Shania meninggalkan rumah lebih pagi dari biasanya. Bahkan Arhan pun belum bangun, dia sudah berangkat. Jadwal hari ini masih sama. Mencari beberapa sampel kain sekaligus mencari kost-kostan. Kebetulan, semalam begitu dia mengirim pesan agar Ardi menyimpan nomornya, pria itu malah langsung menghubungi dan juga mengajaknya melihat-lihat beberapa kost. Tentu, Shania senang karena pindah segera dari tempat itu merupakan tujuan paling utama. Kini, dia pun menunggu di depan halte, tempat Ardi akan menjemput. "Pasti semalam perempuan menyebalkan itu sedang dilanda tsunami perasaan," gumam Shania sambil tersenyum membayangkan. Beberapa kali melirik ke arah ponsel Arhan, tetapi pria itu tidak memperhatikan. Sebuah dejavu pun muncul, dia pernah berada dalam fase itu. Suara klakson mobil yan