Bab 7. Hamil

1166 Kata
Dua bulan berlalu .... Setelah keberangkatan Sean pagi-pagi tadi, Surti langsung menghampiri Hara yang terlihat tengah tergeletak di kamar mandi dalam kondisi tidak sadar. Ia tidak tahu apa-apa karena keadaannya seperti itu mungkin sebelum dirinya masuk. Alhasil ia pun memanggil semua orang dan ya, mereka berbondong-bondong menyalahkan Sean. Bagi praduga mereka Sean telah berbuat sesuatu hingga isterinya dalam keadaan seperti itu, sampai-sampai ia yang sudah berada di kantor dipaksa pulang untuk di sidang di hadapan ayahnya. "Pa, aku berangkat dia masih baik-baik saja. Kalau gak percaya lihat cctv di kamarku!" sangkal Sean. Ia tidak habis pikir dengan keluarganya yang menyalahkan. "Lagi-lagi aku, padahal duniaku gak selalu bersama dia!" "Setelah aku dengar kamu mengikat istrimu di kamar, melakukan hubungan badan secara gak wajar, kasar, apalagi ucapan yang terlalu terbuka. Siapa yang nggak curiga Sean? Bahkan, para pembantu yang gak tau apa-apa, setelah dengar berita kayak gitu, kamu orang pertama yang disalahkan dalam kejadian ini!" sahut Yora. "Kak, aku gak selalu jahat. Aku punya kesibukan, pikiran kalian saja yang selalu berprasangka buruk!" Di kala perdebatan mereka, dokter pribadi yang memeriksa Hara keluar, diiringi dengan Metha yang begitu sumringah. "Kabar bahagia!" Ricard—dokter itu menjelaskan, "Jatuh pingsannya nona Hara tadi pagi karena efek kehamilan di trisemester pertamanya. Itu wajar, di saat-saat kondisi ini si ibu bayi pasti merasakan morning sicknees seperti halnya pusing, mual atau hal aneh yang dia mau. Mohon, jaga pola makan dan juga suasana hatinya ya. Saya permisi untuk pamit!" "Terima kasih ya Richard!" balas Nathan, sudah terlihat raut wajah bahagia dari pria itu. Setelah pulangnya dokter pribadi mereka, Metha terlihat heboh menunjukkan hasil testpack milik menantunya. "Pa, pendatang baru lagi!" Nathan tersenyum membalas pelukan untuk sang istri. Sama halnya dengan Yora, yang memang kabar seperti ini tengah ia tunggu-tunggu. "Semoga kehamilannya membawa pengaruh baik untuk perubahan adikku," batinnya. "Karena mabuk, gugurkan saja!" Namun, tiba-tiba ucapan Sean membuat senyum mereka meredup. Nasib baik, tidak ada istrinya di sini. Sean seakan tidak bisa membiarkan ayahnya bangga, ibunya senang, atau pengharapan sang kakak yang ingin ia berubah. "Sean!" bentak Nathan. Namun, tak digubris. Karena, pria itu sudah meninggalkan rumah untuk kembali ke kantor. "Sekeras didikanmu, dia jadi menentang dan berprilaku semaunya!" sahut Metha justru menyalahkan suaminya. "Jangan menyalahkan didikanku, dia pembangkang karena kamu yang terlalu memanjakan!" Kembali lagi, Nathan menyalahkan sang istri. "Gak guna kalian bertengkar, sikap itu tumbul karena kisah asmaranya yang rusak. Memang seharusnya dia menikah dengan Briana, bukan wanita yang gak bisa apa-apa!" tegas Nathie—kakak Nathan dan Elthan. Keberadaannya baru terlihat sebab, ia sibuk dengan dunia sosialitanya di luar negeri. Perlu diketahui, dia memiliki pemikiran yang berbeda dari mereka. "Setidaknya kasih gadis pengganti untuk ponakan kesayanganku itu yang normal. Aku tidak habis pikir, pulang-pulang berita seperti gini menyambutku!" Sedari tadi ia hanya terdiam, ternyata karena perubahan kondisi yang membuatnya kesal setelah pulang dari Amerika. Ponakan tersayangnya menikah dengan wanita yang tidak sesuai. "Setidaknya hadir Bibi, bukan cuma berkomentar. Siapa yang bisa mencegah takdir? Nasib baik keluarga kita gak jadi kedatangan wanita yang tidak bertanggung jawab seperti dia!" tegur Yora. "Ponakanku, kamu sendiri hadir, Sayang ....?" "Kalau bukan urusan mendadak—" "Nak ... sudah ya. Ayo masuk!" Yora dituntun oleh sang mama. Karena mereka tahu, langganan bertengkar di rumah ialah keduanya. Sementara, tidak ada yang bisa mereka bela. Nathan tunduk sekali pada sang kakak sebagai wanita paling berjasa saat dia kecil dulu, maka dari itu dengan senang hati ia menumpangkan Nathie di rumahnya. Sedangkan Metha yang selalu tunduk pada suami, sama halnya dengan Nathan, walaupun sesungguhnya ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan kakak iparnya itu yang kian tidak tahu diri. Berbeda dengan Yora, singgle mom itu tidak bisa mengalah, terlebih dengan kehidupan sang bibi yang tak tahu batasan. "Ikuti saja kemauan Sean. Lepas dia untuk mencari kebahagiaannya bersama wanita lain. Serahkan anak pungut itu pada orang tuanya lagi!" ucap Nathie terdengar mengatur. "Aku masih menghargai Elthan. Sudah mau menolong keluargaku saja sudah sangat bagus. Hara pun sudah menjadi bagianku, tanggung jawab keluarga ini!" balas Nathan, kemudian pergi sebelum adu argumen yang akan berkelanjutan. *** Di kantor, Sean sedang menggerutu karena waktu bekerjanya terpotong, terlebih bagi dirinya itu tidak penting. Dalam kesempatan seperti itu, Selly selalu ada, apalagi kondisi mereka hanya berdua. "Kenapa Pak?" "Come here Baby, aku butuh pelukan!" titah Sean. Selly pun dengan senang menyerah diri. Di atas pangkuan pria itu, ia berkata, "Karena istri lagi? Sudahlah, ceraikan saja Sean, hidup bahagia dan tenang itu pilihan!" "Problem-nya dia hamil, Selly!" Tentu menjadi keterkejutan bagi Selly. Ia sampai beranjak berdiri, menatap lekat-lekat wajah Sean. "Are you okay, Sean? Kebodohan apalagi ini? Katanya gak cinta kok bisa hamil? Memperhambat perceraianmu dong ...." "Gara-gara mabuk, aku terlena karena kecantikannya. Jujur, dia memiliki kesan istimewa saat pertama kali aku merasakannya, tapi aku gak perduli anak yang dia kandung!" "Kalau buta juga bagaimana?" Selly menekan, mengkhawatirkan keturunan pimpinannya itu. "Kamu bilang sendiri, keturunanmu harus yang berkualitas, dari gen yang istimewa, wanita yang bermartabat. Karena nantinya akan menjadi calon penerus! Huh, kalau begitu aku pun bisa!" Berpikir keras, akhirnya ucapan Selly menjadi pertimbangan. Sebab, kekurangan istrinya bisa saja memengaruhi calon bayinya. "Bagaimana kalau itu benar?" batinnya. *** Malam hari. Yora masih berjaga bersama anaknya, menemani Hara sampai Sean pulang. Tampak, Mola sedang tidur di bawah pangkuan Hara, sementara ibunya asik menatap sang putri. "Kak, bagaimana tanggapan suami Hara?" tanya Hara. "Dia senang seperti kami, Hara. Hiraukan sikap dinginnya ya, sebenarnya ia tahu cara menjadi suami dan mungkin saja dia pernah melakukan hal baik tanpa sepengetahuanmu." "Jujur lebih baik, Kak!" "Aku bukan manusia yang bisa membiarkan orang-orang tersayangku menderita," batin Yora. "Aku mengatakan yang sebenarnya. Hara, aku mohon bertahan. Ada berlian yang kamu kandung, jaga dia ya Sayang ..., aku yakin suatu saat kamu bisa mendapatkan cinta adikku!" "Sulit, aku punya banyak saingan!" "Jadikan bayi ini alasan!" "Hara memiliki gengsi yang tinggi. Hal kayak gitu cukup berat buat Hara karena prinsip hati selalu berkata, kalau sudah tidak bisa digapai berarti jangan dikejar sebab, gak akan sampai. Kak Yora ... Hara memang banyak kurangnya, tapi Hara punya harga diri!" tutur Hara. "Teguh pendirian. Aku akui kamu hebat Hara. Baiklah, lakukan dengan caramu sendiri untuk membuatnya tertarik. Mungkin, berprilaku baik masih saja gagal, sekali-kali kamu bebas berbuat semau hati. Tapi, percayalah Sean masih memiliki sisi hati yang lemah!" Di kala perbincangan itu, tiba-tiba Sean datang, ternyata ia pulang lebih awal. Yora pun berbisik, "Suamimu sudah pulang. Kamu pasti bisa Hara, malam ini manjakan dia dengan kecantikan tubuhmu, tapi biar dia sendiri yang memintanya. Aku dan Mola akan kembali ke kamar!" Ia pun mengambil alih anaknya. Sebelum meninggalkan kamar, Yora berpesan secara privasi untuk adiknya. "Jangan keluarkan semua kejujuranmu Sean, seperti tadi pagi. Tolong hilangkan kata-kata seperti itu. Perlakukanya selayak istri, dia butuh perhatian dan pelayanan karena yang dia kandung itu anakmu bukan anak orang lain!" Kata-kata sang kakak cukup mengenai hati. Tidak ada yang salah, kondisi Hara seperti itu karena ulahnya. Jika tidak mencintai setidaknya jangan berbuat, tetapi ia sendiri yang menghadirkan. Itu berarti sudah menjadi tanggung jawab. Begitulah pikirnya. "Aku merasa terlalu jahat ingin memusnahkan darah dagingku sendiri," batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN