Sudah beberapa hari mereka lewati sejak Jun dirawat di rumah sakit karena jadi korban penusukan oleh pegawai termuda di tempat kerjanya. Aland. Tak banyak yang berubah dari Rumah Makan Keluarga Kahoku sebenarnya. Semua orang (kecuali Matan Iida tentu saja) sudah paham jika yang paling tertekan karena masalah ini adalah Aland. Maka mereka juga jadi enggan untuk bertingkah yang berlebihan.
Setiap di waktu Rumah Makan Keluarga Kahoku mau tutup. Jun akan selalu menelpon ke telpon rumah makan dan mengajak bicara semua pegawai. Penuh dengan keceriaan dan kelakar seperti biasa. Menanyakan kabar setiap orang. Menanyakan juga hal apa saja yang terjadi selama ia tidak ada hari itu. Jun mengabarkan jika keadaannya hari demi hari semakin jauh lebih baik.
Namun, di balik setiap telponnya. Selalu saja ada hal yang membuat para pegawai geregetan. Jun tak pernah memberi perhatian lebih kepada Matan Iida yang bisa membuat perasaannya jadi lebih baik. Apa mereka merasakan hal itu karena peduli pada Matan Iida? Tentu saja tidak juga. Itu semua lebih karena mereka tau jika wanita berambut panjang itu selalu siap sedia membawa tali tambang ke mana pun. Untuk mencekik leher Day sewaktu-waktu emosinya terasa tidak enak.
Andai saja Jun bisa bersikap lebih menyambut perasaan Matan Iida. Wanita itu pasti juga bisa memiliki sikap yang lebih positif dan pro aktif dalam memandang dunia beserta orang-orang yang hidup dan berjalan di dalamnya.
“Wa ha ha ha ha ha! Muka kalian semua jadi jelek banget habis kerja seharian,” ledek Jun hari itu yang menghubungi via Video Call lewat smartphone milik Bright.
“Apa bedanya coba sama kamu kalau sedang bekerja juga?” tanya Cornelia balik bersikap sok sinis, tapi manis.
“Itulah yang membedakan antara aku dengan kalian semua. Wajah kita tuh beda kasta dalam standar kecakepan, kelas, dan kualitas. Kalian kalau capek bekerja akan jadi semakin tidak jelas wajahnya. Kalau aku capek bekerja yang ada akan jadi makin rupawan. a***y,” balas Jun dengan songongnya.
“Entah kenapa tiba-tiba aku jadi pengen pergi ke rumah sakit dan nusuk lagi perut orang ini biar gak usah sadar sekalian,” komentar Rucira sambil meremas-remas tangannya di pakaian.
Sarah langsung mencubit manjah lengan Rucira, “Ruci, sampai kamu melakukan hal itu. Yang ada malah kamu duluan yang ditusuk sama Matan Iida,” peringatnya.
Semua orang tertawa mendengar penuturan Sarah. Di sudut Matan Iida sendiri ia tampak berdiri di agak pinggiran dengan wajah yang sedikit kecut. Ia sangat berharap jika Jun bisa menghubungi kontaknya. Secara ekslusif. Hanya mereka berdua. Tanpa gangguan dari siapa pun. Tapi, melihat sikap dan kebiasaan Jun. Rasanya itu semua hanya mimpi untuk saat ini.
“Tapi, apa kamu sungguh sudah baik-baik saja?” tanya Iida kemudian. Wajahnya tampak tengah tersipu malu menghadapi tatapan Jun yang wajahnya meski sedang sakit juga… memang benar… terlihat semakin ganteng.
“Baik banget, dong. Jun gitu lho. Saking baiknya aku. Sampai menyesal juga karena Aland tidak menusuk lebih dalem. Seandainya luka yang ditimbulkan lebih parah. Kan pasti jatah liburku akan bisa jadi lebih lama. Wk wk wk wk wk!” jawab Jun semangat diiringi tawa yang ceria dan cerah seperti biasa.
Semua pegawai menghela nafas, hhhaaahhh. Membatin berjamaah, ini Jun tuh bener-bener tidak peka atau hanya pura-pura, sih. Tolong sekali aja kasih Matan Iida apresiasi karena sudah segitu perhatiannya sama kamu. Jangan tari ulur wanita ular ini.
Semua orang di sana (kecuali Iida) memikirkan hal yang sama. Tapi, tidak dengan Day. Setiap hari ia selalu menjenguk Jun sebelum berangkat kerja. Night sampai bertanya-tanya akan tingkahnya. Tapi, apa mungkin Day mengakui pada Night jika ia habis menusuk orang karena curiga padanya?
Bodoh sekali. Tentu saja itu tidak mungkin, kan. Ia masih sangat menyayangi Night dan tidak mau ada hal buruk yang terjadi paa hubungan mereka ke depannya.
Masalah kecurigaan mari kita pikirkan nanti saja. Yang paling penting saat ini adalah keadaan Kak Jun sendiri. Aku tau dia tetap bersikap seperti biasa di hadapan kami semua. Namun, di mataku dia hanya terlihat sedang berusaha untuk tidak membuat siapa pun khawatir, batin Day, ah, kalau mengingat sifatnya yang seperti itu. Aku jadi ragu juga apa dia ini sakit sungguhan atau tidak. Jangan-jangan dia sudah bisa berdansa di kamar rumah sakitnya yang mewah itu.
Cih, mentang-mentang aku yang salah. Dia seenaknya memilih kamar yang paling mewah, batin Day kesal. Walau itu bukan salah Jun juga, sih. Toh, sejak awal Jun tidak meminta siapa pun untuk membayar biaya perawatannya.
“Kak Jun, pokoknya aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit Kakak!” ucap Day dengan kerennya sambil menepuk d**a.
Jun di layar langsung terlihat sedang menahan tawa. Setelah itu tawanya pun meledak tak bisa lagi ditahan. Gelegarnya bagai serasa sampai ke Rumah Makan Keluarga Kahoku yang sudah sepi itu. “HWA HA HA HA HA HA HA!!! Daripada memikirkan orang lain. Lebih baik kamu pikirkan saja bagaimana kelanjutan dari hubungan kamu sama si do'i,” respon Jun.
Semua pegawai di sana serempak melirik sarkastis ke arah Day. Do'i? Do'i siapa maksudnya, ya? Day auto cengok tak bisa berucap sepatah kata pun mendengar ucapan Jun yang nyaris selalu tak bisa diduga.
“Maksud kamu apa, Jun?” tanya Brotho memecah kesunyian.
“CUKUP! Kak Jun pasti butuh banyak istirahat. Kita semua juga pasti sudah capek. Selamat malam!” kata Day cepat sambil segera memutus sambungan mereka.
“Aland hidup dengan kumpul kebo sama temannya yang bekerja di Ship Area?” baca Bright ke pesan yang baru saja Jun kirim. Melirik Aland berkali-kali. Para pegawai yang lain ikut-ikutan sok terkejut juga membaca pesan itu.
Kabar Aland? Whatever...
Gara-gara pesan yang dikirim dari tanah j*****m itu. Sisa waktu sebelum pulang jadi mereka habiskan dengan meledeki Day habis-habisan. Ini semua terjadi karena saat Day menjenguk Jun. Night tiba-tiba menghubungi Day. Memang dasarnya Night itu memang memiliki suara dan tutur kata yang sangat lembut. Bicaranya jadi terdengar seperti seperti keperempuan-perempuanan. Apalagi kalau dari telpon. Nah, dari sanalah awal kesalahpahaman Jun yang mengira dirinya menjalin hubungan terlarang berlandaskan ilmu pengetahuan dengan seorang pegawai Ship Area.
Memang dasar para orang dewasa yang kurang kerjaan. Iiiiihh menyebalkan sekali sih kalian semua itu. Hobi sekali sih membully anak di bawah umur, batin Day kesal saat ia sedang berada di dalam perjalanan pulang.
T B C ~