Anda Posesif, Anda Siapa Saya?

1062 Kata
Keyra duduk di sofa, menyandarkan punggungnya, dan Adam melangkah mendekat. Adam bertanya, "Key, apa kamu lelah?" Keyra mengangguk lemah dan menjawab, "Ya, aku sangat lelah." Adam memberikan penawaran pada Keyra, "Bagaimana kalau kamu menggantikan kakak saja bekerja? Nanti kamu bisa bekerja sebagai office girl di perusahaan Quantum Global." Keyra mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kenapa, kakak mau resign?" Adam menjelaskan, "Kakak sebentar lagi akan menikah dan tinggal di luar kota. Salah satu syarat resign adalah kakak harus mencari pengganti. Apakah kamu mau, Key?" Keyra terdiam sejenak, lalu berkata, "Kak, aku akan pertimbangkan tawaranmu ini." Adam mengangguk, "Ya sudah, pikirkan saja. Gajinya lumayan kok, bahkan lebih dari yang kamu dapat di restoran." Keyra akhirnya mengangguk, "Oke, kak. Aku akan masuk ke kamar dulu. Aku perlu membersihkan diri." Adam mempersilakan, "Tentu, beristirahatlah agar kamu segar esok hari." Sementara itu, di rumah Anggara, Anggara merasa kesal karena tidak menerima pesan apapun di ponselnya, dan ia sangat berharap mendengar kabar dari Keyra. Anggara duduk di tepi ranjang dengan tekad penuh. "Aku akan makan siang besok di restoran tempat Keyra bekerja, aku yakin aku akan bertemu dengannya," ucapnya dengan penuh harapan. Keesokan harinya, Anggara keluar dari perusahaannya. Meskipun jarak ke restoran tempat Keyra bekerja cukup jauh dan memakan waktu 30 menit, dia berangkat dengan tekad kuat untuk bertemu dengan Keyra. Begitu tiba di restoran, Anggara langsung memesan ruangan VIP. Dia meminta pelayan agar Keyra yang melayani dirinya. Pelayan mengangguk setuju, namun Anggara berubah pikiran, "Oh tidak, jangan bilang pada Keyra. Sampaikan saja pada manajer bahwa saya ingin dilayani oleh Keyra." Pelayan mengangguk lagi, "Baiklah, saya akan mengatakannya pada manajer." Setelah pelayan pergi, Anggara tersenyum senang, yakin bahwa dia akan segera bertemu dengan Keyra. Namun, beberapa menit kemudian, pintu terbuka, bukan Keyra yang datang, melainkan seorang laki-laki. "Selamat siang, saya manajer di restoran ini," kata laki-laki tersebut. Anggara mengangguk, "Oh, saya tadi meminta kepada pelayan untuk memberitahu Anda bahwa saya ingin dilayani oleh Keyra." Namun, manajer dengan berat hati mengungkapkan, "Maaf, tuan. Hari ini Keyra tidak masuk kerja, dia mengambil cuti bulanan." Anggara merasa sangat kecewa dan bertanya, "Kenapa dia tidak bekerja? Apa alasannya?" Manajer hanya menjawab dengan jelas, "Dia mengambil cuti bulanan tanpa memberikan alasan." Anggara merasa sangat kecewa dan akhirnya memutuskan untuk tidak makan di restoran tersebut. "Saya tidak jadi makan di sini," ucapnya sambil meninggalkan ruangan. Manajer merasa heran, menyadari bahwa niat Anggara sebenarnya bukan untuk makan di restoran, melainkan untuk bertemu dengan Keyra. Anggara duduk di dalam mobilnya dengan rasa kecewa yang mendalam. Hatinya sangat berharap bisa bertemu dengan Keyra di restoran tempat gadis itu bekerja, tetapi ternyata usahanya sia-sia. Ia memutuskan untuk mencoba menghubungi Keyra lewat telepon, namun panggilannya tidak dijawab. "Kenapa dia tidak menjawab panggilanku?" Anggara mulai merasa khawatir. Ia berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang terjadi pada Keyra sehingga ia tidak menjawab teleponnya. Ia pun semakin penasaran dan ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan gadis itu. Adegan Keyra sedang menonton televisi di rumahnya: Keyra duduk di sofa, mata terpaku pada layar televisi yang menampilkan program favoritnya. Suasana tenang di rumahnya terputus ketika ponselnya terus bergetar di meja kopi. Layar ponselnya menunjukkan panggilan masuk dari kontak "Om 100 juta." Keyra sebenarnya tidak merasa sakit atau punya alasan mendesak untuk tidak pergi kerja hari ini. Namun, dia merasa kenyamanan rumahnya dan terlalu malas untuk beranjak. Dia memutuskan untuk tidak pergi kerja tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya kepada atasan atau rekan kerjanya. Keyra melirik ponselnya yang terus berdering, bertanya-tanya, "Untuk apa Om itu menelponku?" Namun, dia memilih untuk mengabaikan panggilan dari Anggara tanpa menjawabnya. Keputusan itu membuatnya semakin tenggelam dalam tontonannya dan memilih untuk menikmati hari liburnya di rumah. Anggara duduk di dalam mobilnya dengan wajah penuh ketegangan. Ia telah mencoba berbagai cara untuk menghubungi Keyra, namun semua upayanya selalu berakhir dengan kegagalan. Perasaan kecewa dan frustrasinya semakin mendalam setiap detik berlalu. Tanpa sadar, tangannya meraih erat setir mobilnya. Dengan penuh kemarahan, ia memukul setir tersebut dengan keras. Suara dentuman dari setir itu mengisi ruang mobilnya, mencerminkan perasaan frustasinya yang begitu mendalam. Anggara merasa terjepit dalam kebingungannya. Meskipun begitu ingin mendekati Keyra, sepertinya segala usahanya selalu bertepuk sebelah tangan. Dia merasa terombang-ambing dalam perasaan putus asa, sambil terus memukul setir mobilnya sebagai bentuk pelepasan dari ketegangan dan kekecewaannya yang memuncak. Anggara kembali ke kantornya dengan perasaan kesal. Ia langsung memanggil Adam ke ruangannya. "Selamat siang, tuan. Ada yang bisa saya bantu?," ucap Adam. "Aku ingin kamu memesankan makanan untukku. Belikan aku makanan di restoran Italia." "Baik tuan. Makanan apa yang anda inginkan?" Anggara menjawab dengan kesal, "Terserah saja, terserah kamu. Saya ingin segera makan, saya sudah lapar!" "Baik saya akan segera kembali, tuan." Adam mengangguk dan keluar dari ruangan Anggara. Adam berjalan keluar dari ruang kerja Anggara dengan hati-hati. Dia berbicara pelan, "Sepertinya Tuan Anggara sedang galau. Dia terlihat sangat kacau sekali," ucapnya. Sementara itu, Anggara melihat ke arah luar jendela dan mencoba menghubungi Keyra kembali. Keyra yang saat itu masih menonton televisi merasa kesal karena Anggara terus menelponnya, akhirnya ia mengangkat panggilan dari kontak dengan nama "Om 100 juta itu." "Halo, Om. Ada apa?" tanya Keyra ketus. Anggara merasa sangat senang dan tersenyum di atas kursi kerjanya saat mendengar suara Keyra dari seberang telepon. "Akhirnya kamu menjawab teleponku. Kamu dari mana saja?" ucap Anggara. Keyra pun bertanya, "Kenapa Anda posesif itu kepada saya? Memangnya, Anda siapa saya?" Tanya Keyra dengan berani. Anggara pun merasa kesal, berdiri, dan berkata, "Aku takut kamu kabur, makanya aku nanya kenapa kamu tidak menjawab panggilan dariku," ucap Anggara dengan kesal. Keyra menjawab, "Maaf, Tuan. Saya ini kerja di gajinya bulanan. Lagian, nomor saya masih aktif. Kenapa terus menerus telepon saya? Saya ini perlu istirahat." Anggara langsung teringat jika Keyra tidak masuk kerja. "Kamu sakit? Kamu sakit apa? Kamu rumahnya dimana? Biar aku kesana. Kamu sudah berobat belum?" ucapnya panjang. Keyra memutar bola matanya, ia heran dengan lelaki ini, "Aku tidak sakit, aku hanya perlu istirahat. Aku kelelahan." Keyra menambahkan, "Setiap malam aku pulang pukul 09.00 malam, jadi, Tuan, jangan menambah beban pikiran saya. Untuk urusan ganti rugi mobil Anda, tenang saja saya akan menggantinya, kok." "Saya tidak mau ditawari lagi untuk menemani om tidur," kata Keyra tegas. Anggara memejamkan matanya, tampaknya Keyra sudah menganggapnya sebagai laki-laki yang tidak baik karena penawaran untuk menemaninya malam itu, saat mereka pertama kali bertemu. Anggara akhirnya berkata, "Aku ingin bertemu denganmu." Keyra bertanya, "Untuk apa?" Anggara menjawab, "Aku ingin bicara sesuatu kepada kamu. Kamu bisa kan bertemu denganku?" Keyra membuang nafasnya kasar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN