Ternyata Ini Juga Kisahku

816 Kata
Aku memukulnya, menamparnya, menjambaknya tanpa belas kasihan. Seumur hidup selama 25 tahun aku dibesarkan Bunda dengan penuh kasih, Bunda selalu mengajarkanku untuk menjadi sosok wanita lembut yang penyayang, tapi persetan, manusia seperti s****l satu ini tidak bisa hanya di diamkan. Dia datang tidak tahu malu menyebut dirinya setara dengan Bunda, dia menyebut Bunda dengan panggilan tidak pantas dan yang paling mencengangkan adalah dia yang memakai cincin Bunda dengan gaya pongahnya. Katakan, jika kalian ada di posisiku apa kalian akan bisa bersabar menghadapinya? Seperti kesetanan aku menghajarnya tanpa peduli jika amukanku akan membunuhnya, teriakan dan tangisnya bercampur menjadi satu dengan tangis anak haram yang disebutnya anak laki-laki yang dibanggakan Ayahku sama sekali tidak aku pedulikan, yang aku inginkan hanyalah melenyapkan wanita yang sudah merusak bahagia Bunda, pasangan pengkhianat Ayah. Baik Ayahku maupun si s****l ini keduanya adalah sampah menjijikkan. Bunda yang termenung di tempat duduknya tanpa berkata-kata hanya dengan tatapan kosong adalah puncak hancurnya duniaku. Akan lebih baik jika Bunda mengamuk tapi Bunda justru diam, dan aku membenci duniaku yang hancur secara tiba-tiba ini. Mungkin aku akan benar-benar menghajar si s****l ini sampai mati, melampiaskan kecewa yang dirasakan Bunda yang tidak tersampaikan jika saja tidak ada yang menarikku hingga terjatuh. "Apa-apaan kamu ini, Ri." Tidak hanya menarikku sampai terjatuh, aku merasakan hantaman kuat di mulutku hingga rasa anyir memenuhi setiap rongganya, tidak hanya itu saat aku mendongak ke arah sumber suara yang sudah melukaiku, suara dari orang terakhir yang aku pikir akan sanggup melukaiku, tapi saat itulah satu pukulan lagi melayang ke mataku hingga pandanganku memburam. Aku kesakitan karena pukulan yang berturut-turut aku rasakan, dan lebih dari rasa sakit fisik yang aku rasakan, batinku berkali-kali lipat lebih sakit karena untuk pertama kalinya beliau memukulku, dan itu beliau lakukan untuk membela Sund4l simpanannya. "Mas, anak Mas itu mukulin aku." Aku mendengar suara Sund4l tersebut mengadu dengan manja, aku melihatnya dibantu Ayah untuk bangkit sementara anak haram yang diperkenalkan sebagai putra laki-laki Ayahku tersebut diam tanpa ada tangisan lagi dalam gendongan Ayah seolah memang dia sudah terbiasa. Jangan tanya bagaimana perasaanku sekarang, aku hancur sehancurnya mendapati pria yang menjadi cinta pertamaku nyatanya telah menghancurkan seluruh hatiku hingga tidak bersisa. Aku tidak percaya seorang yang terhormat seperti Ayah tidak lebih dari seorang pria tua m***m yang gila daun muda. Terseok-seok Bunda menemaninya tapi saat Ayah sampai di karier cemerlangnya, hatinya justru tergadai dengan perempuan muda yang bahkan usianya tidak terpaut jauh dariku. Sampai akhir aku berusaha menepis kenyataan ini, berharap Sund4l gila ini hanya orang gila yang nyasar yang membawa surat keterangan nikah siri palsu dan foto editan tapi kenyataannya Ayah memang bersamanya bahkan memiliki anak. Lebih dari tangisan, aku bahkan ingin tertawa keras mendapati duniaku yang sebelumnya penuh dengan warna-warni indah dalam sekejap menjadi gelap gulita. Duniaku runtuh, hancur berserakan dan aku tidak tahu bagaimana aku harus mengumpulkan serpihan yang telah Ayah hancurkan. Apa kurangnya Bunda sampai Ayah bisa begitu keji kepada kami? Bahkan disaat sekarang, di hadapan Bunda, Ayah tanpa segan memeriksa selingkuhannya, melihat seberapa jauh kerusakan yang sudah aku lakukan pada Sund4l tidak tahu diri ini. Astaga Ayah, bagaimana bisa dia mengkhawatirkan wanita lain di hadapan Bunda? Apa dimata Ayah Bunda adalah mahluk tak kasat mata yang tidak punya perasaan. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana hancurnya hati Bunda. Dan benar saja, saat aku melihat ke arah Bunda, beliau masih tetap diam ditempatnya. Matanya menatap kosong saat melihat suaminya sibuk dengan wanita lain. Aku ingin beliau marah, aku ingin melihat beliau murka, seharusnya Bunda memaki dan memukul Ayah atas sikap tidak tahu dirinya yang sudah berkhianat tapi Bunda tetap bergeming, tidak bereaksi atas apapun yang dilakukan Ayah. Terbuat dari apa hati Bundaku ini? Antara bodoh dan sabar, aku sama sekali tidak mengerti, yang aku tahu, aku merasakan kesakitan yang luar biasa hingga aku henar-benar tidak bisa menahan tawaku lagi, aku tertawa begitu keras penuh dengan luka atas apa yang terjadi pada keluargaku, "wah, wah, udah tua bangkotan tapi kalo udah kena gendam bau celana dalam ani-ani langsung romantis nggak inget umur, nggak inget istri yang bantuin kariernya dari nol. 26 tahun barengan di keadaan susah tapi dilupain gitu aja, nggak dianggap, Anda ini manusia atau Anjing, Pak Agung Gunamarwan? Bahkan anjing saja bisa setia dengan majikannya, sedangkan And......" Plak.......... Buuuuukkkkkk.......... Plaaakkkkk........... Bukkkkkkkk........,,,,,; Kalimat hinaanku membuat Ayahku menggila, aku melihat beliau melangkah ke arahku, dan aku berada diambang kesadaran saat beliau melayangkan pukulan dan tamparan bertubi-tubi ke arahku. Seluruh tubuhku terluka, namun aku terlalu mati rasa untuk merasakan sakitnya. Sekuatnya perempuan, aku sama sekali tidak ada tandingannya untuk Ayahku, tidak peduli seberapa keras aku melawan, pada akhirnya aku kalah. Aku ditampar, dipukul, dan diinjak-injak oleh Ayahku yang kesetanan seolah Ayah memang bertekad untuk membalas setiap luka yang aku berikan kepada selingkuhannya. Aku kira kisah sedih seorang putri yang kehilangan sosok Ayahnya karena seorang pelakor hanya ada di kisah fiksi seorang novelis tapi ternyata ini bukan sekedar fiksi tapi ini juga kisahku yang menyedihkan bahkan hanya untuk sebuah cerita semata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN