Tidak, aku tidak bisa mematikan panggilan itu seperti yang Ayahku minta karena keterkejutanku atas kehadirannya membuatku reflek menjatuhkan ponselku yang masih menyambungkan panggilan dari Mas Damar. Samar-samar aku mendengarnya memanggil-manggil namaku dan itu membuat cengkeraman Ayah pada tali dileherku semakin kuat. Tidak pernah aku bayangkan jika aku akan mati konyol di tangan Ayahku sendiri di kursi mobilku sendiri. Seketika ponsel itu terlupakan, aku tidak tahu apa benturan keras yang membuatnya jatuh ke kolong itu akhirnya mematikan panggilan yang tengah berlangsung. "Le... passss." Susah payah aku berbicara, memukul-mukul tangan Ayah agar dia melepaskan belitannya namun Ayah justru mengeratkan tarikannnya, geraman yang terdengar tepat ditelingaku justru mengandung kemarahan. "