Belva benar-benar merasa tidak baik-baik saja saat ini. Beberapa kali dia mencoba memasukkan makanan dalam perutnya namun selalu berakhir terbuang di wastafel. Dia mengusap perutnya yang kian perih, sudah habis satu botol ukuran kecil minyak kayu putih diusap di perut datar itu, dan juga di sekujur tubuhnya. Bahkan Willi sampai berkernyit ketika memasuki ruang kerjanya karena aroma kayu putih yang menyengat, dan kini Farah sudah membelikannya satu lusin minyak kayu putih atas permintaan Belva. “Setidaknya pasti ada sedikit makanan yang masuk,” ujar Belva meyakinkan dirinya sendiri, dia kembali berkutat pada pekerjaannya mengutamakan pekerjaan yang menjadi prioritas atau yang paling penting. Waktu pulang hampir tiba, dia pun membereskan mejanya, ketika meletakkan kotak pulpen khususnya