“Lia?” “Kenapa Kak?” “Mau ngapain, Sayang?” “Ngga ngapa-ngapain, cuma mau ganti baju sama bersihin makeup.” “Aku mau dipeluk, Li,” lirih Deni, memelas. Lia tentu tak tega. Ia gegas melepas gaunnya, mengganti dengan setelan camisole lalu segera bergabung dengan Deni di atas ranjang, membawa sang suami dalam pelukannya. Bahkan Deni belum melepas prostesisnya. Sungguh tak seperti Deni yang biasanya. Lia tak paham apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Deni kembali ceria. Sama seperti tak pahamnya ia mengapa sebegini besarnya dunia, justru harus di Albert Bridge mereka berpapasan dengan Dzaki. Meski begitu, sepertinya Lia harus menyisakan sedikit rasa syukur karena Dzaki tak memedulikan ia dan Deni yang tengah berciuman tadi. Pasti tak pula sadar jika yang pria itu lewati adalah darah da