Dilema Perceraian

1193 Kata

Bukan sebuah omong kosong bila siklus hubungan antar manusia itu terdapat pasang surutnya. Ada kalanya kesedihan datang, hingga akhirnya secercah harapan untuk bahagia pun mincul dengan tiba-tiba. Seperti hari biasanya, rutinitas Shania sama saja. Mungkin hanya minus mengurus Arhan yang hilang dari jadwalnya. Menunggu sampai pukul sembilan pagi, nyatanya hal itu cukup menguras kesabaran juga. "Jadi, kamu mau tetep menunggu Arhan?" Bunyi pesan yang masuk, tentu Shania yang duduk di kursi teras langsung membacanya. Ditatapnya laki-laki yang kini masih setia berdiri menyandar pada badan mobil di depan pagar. Mereka saling berpandangan dalam beberapa detik. "Aku mau pamitan dulu sama tuan rumah," jawab Shania langsung, tidak melalui teks pesan. "Tidak takut telat nyampe ke persidangan?"

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN