"Oh, sidang yang ruangan ini, ya? Tunggu, kami cek terlebih dahulu," kata salah satu dari dua pria yang bersama petugas perempuan, berjalan meninggalkan mejanya untuk memastikan. Arhan pun segera mengangguk, berjalan menyusul langkah laki-laki yang memiliki tinggi besar lebih darinya itu dengan jantung berdebar tidak karuan. Dia berharap masih ada kesempatan untuk menggagalkan persidangan, setidaknya akan ada lanjutan sidang lagi. "Oh, itu ruang sidangnya, Pak. Lampunya masih menyala." Pria itu menoleh pada Arhan, dipertengahan jalan. "Jadi artinya?" Mata Arhan mengibaratkan harapan yang sangat besar akan jawaban positif dari pria yang berada di hadapannya itu. "Masih jalan sidangnya," kata pria itu memberi tahu. "Jadi, saya boleh masuk?" Mata Arhan pun berkilat lega, menunjukkan hara