Kevin Mau Keyra jadi Bunda nya

1033 Kata
Kevin pun mulai menikmati makanannya dengan antusias, sementara Keyra kembali ke pekerjaannya di restoran. Setelah berjalan beberapa meter, Keira tiba-tiba kembali ke meja yang duduki oleh Kevin. Ia ingin lebih mengenal anak Anggara ini. "Hai, adik. Kita belum kenalan, loh. Nama kamu siapa?" tanya Keira dengan ramah, sambil mengulurkan tangannya. Kevin dengan senyum ceria menjawab, "Namaku Kevin. Nama Tante siapa?" Keyra pun tersenyum, "Nama Tante Keyra. Panggilnya 'Kakak' aja deh ya, jangan 'Tante'." Kevin dengan antusias mengangguk, "Oke, siap, Kak Keyra!" Keyra pun mengangguk dan menunjukkan jempolnya, "Oke, kalau begitu, dilanjut makannya ya, Kevin." Kevin pun melanjutkan makanannya dengan senyum ceria, merasa senang sudah memiliki seorang kakak baru. Setelah berkenalan dengan Kevin, Keyra kembali sibuk mengerjakan banyak pekerjaan di restoran. Pengunjung cukup ramai, dan Keyra dengan cekatan melayani mereka. Ia membawa pesanan, membersihkan meja, dan menata meja kembali. Kevin diam-diam memperhatikan Keyra yang begitu sibuk. Dalam hatinya, Kevin berpikir, "Kak Keyra adalah wanita yang tak bisa diam, sepertinya. Kalau dia jadi bundaku, pasti dia juga akan cekatan seperti ini." Kevin mengagumi kerja keras Keyra yang begitu teliti dalam melayani pengunjung restoran tersebut. Kevin, yang masih duduk di meja restoran, mulai berbicara dengan polos. "Tapi sepertinya akan sulit mendekati Kak Keyra dengan Daddy. Daddy kan suka wanita seksi dan suka belanja, bukan suka bekerja. Ah, sudahlah, aku tak mau memikirkannya. Aku mau berdoa saja, biar Kak Keyra jadi bundaku," ucap Kevin, sambil berharap semoga doanya dikabulkan. Sopir pribadi yang mengantar dan menjemput Kevin sekolah berada di parkiran restoran. Ia mulai merasa cemas karena sudah setengah jam Kevin belum keluar dari restoran. Sopir itu berkata pada dirinya sendiri, "Ini sudah setengah jam dan Tuan Kevin belum juga keluar dari restoran. Sepertinya aku harus masuk dan mengecek dia di dalam." Sopir itu pun melangkah menuju pintu restoran, tetapi tiba-tiba Kevin keluar dengan bingkisan di tangannya. Melihat Kevin, sopir tersebut membatalkan niatnya untuk masuk ke restoran. "Tuan muda, sudah makan siangnya?" tanya sopir kepada Kevin. Kevin mengangguk sambil tersenyum, lalu memberikan bingkisan yang ada di tangannya kepada sopir. "Ini untuk Pak Sopir," ucap Kevin. Sopir pribadi itu menerima bingkisan tersebut dengan heran. Ini pertama kalinya ia diberi bingkisan oleh anak majikannya itu. Kevin kemudian berkata, "Itu bukan bekas, Pak. Saya pesan untuk Bapak. Saya lagi senang, jadi saya ingin memberikan makanan untuk Bapak." Sopir itu hanya bisa terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sementara Kevin, yang menyadari sopirnya hanya diam, tersenyum sambil berkata, "Cepat, Pak, saya mau pulang!" Sopir itu akhirnya mengangguk dan berkata, "Baik, Tuan Muda!" Beberapa menit kemudian Keyra baru saja selesai mengerjakan pekerjaannya di restoran melihat ke arah meja yang tadinya diduduki oleh Kevin. Namun, meja itu kini sudah kosong. Keyra berpikir, "Lah, Kevin sudah pulang?" Pikirannya terusik oleh kepergian Kevin. Seorang rekan kerja Keyra mendengar pertanyaannya dan bertanya, "Kamu kenal anak black card tadi?" Keyra memandang rekan kerjanya dengan heran. "Anak black card?" tanya Keyra, dan temannya mengangguk, "Ya, anak kecil yang makan sendirian tadi. Dia membayar makanannya dengan black card. Ah, pasti dia orang kaya ya! Oh, bukan hanya kaya, tapi juga miliarder." Keyra pun mulai mengingat mobil mewah yang ia lihat milik Anggara, rumah mewah tempatnya menginap, dan kamar yang ia tempati. Temannya akhirnya menyadarkan Keyra dari lamunannya, "Hai, Key! Jangan ngelamun! Ada pengunjung di sana!" Keyra segera kembali ke tugasnya dan mulai melayani pengunjung yang baru datang ke restoran. Di sisi lain, Kevin masih berada di dalam mobil minta sopir yang mengantarnya jemput untuk tidak memberi tahu Anggara bahwa ia makan di restoran. Kevin berkata, "Bapak, jangan kasih tahu Daddy kalau aku makan di restoran ya?" Sopir itu mengangguk setuju. Kevin menambahkan dengan senyum, "Bapak, tenang saja. Nanti saya akan diberi makanan lagi." Sopir pun tersenyum, "Baik, Tuan Muda." Kevin merasa lega dengan kesepakatan ini, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang. Sore harinya, Adam dipanggil oleh Anggara ke ruangannya, meskipun sebentar lagi waktunya jam pulang. Tidak mungkin baginya untuk menolak perintah dari Anggara. Dengan patuh, Adam masuk ke ruangan tersebut. Setelah berada di ruang CEO, Anggara lalu berkata, "Tolong pergi ke restoran Four Seasons dan belikan saya makanan. Saya akan bekerja lembur hingga malam." Adam mengangguk, "Baik, Tuan." Anggara kemudian menyebutkan makanan apa yang harus dipesan. Setelah Anggara selesai menyebutkan makanan yang ia inginkan Adam menerima sebuah kartu untuk membayar pesanan tersebut. "Sekarang pergilah," ujar Anggara dengan tegas. Adam langsung menuruti perintah dan keluar dari ruangan menuju restoran untuk memesan makanan sesuai instruksi Anggara. Kini Adam sudah tiba di restoran, dan setelah ia selesai memesan makanan untuk Anggara, Keyra datang dan menyapanya. Keyra bertanya, "Hai, Kakak! Kakak ngapain di sini?" Adam menjawab, "Memesan makanan untuk bos." Keyra mengajak Adam untuk duduk di salah satu meja, karena restoran saat itu sudah tidak terlalu ramai. Setelah duduk, Keyra menawarkan, "Duduk dulu, Kak. Sambil nunggu pesanannya." Adam mengangguk. Keyra kemudian bertanya apakah Adam ingin memesan makanan untuk dimakan di rumah. Namun, Adam berbisik ke Keyra, meminta agar tidak perlu memesan makanan untuknya di restoran ini karena harganya mahal. Ia menyarankan Keyra untuk membeli makanan di pinggir jalan. Keyra akhirnya mengangguk mengerti. Tak lama kemudian pesanan Adam telah selesai dan Adam pamit pada Keyra. Kini Adam masuk ke ruang kerja Anggara dengan pesanan makanan dari restoran tempatnya bekerja. Ia meletakkan pesanan makanan dan black card di atas meja. Anggara melihatnya dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu, Adam diizinkan untuk keluar dari ruangan Anggara. Adam bernafas lega begitu keluar dari ruangan itu. Ia merasa lega karena pekerjaannya selesai dan ia bisa pulang. Dengan gembira, Adam berpikir, "Waktunya pulang!" Malam harinya, Anggara duduk di ranjangnya dan memperhatikan ponselnya dengan harapan Keyra akan menghubunginya. Namun, saat waktu berjalan dan tidak ada kabar dari Keyra, Anggara mulai merasa kesal. Ia merasa seperti Keyra hanya akan menghubunginya jika sudah waktunya untuk mentransfer cicilan hutangnya. Rasa kesal pun semakin menghantuinya. "Ah, sepertinya dia hanya akan mengirim pesan jika sudah mentransfer cicilan padaku. Ini sangat mengesalkan!" pikir Anggara sambil merasakan ketidakpastian di hatinya. Sementara itu di rumah Keyra, saat jam menunjukkan pukul sembilan malam, Keyra baru tiba di rumahnya. Adam, kakaknya yang membuka pintu. Keyra mendudukan tubuhnya di sofa dan menyandarkan punggungnya, Adam pun bertanya pada adiknya itu, "Key, apa kamu lelah?" Keyra pun mengangguk dan menjawab, "ya aku sangat lelah." Mendengar jawaban Keyra, Adam memberikan penawaran pada Keyra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN