"Tante, kalaupun nanti Tante nggak jadi nikah sama Om Damar, Tante masih tetap mau temenan sama Yuki, kan?" Pertanyaan yang dilontarkan Yuki membuat perhatianku teralihkan dari jalanan kota Solo yang padat. Ya, padat menurutku karena ini adalah jam berangkat sekolah meski tidak macet seperti di Jakarta, aku tidak langsung menjawab dan menunggu sampai di lampu merah baru aku mengalihkan perhatianku ke bocah kecil yang ada di kursi penumpang. Duduk tenang dengan seatbelt yang terpasang tanpa harus kusuruh, rambut lurus berponinya di kuncir kuda, dan dia melihatku dengan bola mata besarnya yang seperti boneka. "Tentu saja Tante akan temenan sama Yuki. Yuki itu favorit person buat Tante. Cantik, baik hati, dan suka senyum. Jangan khawatir Tante akan ninggalin Yuki. Kita temenan." Yuki ters