Rachel POV
Aku meringis saat menyisir helaian rambutku dengan tangan.
Sungguh, rasanya sakit sekali. Rambutku benar-benar kusut. Pasti membutuhkan waktu yang lama sekali untuk membuatnya seperti semula.
Aish.. ini semua gara-gara Sean Erlangga. Astaga, Laki-laki itu!! Rasanya aku benar-benar ingin sekali mematahkan kedua kakinya!! >_Author POV
"Pria tadi… “ Sean menggantungkan ucapannya.
"...Pria yang ada di ponselmu, kan?"
Rachel diam.
"Apa kau ada hubungan dengannya?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Pergilah. Aku ingin tidur,” ucap Rachel sembari membalikkan badannya, membelakangi Sean.
Sean menatap punggung Rachel. Kemudian ia segera melepas jas sekolahnya dan meletakkannya di pinggang gadis itu sampai menutupi sebagian paha hingga lututnya.
Gadis ini berbeda dengan wanita yang pernah dekat dengannya.
Rachel memiliki banyak cerita dibalik setiap senyumannya.
Ditambah lagi dengan pria yang tadi berbicara dengan Rachel.
'Sebenarnya siapa dia?'
***
Sean menatap bola basket ditangannya tidak fokus. Ia bahkan tidak tertarik dengan obrolan teman-temannya yang entah apa yang sedang mereka bicarakan.
"Hei, kau kenapa?” tanya Jimmy sembari menyeka keringat di lehernya dengan sebuah handuk kecil. Kedua rekannya yang lain tampak menolehkan kepalanya menatap Sean.
"Kau tidak terlihat seperti biasanya. Ada masalah?" Sambung Elang.
"Karena Rachel? Ah, sudahlah. Gadis itu pasti baik-baik saja. Erika tidak akan menemuinya ke UKS,” ucap Satria .
Sean menoleh. Beberapa waktu lalu ia menceritakan kejadian di perpustakaan kepada teman-temannya.
Teman-temannya terkejut, tentu saja. Namun bukan karena Erika. Mereka sudah terbiasa melihat para mantan kekasih Sean saling menganiaya satu sama lain.
Namun kali ini berbeda. Mereka terkejut karena reaksi Sean. Pria itu tampak khawatir saat Rachel yang mendapatkan 'penganiayaan'.
Tidak seperti biasanya. Sean akan diam saja saat melihat para wanita saling menarik rambut mereka hanya untuk memperebutkannya.
Dan kali ini berbeda. Sepertinya kali ini pria itu memang benar-benar menyukai 'target'nya.
"Ah, ya. Tadi saat aku ingin kembali ke UKS, aku melihat Rachel berbicara dengan seorang laki-laki," ucapnya.
Teman-temannya terlihat mengernyit.
"Laki-laki,” ucap Elang.
"Hei.. Apa mungkin itu Andrean?" Satria menyahut.
Mendengar itu, kini giliran Sean yang mengerutkan dahinya.
"Andrean? Siapa dia?"
"Astaga, kau tidak tahu? Kurasa kau terlalu sibuk dengan pacarmu. Andrean itu mantan pacar Rachel. Kau tidak tahu, ya?"
"Mantan pacar?"
"Apa kau ada hubungan dengannya?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Pergilah. Aku ingin tidur."
Sean mengingatnya..tidak heran jika sikap Rachel berubah di depan pria bernama Andrean itu.
"Hei.. Mereka benar-benar terkenal di sekolah setelah kau. Apa kau benar-benar tidak tahu,” ucap Jimmy.
Sean menggelengkan kepalanya pelan.
"Apalagi saat mereka putus. Astaga, berita itu bahkan menyebar dengan cepat dikalangan para siswa. Dan yang lebih mengejutkan lagi, kudengar Andrean mencampakkan Rachel,” ucap Satria .
Sean menoleh pada Satria .
"Apa?"
"Tidak hanya itu, aku juga mendengar kalau Andrean memiliki wanita lain. Dan sampai sekarang mereka berdua terlihat seperti dua orang asing yang baru bertemu." Timpal Elang.
"Apa kalian serius,” ucap Sean setengah tidak percaya. Ayolah, siapa yang tega menyia-nyiakan gadis seperti Rachel?
"Untuk apa kami berbohong. Sekarang kau mendekati Rachel jadi wajar jika mantan pacarmu khususnya Erika mengamuk. Rachel berbeda sekali dengan mantan pacarmu. Dia salah satu murid terpintar dan berprestasi. Dia juga seorang kutu buku. Aku saja sempat tidak percaya kalau kau tertarik padanya,” ucap Elang sembari meraih sebotol air mineral di sebelahnya.
"Aku jadi merasa kasihan pada gadis itu,” ucap Satria .
"Hm. Dia dan Andrean putus secara mendadak dan tidak ada satu pun yang menyangka kalau mereka akan berakhir dengan cara seperti itu,” ucap Jimmy.
"Hei, kau mau kemana,” ucapnya kemudian saat melihat Sean beranjak dari tempatnya dan menyerahkan bola basket padanya.
"Aku akan ke UKS. Mungkin Rachel sudah bangun,” ucap Sean seraya membawa tasnya dan menyampirkan benda itu ke salah satu bahunya.
Lengan kemejanya terlipat hingga ke siku. Sementara almamaternya masih berada di Rachel.
Sean perlahan membuka pintu UKS.
"s**t! Kemana dia pergi?" Umpatnya saat melihat keadaan UKS sudah kosong. Ia kembali menutup pintu dan segera mencari Rachel.
"Aish.. Apa dia pulang,” ucapnya.
Kemudian ia merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya dan segera menghubungi Rachel.
"Hei.. Kau di mana?!" Ucapnya begitu panggilannya diangkat.
"Aku sedang dalam perjalanan pulang."
"Apa? Hei.. Kenapa tidak memberitahuku?!"
"Kenapa aku harus memberitahumu?"
"Sudah kubilang aku akan mengantarmu pulang!"
"Tidak perlu. Ah, ya. Jas sekolah milikmu ada padaku. Akan ku kembalikan besok."
"Itu tidak penting! Sekarang katakan padaku kau di mana? Aku akan menjemputmu!"
"Tidak perlu. Kenapa kau begitu keras kepala?!"
“Apa? Aku tidak—hei! Rachel?!”
Sean meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
Kemudian ia berjalan menuju ke parkiran, menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi.