9

1200 Kata
Aku memutuskan pulang ke rumah setelah pengakuan Tian dengan langsung menggunakan pakaian dan Tian tidak memaksaku sama sekali sebelum aku pulang Tian berjalan mendekatiku dengan masih tanpa busana mencium bibirku lama lalu menatapku setelah melepaskan ciuman. Aku segera keluar dari kamar ini dan langsung beranjak pulang tidak menatap ke arah rumah Tian kembali. Rumah dalam keadaan sepi ketika aku masuk ke dalam melihat Via sedang duduk santai sambil menikmati menonton televisi, aku bergabung dengan dirinya namun Via seakan tidak peduli keberadaanku karena matanya fokus pada tontonan. Aku menyandarkan diri dan merenungi apa yang terjadi baru saja, berbagai pertanyaan ada dalam benakku seperti apa yang baru aku lakukan bersama Tian dan bagaimana bisa aku jatuh dengan mudah dalam pesona Tian secepat ini. "Kak" panggilku namun Via hanya diam akhirnya aku hanya diam mengikuti arah pandang Via pada layar di depan. Cukup lama kami menikmati acara televisi ini tanpa ada suara sama sekali, akhirnya aku memakan camilan yang ada di depan kami menghilangkan perasaan tidak menentu yang menghampiri dan berada dalam pikiran tanpa bisa mencegah semuanya. Memikirkan apa yang baru terjadi padaku juga perasaanku ini, aku hanya bisa menghembuskan nafas berkali-kali sambil makan camilan dan tidak menyadari kehadiran seseorang. "Kalian dari tadi?" tanya Tina menatap kami berdua dengan jawaban berbeda dan terdengar suara hembusan nafas lelah dari Tina menatap kami berdua "ada masalah sepertinya" aku menggelengkan kepala namun Via hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan Tina. Kami berdua memandang Via dengan penasaran namun kami tidak bisa memaksa untuk bercerita, selanjutnya tatapan kami bertemu dan hanya bisa mengangkat bahu. Aku meninggalkan Via menuju kamar dengan segera aku menghubungi Tania karena hanya dialah yang bisa mendengar ceritaku dan lagi pula sebentar lagi dia akan menjadi istri papa yang artinya menjadi ibuku dan aku harus bisa mengandalkan dirinya seperti aku mengandalkan mama selama ini, aku yakin Tania bisa membahagiakan papa dengan berbagai macam cara hal itu dapat dilihat ekspresi papa yang semakin bersinar selama bersama Tania. Tari Lagi sibuk dengan papa? aku ingin tanya apakah kamu akan memberikan perawanmu pada pria yang mencintaimu sebelum menikah? Balasan pesan dari Tania tidak lama kemudian yang aku yakini jika dia sedang santai dan tidak ada papa di sampingnya, aku membayangkan bagaimana aku nanti bersama sang suami apa sama seperti papa atau tidak. Tania Lakukan itu setelah menikah jangan lakukan sekarang. Aku membaca pesan Tania sama seperti perkataan mama, aku berdiam di dalam kamar apakah yang aku rasakan pada Tian dan Dodo saat ini, kenapa aku berpaling dari Dodo apakah aku tidak yakin mengenai perasaan kami berdua. Aku memutuskan keluar untuk jalan-jalan ketika turun tampak Rere dan Nisa sedang bermanja dengan Devan segera aku pamitan ke mereka semua untuk menenangkan pikiran. Aku lupa janjiku menjemput Boy karena tindakan kami berdua saat dalam kamar. Aku memutuskan ke mall sambil cuci mata, masuk dari satu toko ke toko lain. Setelah lelah keliling aku memutuskan untuk makan namun pandanganku menatap di mana Dodo bersama wanita yang aku yakini adalah tetangga apartemen Hilda tanpa sepengetahuannya aku memotret mereka. Dadaku sesak ketika melihat mereka berciuman depan umum hal yang selalu Dodo lakukan ketika bersamaku, aku memutuskan pulang dan makan dirumah yang aku yakini jika Tina memasak makanan kesukaan kami semua "Hai" sapa seorang pria aku menatapnya bingung "lo adik tingkat gue bukan?" aku menatapnya mencoba mengingat "Rifat" "Kak Rifat" ucapku langsung yang teringat senior yang tampan dan baik hati "apa kabar?" "Begitulah, sendiri?" aku mengangguk "mau pulang?" "Mau makan tapi baru ingat kalau orang rumah masak" jawabku sambil tersenyum Kami berdua berbicara singkat dan saling bertukar nomer, setelahnya kami berpisah karena Rifat bersama teman-temannya dan aku segera pulang karena memang sudah sangat lapar sekali saat ini. Perjalanan tidak memakan waktu lama dan begitu sampai aku langsung makan dimana seperti biasa Tina selalu menyiapkan makanan, setelah membersihkan bekas makanku segera naik keatas. Aku menghubungi Tania jika aku ingin menyusul mereka di Bali Tari Aku mau nyusul kalian Tania Datanglah dan mari liburan Tari Papa bagaimana? mbak yang tanggung jawab? Tania Bisa diatur tapi kamu kabari setelah mendapatkan tiket sisanya aku yang atur Aku mengikuti saran Tania dengan segera aku mencari tiket dan mengambil penerbangan untuk lusa setidaknya aku perlu bicara dengan Devan dan Via besok agar mereka juga mengijinkan. Aku menatap foto Dodo dan tetangga Hilda ini dimana penampilan wanita yang sangat dewasa berbeda denganku Tian Bisakah kemari? aku merindukanmu Aku tidak ada niat membalas pesan dari Tian sama sekali dengan segera aku langsung mengambil posisi tidur dan tidak memikirkan keadaan dan pikiran yang membebaniku tapi bayangan Boy menggangguku karena aku mengingkari janji pada Boy. Aku melihat jam belum terlalu malam, aku menyiapkan pakaian dan perlengkapan kuliah dengan ijin tidur di tempat Hilda. Tina yang melihatku hanya mengernyitkan dahi dan dengan terpaksa mengangguk setelah aku memberi penjelasan. Aku menggunakan aplikasi online menuju rumah Tian karena malas menggunakan kendaraan pribadi, dalam perjalanan aku menghubungi kedua sahabatku untuk titip absen besok di kampus. Tian membuka pintu dengan terkejut menatapku seolah tidak percaya aku berada di hadapannya meski begitu tetap membukakan pintu untukku, di dalam Boy yang sedang menonton memandangku yang baru saja datang dan langsung memelukku erat. “Papa bilang mama gak akan kesini” ucap Boy dengan wajah sedihnya membuat aku menatap Tian tajam. “Sudah makan?” aku mengalihkan perhatian yang dijawab dengan anggukan oleh Boy “kenapa belum tidur?” Boy diam menatap Tian. “Nonton film kesukaan dia” jawab Tian santai “sekarang Boy tidur ok” Tian menatap Boy “papa ada perlu sama mama” “Boy tidur sama mama dan papa” ucap Boy menatap kami dengan memohon membuat aku ikut memandang Tian dengan memohon juga membuat Tian akhirnya mengangguk pasrah “Boy jangan dipindahin kalau udah tidur” ucapan Boy membuatku tersenyum tapi berbeda dengan Tian yang menatap tajam “ayo tidur, ma” Boy menarikku ke dalam kamar Tian dan aku hanya bisa pasrah. Aku meminta Boy naik ke ranjang terlebih dahulu sedangkan aku masuk ke dalam kamar mandi ganti pakaian, aku tidak memperhitungkan pakaian yang aku bawa karena tadi aku berencana menggoda Tian tanpa Boy tidur bersama kami dengan terpaksa aku memakai pakaian tidur mini ini, ketika aku keluar Tian membacakan cerita pada Boy tatapan matanya mengarah padaku lalu mencoba mengalihkan perhatian Boy. “Boy tidurnya mama yang ditengah ya biar kita sama-sama peluk mama” aku melotot mendengar kata-kata Tian tapi sayangnya Boy langsung mengangguk. Tian langsung pindah sebelahku dengan posisi aku berada di tengah-tengah mereka berdua, aku menghadap Boy sedangkan tangan Tian sudah memelukku dari belakang dan dapat kurasakan jika Tian sudah tidak menggunakan celana dalam. Aku berusaha agar Boy tidak memperhatikan apa yang dilakukan sang ayah dibalik selimut ini, karena tangan Tian berada di p******a sedangkan tangan lain berada di v****a. Aku hampir mendesah ketika tangan Tian bermain disana, bahkan aku dapat merasakan nafas Tian pada tekuk leherku, aku hanya diam karena fokusku adalah sang anak bukan bapaknya. “Kamu seksi dan aku menginginkanmu” perkataan Tian sebelum aku tertidur dalam pelukannya. Aku tidak tahu apa yang Tian lakukan saat aku tidur karena ketika aku bangun sudah terlalu siang dan secara otomatis aku melihat sekitar, betapa terkejutnya aku bangun dalam keadaan tanpa busana apa yang kami lakukan semalam sampai aku tidak ingat apa yang terjadi. Pintu terbuka membuatku otomatis menutup tubuh di mana pakaian Tian yang rapi dan senyuman yang selalu membuatku jatuh dalam pesonanya. “Boy sudah berangkat sekolah” jelas Tian membuat aku menatapnya namun Tian mendatangiku dan mencium keningku lembut “mandi dan segera kuliah” Tian mengucapkan dengan nada dingin. “Apa yang kita lakukan semalam sampai aku begini?” tanyaku akhirnya “lalu Boy?” “Aku puas semalam” pernyataan Tian membuatku semakin bertanya atas apa yang dilakukan Tian semalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN