Anggara kembali mendekati Keyra dengan senyuman, dan Keyra yang sedang sibuk membereskan meja pun mendongak saat melihatnya. Anggara berkata, "bolehkah aku meminjam ponselmu sebentar?"
Keyra agak terkejut namun mengangguk, "Oh, tentu."
Keyra memberikan ponselnya kepada Anggara, yang tanpa ragu Anggara langsung membukanya dan mencari nomor teleponnya. Dengan hati-hati, Anggara menekan nomor ponselnya sendiri dan menelponnya. Setelah ponsel berdering beberapa kali, Anggara memberikan kembali ponsel dari Keyra dan mengakhiri panggilan dari ponselnya.
"Terima kasih," ucap Anggara sambil memberikan ponsel tersebut kembali kepada Keyra.
Keyra memandang Anggara dengan rasa penasaran, "Kenapa tadi Anda menelepon nomor sendiri?"
Anggara tersenyum, "Sekedar memastikan bahwa nomor sudah benar di ponselku."
Keyra mengangguk paham, "Baiklah. Jadi, apa ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Keyra normal.
Anggara menggeleng, "Tidak, terima kasih. Hanya ingin memastikan."
Keyra menjawab tanpa senyum, "Baiklah, Tuan."
Setelah itu Anggra berbalik memutuskan untuk pergi dari restoran itu sambil tersenyum.
Anggara duduk di dalam mobilnya dengan senyuman di wajahnya, memandangi nomor ponsel Keyra yang ada di layar. Ia memutuskan untuk membuka profil Keyra dan membaca namanya, "Keyra." Senyumnya semakin melebar ketika ia melihat nama itu.
Tak bisa menahan rasa ingin tahu, Anggara memutuskan untuk menyimpan nomor tersebut dengan nama yang agak unik, "Keyra - Gadis yang Menolak Pesonaku." Ia menggelengkan kepala, menertawakan dirinya sendiri karena memberi nama kontak yang cukup panjang dan menggambarkan situasi mereka.
Saat itu, meskipun Anggara merasa geli dengan namanya, ada perasaan senang yang menyelimuti hatinya. Ia merasa terkesan dengan sikap Keyra yang berani menolaknya, dan itulah yang membuatnya semakin tertarik. Setelah beberapa saat memandangi layar ponsel, Anggara akhirnya menyimpan nomor tersebut dan memasukkan ponselnya ke saku.
Dengan perasaan yang masih riang, Anggara memutuskan untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan restoran dengan senyuman di bibirnya. Ia merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya antara dirinya dan Keyra.
Disisi lain, setelah kepergian Anggra dari restoran, Keyra dipanggil oleh manajer restoran, Daniel, ke ruangannya. Daniel tampak penasaran dan bertanya kepada Keyra, "Keyra, siapa lelaki yang tadi bicara denganmu? Sudah dua kali kamu bicara dengannya. Aku hanya ingin tahu saja apa hubungan kalian. Dia sepertinya bukan orang yang biasa. Mobilnya sangat mewah."
Keyra menjelaskan kepada Daniel bahwa lelaki tersebut adalah orang yang mobilnya pernah ditabraknya, dan ia diminta untuk membayar ganti rugi. Daniel terkejut dan berkata, "Ya ampun." Keyra mencoba memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan pandangan lain, "Dia meminta ganti rugi 100 juta karena bumper mobilnya penyok karena ketabrak. Menurut Anda, apa itu jumlah yang pantas?"
Tanpa ragu, Daniel menjawab dengan mantap, "Pantas." Keyra merenung mendengar jawaban itu, merasa sedikit lega bahwa pendapatnya tidak berlebihan. Daniel kemudian memberikan saran kepada Keyra, "Lain kali jika bertemu dengan orang itu, jangan saat sedang bekerja. Tak enak dilihat oleh pelanggan. Kamu mengerti, kan?"
Keyra mengangguk mengerti, "Ya, saya mengerti." Ia berjanji akan memperhatikan hal tersebut agar tidak mempengaruhi suasana di restoran. Setelah berbincang dengan Daniel, Keyra kembali ke tugasnya dengan pikiran yang lebih jernih.
Dan ditempat lain, Anggara yang sudah tiba di rumahnya mengirim pesan kepada Keyra, namun hingga makan malam bersama putranya Kevin selesai, Anggara belum menerima balasan dari Keyra. Ia mulai merasa cemas dan mengatakannya saat sampai di kamar, "Mungkin dia masih sibuk."
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Anggara merasa tidak tahan lagi menunggu. Ia memutuskan untuk mengisi waktunya dengan melakukan sesuatu yang produktif. Anggara berjalan menuju pintu di kamarnya yang mengarah ke ruang kerjanya. Ia membuka laptopnya dan mulai fokus pada pekerjaannya. Beberapa tugas yang perlu diselesaikan membuatnya melupakan ketidakpastian yang ada.
Saat ia tenggelam dalam pekerjaan, waktu berlalu dengan cepat. Anggara merasa sedikit lega karena telah mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran mengenai balasan pesan Keyra. Ia bekerja hingga larut malam, menyadari bahwa ada hal lain yang perlu diutamakan selain hanya menunggu pesan dari Keyra.
Melihat jam yang telah menunjukkan pukul sembilan malam, Anggara merasa semakin gelisah. Ia melirik ponselnya yang tetap sunyi tanpa adanya balasan dari Keyra. Dengan sedikit kekecewaan, Anggara merenung sejenak, "Bahkan gadis itu belum membaca pesanku."
Perasaan tidak pasti tentang apa yang sedang terjadi membuat Anggara merasa gelisah. Ia tahu bahwa pesan yang dikirim mungkin saja belum dilihat oleh Keyra, atau mungkin saja gadis itu memang belum memiliki kesempatan untuk merespons. Sambil berusaha mengendalikan rasa kecewa dan cemasnya, Anggara memutuskan untuk memberi waktu pada Keyra dan berharap bahwa nantinya ia akan mendapatkan balasan dari gadis itu.
Sementara yang terjadi Keyra baru keluar dari restoran, Keyra merasakan tubuhnya sangat lelah setelah seharian bekerja. Ia berjalan ke trotoar untuk menunggu bis, dan tak lama kemudian bus pun tiba. Setelah duduk, Keyra membuka ponselnya dan melihat dua pesan baru, satu dari kakaknya Adam dan satu lagi dari Anggara yang ia simpan dengan nama "Om 100 juta". Keyra memutuskan untuk membuka pesan dari Adam terlebih dahulu.
Isi pesan dari Adam membuatnya merasa nyaman.
[Kak Adam: Key, jika sudah dekat kabari kakak. Nanti kakak jemput.]
Tanpa ragu, Keyra segera membalas.
[Keyra: Oke, siap kak.]
Setelah itu, Keyra membuka pesan dari Anggara.
[Anggara: Hai Keyra, aku Anggara, orang yang kamu save nomornya dengan kontak om 100 juta. Kamu sedang apa?]
Keyra mengerutkan keningnya saat membaca pesan itu. Ia merasa pesan itu tidak penting, jadi ia memutuskan untuk tidak membalasnya.
Sementara di rumah Anggara, ia merasa senang mengetahui bahwa pesannya telah dibaca. Namun, perasaannya berubah menjadi kesal ketika beberapa waktu kemudian ia tidak mendapat balasan dari Keyra.
Ketika Keyra tidak merespons pesan dari Anggara, lima belas menit kemudian Anggara akhirnya memutuskan untuk menelponnya.
Saat itu Keyra sedang merasa kesal karena bus yang ditumpanginya mogok di jalan yang tidak dilalui oleh angkutan kota lain. Semua penumpang termasuk Keyra akhirnya turun dan menunggu di trotoar. Meskipun ia tahu kakaknya Adam bisa menjemputnya, Keyra tidak ingin merepotkan kakaknya. Sebagai gantinya, ia mengirim pesan kepada Adam.
[Keyra: Kak, aku tak akan pulang ke rumah. Aku mau menginap di rumah Bi Lastri.]
Adam dengan cepat membalas.
[Adam: Oke, baik. Bagus. Rumah Bi Lastri tak terlalu jauh dari restoran.]
Setelah membaca pesan dari kakaknya, Keyra kaget saat melihat panggilan masuk dari "Om 100 juta". Meski ragu, ia akhirnya mengangkat panggilan itu dan mendengar suara Anggara dari seberang telepon, "Kenapa pesanku tidak dijawab?" Keyra memejamkan matanya sejenak, "Maaf, tuan. Saya sedang lelah. Bis yang saya tumpangi mogok. Saya baru pulang kerja. Tuan, tenang saja. Setelah gajian, saya akan transfer uangnya." Anggara yang berada di kamarnya merasa khawatir, "Kamu sekarang di mana?" Keyra tanpa ragu memberitahu posisinya saat ini. Setelah mengetahui di mana Keyra berada, Anggara memutuskan untuk menutup panggilan tersebut, meninggalkan Keyra dengan perasaan kesal.
Keyra mengusap kepalanya karena merasa pusing, "dasar om om aneh!"
"Ah. Ingin sekali aku segera sampai di rumah dan merebahkan tubuhku di atas ranjang."
Lima belas menit kemudian, Keyra kaget mendengar suara seseorang.