Bunyi klakson terdengar berulang dari arah depan. Segera kuraih tas tangan lalu bergegas keluar kamar. Aku berhenti melangkah saat tiba di ruang tamu. Mas Rasya menatapku dengan tatapan mencemooh. "Kenapa, Mas? Ada yang salah dengan penampilanku?" tanyaku saat ia menelisik penampilanku, menatap dari bawah ke atas lalu mendesah kuat. Aku memang sengaja mengganti gamis yang tadi kukenakan dengan dres merah marun di atas lutut, leging warna senada dan jilbab hitam senada dengan manset dan sandal berhak rendah. "Mau ke mana kamu?!" Ia bangkit berdiri, merentangkan tangan menghalangi jalanku. "Mau keluar Mas bentar, aku ada urusan." "Urusan apa? Urusan apa selingkuh?!" Ia menatap tajam. "Kan aku udah bilang sama Mas Rasya mau membuka hati. Minggir, Mas." "Kamu tidak boleh pergi!" "Mas