posesif sama dia," celoteh Ronald. "Gua udah posesif, mulai besok lu bakalan lihat gak ada gua klo gak ada dia," jawab Damar santai. "Ah, serius?!" seru Ronald, terkejut. Melihat Damar mengangguk Ronald berkata, "Cepat sekali perubahan lu, Bro." Damar mengangkat bahu. "Besok gua datang agak siangan ya, gua mau ke showroom, lihat-lihat mobil yang nyaman tapi sesuai budget. Kelar dari sana, baru ke kantor," tutur Damar. "Mau beli mobil? Ini nih yang keanehan lagi, dari dulu gua dah nyuruh lu beli mobil, gak pernah mau, kenapa sekarang lu mau beli?" tanya Ronald keheranan. "Beli ah, yang gua beli buat nyokap. Jujur gua mah gak butuh mobil, tapi bini gua? Masa iya gua naikin taksi terus, keenakan sopirnya dong gonta-ganti melototin bini gua." Damar tertawa renyah. "Lu beneran jatuh cinta nih kali ini, Bro. Selama lu happy gua dukung, selamat ya," ujar Ronald. "Thanks, Bro." jawab Damar. Perasaannya kini menjadi lebih ringan dan bebas. Dia telah mengambil keputusan untuk menanggung jawabi orang lain yang akan mengandung putranya. Ronald pamit pulang, mereka kembali ke apartmen karena mobil Ronald di parkir depan pintu lobi, dan Damar kembali ke unitnya, merasa lelah tapi bersemangat. ◇◇◇ Soferina terus menangis, dia memang salah telah dua kali mengganggu tidur Damar, hanya karena ia tidak bisa menahan emosinya. Tapi, haruskah lelaki yang dicintainya itu membentaknya di tempat umum? Dia juga merasa bersalah terhadap Ronald yang mendapatkan bogem mentah dari Damar. Semua gara-gara dirinya. Kembali terngiang ucapan Damar, "Puas kamu, Ha?! Ini yang kamu mau? merusak persahabatan aku sama dia?!" Soferina menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu kalau Ronald adalah sahabatnya, bukan pegawai Damar. Masih banyak hal yang harus ia ketahui tentang Damar, mestinya ia mengenali Damar lebih jauh, bukan mengedepankan emosinya. Rasa sesal itu cukup membuat perasaannya tidak menentu. Tapi, kenapa kecemburuannya begitu tinggi hingga menjadikan dirinya merasa posesif pada lelaki itu. Meskipun berpikir seperti itu, tetap saja ia resah karena Damar tidak ikut pulang bersamanya, ia merasa curiga kalau Damar menemui perempuan lain, karenanya ia melakukan deteksi tubuh, seraya mengambil posisi duduk bersila layaknya orang bersemedi. Nyatanya bukan semedi tapi melepaskan raganya tetap di dalam ruangan itu, namun rohnya keluar mengikuti Damar Rahit. Keilmuan yang seperti ini, hanya calon-calon raja dan ratu pulau mistik yang punya. Damar pun tidak dibekali dengan kesaktian itu. Soferina mengikuti mereka, melayang di sekitar mereka, mengikutinya dari sejak Damar dan Ronald keluar dari klinik. Soferina mendengar semuanya dengan jelas, bahkan merekam mimik wajah Damar dalam setiap ucapannya. Sekarang ia mengerti, Damar memang mencintainya, tapi yang mengejutkan baginya adalah tentang kehamilannya. Damar tahu kalau spermanya membuahi indung telur miliknya dan zygot itu akan menjelma menjadi seorang putra. Soferina tidak menemukan alasan bahwa Damar terpaksa menikah dengannya, meskipun tampak Damar menginginkan putranya terlahir mempunyai seorang ayah. Ia juga terharu karena Damar serius ingin bertanggung jawab terhadap hidupnya. Tidak ada alasan lagi baginya untuk meragukan Damar Rahit. "I love you," bisik hati Soferina sebelum meninggalkan Damar dan kembali pada raganya di ruang apartemen. Perjalanannya yang singkat itu cukup menguras energi dan membuatnya sangat lelah. Soferina menyegarkan diri di kamar mandi sebelum Damar pulang, dan memadamkan lampu-lampu utama. Lalu menyelinap ke dalam selimut. Babak baru dalam kehidupannya telah dimulai siang tadi, saat indung telurnya menerima kehadiran sang jentik berbuntut panjang dan tengah bersiap membelah diri untuk kemudian menempel pada dinding rahimnya. Damar memasuki unitnya, ruangan sudah temaram, ia masuk ke dalam kamar dan melihat Soferina telah berselimut. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya dengan air panas, mencoba menghilangkan penat tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia ikut masuk ke dalam selimut dan memeluk wanita di sebelahnya. Kulit beradu kulit, membuat hasratnya timbul kembali dan ia punya kelemahan tidak bisa menahan hasratnya, jadi harus dituntaskan. Ia berbisik ditelinga Soferina, "Aku menginginkanmu, kalau kamu lelah, diam saja, ok." Damar menyingkap selimut dan mulai melucuti pakaian dari tubuh wanitanya. Ia bermain-main dengan tubuh indah itu penuh syukur karena ia akan terus menerus melihat pemandangan indah seperti ini di sepanjang hidupnya. Damar mengeksplorasi semuanya tanpa menyisakan satu senti pun. Soferina benar-benar dibuat kalang kabut olehnya. Desahan dan erangan silih berganti memasuki gendang telinga Damar dari mulut kekasihnya, membuat lelaki itu semakin tenggelam dalam nafsu birahinya. Soferina bahkan telah mencapai puncak sebelum permainan utama dimulai. Damar merasakan sesuatu telah basah dan licin, kini ia akan memasuki fase dimana dirinya harus memulai penyatuan tubuh. Damar melakukannya dengan sangat perlahan dan lembut agar wanitanya tidak merasa kesakitan. Penyatuan itu berhasil dilakukan, membuatnya terus memejamkan mata disertai lenguhan dan desisan dari keduanya. Soferina hanya sedikit merasakan ngilu dan perih namun sisanya adalah sensasi menyenangkan yang tidak bisa ia gambarkan dengan jelas. Pengalaman pertama yang begitu indah dan membuatnya melayang jauh seakan mampu menembus langit adalah sensasi yang kelak membuatnya ketagihan. Soferina tidak ingin berhenti, namun ingin terus berada pada tahap kenikmatan sebelum mencapai puncak, sensasi itu yang sangat disukainya. Damar terus memompa dirinya dengan sangat lembut dan perlahan-lahan, membuat Soferina kewalahan menahan dirinya agar tidak segera menggapai puncak. Tapi Damar yang telah sangat berpengalaman, tahu kapan ia harus bermain dan kapan harus menyudahinya. Sengaja berlama-lama dalam kehangatan, sukses membuat batin mereka saling mengunci. Soferina telah berulang kali sampai dan ia mulai sangat kelelahan, Damar memgambil keputusan untuk segera mengakhiri pengembaraan langitnya. Kini saatnya ia menghujam menembus langit dengan lantang. "Aaah ... Ferin, I love you ...," erang Damar dalam lolongan panjang. Keduanya terkulai dengan peluh membanjiri tubuh mereka, licin dan hangat. Lelaki tampan itu bangkit lalu menggendong Soferina ke kamar mandi. Ia membasuh tubuh Soferina dengan cermat. Tapi siapa sangka Damar turn on lagi, ia pun berbisik, "Aku akan melakukannya dengan cepat." Didirongnya punggung Soferina hingga pinggulnya menempel pada bagian depan bawah lelaki itu, Melesakka diri kedalamnya, terdengar bunyi, Pap Pap saat bagian tubuh itu menabrak pinggul Soferina. Tidak lama, Damar mengejang, dengan wajah menghadap ke atas, dan lolongan panjang kembali menggema. Mata Soferina sudah tidak mampu berkompromi, sangat lelah dan mengantuk. Damar melihat hal itu dan terkekeh. Ia pun segera membersihkan wanitanya sekaligus dirinya sendiri lalu menghandukinya sebelum menggendong kembali ke tempat tidur, tanpa memakai busana, keduanya masuk ke dalam selimut, Damar memeluk punggung Soferina dan mencium tengkuknya seraya mengucapkan, "Terima kasih, Sayang ... good night." Mata keduanya terpejam menyongsong mimpi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN