Kembali Dikecewakan

1307 Kata
Salsabila tidak fokus bekerja karena banyak pikiran sehingga ia tidak sengaja memecahkan beberapa piring. Tentu saja Salsabila langsung dimarahi. Ia tidak bisa membela diri karena memang kesalahannya sendiri. Salsabila hanya bisa meminta maaf dengan perasaan bersalah. Setelah dimarahi, Salsabila hanya bisa menahan diri agar tidak menangis. Walaupun perasaannya menjadi campur aduk, tapi ia tidak boleh sedih. Salsabila menguatkan diri. Sebelum kembali masuk ke dalam area dapur, Salsabila menampar kedua pipinya sendiri agar kembali fokus. Pipinya memerah karena Salsabila menampar dengan sangat kuat. Dia tidak boleh melakukan kesalahan lagi. Bisa-bisa Salsabila tidak boleh bekerja disini lagi. Masih baik sang bos tidak memotong gaji dan hanya memarahi saja, Salsabila mulai mencuci piring bersama satu rekannya. Cukup banyak piring yang berdatangan karena pengunjung di gerai makanan ini sangat banyak. Selain rasa yang cukup enak, harganya juga cocok dikantong sehingga banyak yang datang. Tanpa Salsabila ketahui, ada yang melihat yaitu Zero. Jujur saja, Zero tidak merencanakan apa-apa. Ini pertemuan kedua. Zero begitu yakin jika orang yang baru saja ia lihat adalah orang yang sama seperti beberapa hari yang lalu ia temui. Jika pertemuan pertama Zero tidak melihat wajahnya terlalu jelas, malam ini sedikit lebih jelas walaupun tidak dalam jarak dekat. Saking fokusnya melihat Salsabila, Zero tidak sadar jika batang rokoknya perlahan-lahan berkurang karena terbakar. Padahal ia belum sempat menghisapnya. Zero tertawa kecil. Kenapa ia jadi tertarik dengan urusan orang lain? Padahal biasanya tidak. Apalagi ritme detak jantungnya sedikit lebih cepat. Sungguh hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Apa jantungnya baik-baik saja? Zero sedikit khawatir. Apalagi umurnya sudah masuk kepala tiga. Mungkin Zero sedikit terkejut sehingga detak jantungnya sedikit lebih cepat dari biasanya. Ya, sepertinya begitu. Mana mungkin karena perempuan, apalagi ia tidak kenal dengan perempuan tersebut. Zero menghabiskan satu batang rokok. Setelah itu, ia kembali masuk ke dalam gerai. Mata Zero mengarah ke dalam tempat makanan dibuat. Tapi ia tidak bisa melihat area dapur karena tertutup. Apa-apaan dirinya? Kenapa jadi penasaran begini? Sebelum pikiran Zero tambah tidak jelas, ia menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Semoga saja pesanannya segera jadi sehingga bisa pergi. Sepuluh menit menunggu, pesanannya sudah selesai. Zero mengambil dan langsung pergi meninggalkan gerai tersebut. Namun didalam hati kecilnya, jika ia kembali bertemu dengan perempuan yang tidak diketahui identitasnya itu maka itu bukanlah sebuah kebetulan biasa. Zero berjalan kaki menuju mobil yang ia parkir cukup jauh dari posisinya sekarang. Ia tetap menikmati suasana di malam hari seperti orang-orang pada umumnya. Waktu terus berjalan, Salsabila selesai bekerja pada pukul sebelas malam. Tentu saja ia sangat lelah, bahkan beberapa area tubuhnya terasa pegal dan sakit. Meskipun begitu, Salsabila tetap harus menjalani kehidupan. Salsabila menerima bayaran untuk malam ini. Pemilik gerai tidak memotong sedikitpun bayarannya. Bahkan pemiliknya memberikan makanan untuk Salsabila bawa pulang. Ia mengucapkan terima kasih kepada pemilik gerai tersebut. Salsabila keluar dari gerai. Ia merenggangkan sedikit otot-otot tubuhnya. Kondisi tangannya semakin parah. Biasanya jika ke kampus, Salsabila menutupi tangannya karena tidak ingin dilihat oleh orang lain. Tentu saja tidak semua orang bisa melihat tangannya memerah dan kadang berair, bahkan ada yang jijik sehingga Salsabila memutuskan untuk menyembunyikannya. Jika ada yang bertanya, Salsabila menjawab jujur bahwa tangannya memerah karena alergi. Salsabila duduk sebentar di kursi yang ia temui tidak jauh dari gerai. Ia melihat ponsel sambil memakan roti yang tadi sore ia beli. Jujur saja, Salsabila belum mengisi perut. Salsabila bisa saja memakan makanan yang diberikan pemilik gerai. Tapi ia tidak mau karena makanan ini ingin ia berikan kepada Mama dan kedua adik-adiknya. Dua hari yang lalu, Salsabila mengirim pesan kepada sang Papa. Salsabila bilang jika ia butuh uang untuk menambah pembayaran uang semester. Ditelpon tidak diangkat dan kalaupun diangkat pasti istri baru sang Papa yang berbicara. Salsabila cukup terkejut melihat ada pesan balasan dari Papanya. Ia langsung membuka. Papa Maaf beberapa hari kebelakang Papa sibuk. Pekerjaan Papa akhir-akhir ini nggak stabil. Jadi gaji Papa juga nggak penuh. Kamu tau sendiri, adik-adik kamu juga butuh uang untuk sekolah. Berapa kurangnya? Awalnya Salsabila kira ada sedikit harapan. Tapi entah kenapa ia tidak merasa senang membaca balasan pesan dari papanya itu. Apalagi saat Papa bilang jika anak dari istri mudanya butuh uang. Salsabila merasa sangat sedih. Apa hanya anak-anak istri baru Papanya butuh uang? Apa dia dan dua adiknya tidak? Padahal Salsabila dan kedua adiknya adalah anak kandung. Sakit sekali rasanya. Tapi Salsabila tidak ingin menangis. Seharusnya ia tidak terlalu berharap. Untuk apa berharap kepada sosok ayah yang pergi dari rumah karena perempuan lain. Salsabila menyimpan roti ke dalam tas. Ia tiba-tiba tidak nafsu makan. Salsabila mulai mengetik balasan. Salsabila Pa Aku, Fahim dan Fahmi adalah anak kandung Papa Apa Papa lupa? Salsabila menunggu balasan dari sang Papa. Tidak lama pesan baru masuk. Papa Kamu butuh berapa? Salsabila menghela nafas panjang. Papanya seakan menghindar, sepertinya ia benar-benar lupa kalau punya anak kandung. Salsabila 3 juta Papa Banyak banget Papa mana punya uang sebanyak itu Entah kenapa Salsabila tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh sang Papa. Apalagi gaji Papanya tidak sedikit. Salsabila Gaji Papa banyak Apa semua diambil sama istri baru Papa? Papa Kamu ngomong apa? Jangan berpikir sembarangan sama Mama Salsabila tertawa. Ia tidak akan mau menyebut nenek sihir itu dengan sebutan Mama. Tidak akan pernah. Salsabila Kalau aku punya uang, aku nggak akan minta sampai ngemis. Padahal Papa adalah papa kandung aku sendiri Aku nggak minta buat senang-senang apalagi liburan seperti perempuan itu Aku cuma minta untuk nambah bayar semester kuliah Papa Oke oke Papa nggak bisa tf Salsabila Ya udah, aku ambil kesana Papa Papa sekarang lagi diluar. Mungkin pulang jam dua belas malam Salsabila Oke. Aku tunggu dirumah Papa Salsabila tidak ingin menunda. Ia takut Papanya berubah pikiran. Apalagi kalau sudah dicuci otak oleh nenek sihir. Tidak apa menunggu, yang penting uang itu didapatkan. Salsabila langsung menuju ke rumah dimana Papa dan istri barunya tinggal. Ia hanya pernah kesana dua kali. Ini untuk ketiga kalinya. Kalau tidak karena butuh, Salsabila mana mau kesana. Apalagi kalau sampai bertemu dengan nenek sihir itu. Lebih baik dihindari daripada Salsabila lepas kendali. Salsabila kembali menaiki sepeda sehingga butuh waktu yang lama. Tepatnya pukul dua belas kurang lima belas menit ia sampai. Pintu rumah terkunci. Papanya belum pulang dan Salsabila memilih untuk menunggu. Ia sampai memanjat pagar agar bisa duduk di kursi yang ada di teras rumah. Untung tidak ada yang lihat. Ya kalaupun ada orang kompleks sini sudah tahu kalau Salsabila anak kandung laki-laki yang tinggal dirumah ini. Rumah yang sekarang ditempati Papanya tidak sebesar rumah yang Salsabila dan adik-adiknya tempati. Tentu saja rumah itu menjadi hal Salsabila dan adik-adiknya sehingga baik Papa ataupun istri barunya tidak akan bisa menggugat jika ingin. Menit demi menit berlalu. Salsabila sudah mengirim pesan kepada Papanya bahwa ia sudah sampai dan tengah menunggu kepulangan sang Papa. Salsabila harap Papanya memang pulang pukul dua belas malam. Papa hanya membalas dengan kata “ok” saja. Salsabila juga tidak lupa mengirim pesan kepada Mamanya bahwa ia sedang berada dirumah Papa sehingga Mamanya tidak perlu khawatir. Mama tidak banyak bertanya. Berhubung sudah lewat dari jam dua belas malam, Salsabila mengirim pesan kembali. Kali ini Papanya tidak membalas padahal sedang online. Salsabila hanya bisa bersabar. Mungkin sedang di jalan. Ia kembali menunggu dengan tetap berpikir positif. Saking lamanya, Salsabila sampai tidak sadar memejamkan mata. Ia juga lelah dan mengantuk. Salsabila membuka mata saat ada beberapa nyamuk menggigit kulitnya. Ia cukup terganggu sehingga langsung terbangun. Ternyata sudah pukul satu kurang empat belas menit. Kenapa Papanya belum juga datang? Salsabila melihat ada beberapa pesan masuk dari Papanya. Ia langsung membuka dan membacanya Papa Papa tidak bisa pulang Adik kamu sakit jadi Kamu pulang saja ya Setelah membaca pesan itu. Tubuh Salsabila langsung lemas. Apa Papanya tidak khawatir dengan dirinya? Bayangkan saja sekarang sudah tengah malam dan dengan mudahnya sang Papa menyuruh pulang. Sesak rasanya. Bahkan Salsabila yang tadinya berusaha menahan diri untuk tidak menangis, kini tidak lagi. Air matanya jatuh begitu saja. Satu hal yang terlintas di kepala Salsabila. Apa dia memang Papa kandungnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN