Kishi Kai dan Pemuda itu 2

1066 Kata
Adinata hanya tersenyum kecil dengan bibir tipisnya saat merespon sikap waspada dan kecurigaan Kishi Kai. “Apa kamu tau? Jadi yang terbaik itu... terkadang bisa jadi sangat membosankan, menyebalkan, jenuh, dan juga kalimat respon negatif lain. Barang dua sampai tiga bulan kamu jadi pegawai paling muda di Drajat III. Kamu akan mulai merasakan tekanan yang tidak bisa dibayangkan saat masih jadi pegawai honorer. Percayalah sama aku,” jawabnya. Night memegang dagu ragu. Perasaan resah tiba-tiba menyeruak mengisi relung hatinya. “Apa kamu bisa coba beri gambaran soal bagaimana tekanan yang mungkin aku alami juga nanti?” tanyanya. “Tekanan jadi pegawai tetap itu sangat berat. Saking beratnya itu sampai akan datang saat di mana kamu ingin kembali jadi pegawai honorer. Semengerikan itu. Satu-satunya tanggung jawab pegawai honorer adalah peti yang harus mereka susun. Sementara tanggung jawab pegawai tetap itu akan terdiri dari peti yang mereka susun, peti yang anak buah mereka susun, kepuasan pengguna jasa Ship Area, dan tentu saja last but not least… anggapan pribadi Pak Direktur Ship Area,” jawab Adinata santai. “Apa bisa kamu jelaskan masing-masing?” tanya Night berusaha memperjelas. Itu pun kalau Adinata bersedia. Bagaimanapun juga ia akan membutuhkan sangat banyak informasi sebagai “orang baru” di kelas Drajat III Ship Area. “Yang pertama kamu pasti sudah mengerti. Yang kedua adalah apesnya jadi pegawai tetap. Pegawai tetap itu kan punya tugas untuk membawahi beberapa orang pegawai honorer. Seperti kasus Mas Dawani. Kamu pikir itu murni kesalahan dia? Tentu saja bukan. Sebenarnya itu kan kesalahan dari anak buahnya. Tapi, yang akan memikul tanggung jawab moral serta fisikal dan ya tetap dia. Pegawai tetap dianggap melakukan kesalahan karena telah gagal dalam memberi pemahaman serta pengarahan yang tepat kepada para bawahannya,” terang Adinata. Gawat, aku baru tau kalau soal hal itu, batin Night siaga merah jambu. Adinata mengacungkan tiga jarinya: jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. “Yang ketiga adalah yang pastinya paling kamu tunggu tunggu. Yaitu enaknya jadi pegawai tetap.” Kedua mata Night sangat berbinar kala mendengar kata “enaknya”. Diangguk-angukkan kepalanya cepat. “Iya, iya, iya, iya, iya! Katakan padaku! Katakan padaku! Katakan padaku!” pintanya semangat. Adinata menutup mulut dengan kepalan tangan melihat respon Kishi yang sangat menggemaskan seperti anak anjing. Membuatnya sulit untuk menahan senyuman. “Jadi, setiap bulan kantor Ship Area itu akan mengadakan angket bersama semua pihak yang pernah menjalin kerja sama dengan mereka. Pihak pengguna jasa yang memberi bintang pada Ship Area akan dimasukkan sebagai keberhasilan si pegawai tetap. Apalagi kalau yang memberi lebih dari satu pihak. Sekalipun yang berkerja keras adalah para pegawai honorer. Yang akan mendapat semua keuntungan dari keberhasilan itu hanya pegawai tetap,” lanjut Adinata, “Inilah yang disebut dengan positional privilege atau hak istimewa para pemilik posisi. Itu juga penyebab kamu sampai disirikin dan dimusuhin habis-habisan, ‘kan?” Wah, itu sih akan asik sekali. Aku baru tau soal itu, batin Night bahagia. Siap kembali merayakannya bersama Day dan diri sendiri. Adinata mengacungkan empat jari tangan kanannya kini. Semua jari kecuali jempol. “Kalau yang keempat ini adalah perasaan relatif saat menjadi pegawai tetap Drajat berapa pun.” Night sedikit merinding mendengar ucapan Adinata yang jadi serius. Relatif itu kan berarti bisa baik juga bisa saja sebaliknya. Berarti jadi pegawai tetap Ship Area pun memiliki resiko untuk lebih banyak hal buruknya timbang hal baiknya. Harus bersiap-siap. Waspada. “Oke, apa itu?” tanyanya masih berusaha menyiapkan hati. “Pak Dir itu punya perasaan yang teramat peka seperti gadis desa yang baru saja putus cinta. Bisa dibilang dia itu sama sekali tidak profesional. Kalau yang ini sih bagaimana kemampuan kamu saja untuk bisa memenangkan hatinya,” beritahu Adinata. Night menghembuskan nafas putus asa, fuuhh. “Waduh, sebenarnya aku ini tipe orang yang kurang baik dalam berhubungan dengan perasaan individu lain. Bisa bahaya kalau seperti ini,” keluhnya sudah membayangkan ke resiko terburuk memiliki bos yang natural born baperan. “Pokoknya kamu pasti bisa bertahan, Kishi Kai. Hanya dengan cukup jadi pegawai teladan. Jangan pernah melawan apa pun yang dia katakan. Apa pun itu. Begitu saja,” nasihat Adinata. Kak Adinata ini beda pengalamannya sama aku padahal hanya satu tahun, lho. Tapi, dia tau lebih banyak hal soal Ship Area seperti sudah bekerja selama bertahun-tahun lamanya. Dan lagi kalian tau? Belum ada pegawai yang bisa mematahkan rekor orang ini. Rekor yang dimaksud sendiri adalah soal dia yang hanya menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk menjadi pegawai honorer sebelum resmi diangkat menjadi pegawai tetap. How incredible. Sangat luar biasa. Kalau orang seperti Day bekerja di Ship Area. Sudah pasti dia jadi sama cemerlangnya dengan Kak Adinata, batin Night kagum “Sekarang aku mau membuat taruhan sama kamu,” ucap Adinata membuyarkan kekaguman Night. Ah, sudah aku duga. Jadi satu-satunya anak berbakat memang terkadang membosankan. Dia pasti ingin menantang siapa yang bisa naik pangkat lebih dulu ke golongan Drajat II. Oke, akan aku terima tantanganmu, wahai pemuda, batin Night memudahkan saja. Adinata melanjutkan, “Aku ingin taruhan siapa yang lebih dulu bisa mengajak anak Pak Dir pergi kencan,” tantangnya. Heeehhh??? Taruhannya malah sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Dan lagi… aku kan masih jauh di bawah usia legal untuk berpacaran. Bisa pelanggaran hukum ini jika sampai aku setujui, batin Night jadi gundah. “Aku ini orang yang sangat tertutup, Adinata. Aku juga tidak bisa suka pada perempuan yang tidak bisa Fisika,” tolak Night halus. “Tidak bisa Fisika katamu? Ha ha ha. Aku tidak tau sih kenapa kamu bisa sampai memberi persyaratan itu untuk ciri wanita yang menarik untukmu. Anak perempuan Pak Acalapati itu peraih medali emas di olimpiade Astrofisika di MIT, lho. Bahkan bukan hanya itu saja. Masih banyak prestasinya yang lain, tapi aku memang tidak ingat semuakarena terlalu banyak,” beritahu Adinata. Cih, apes sekali sih aku. Kenapa juga tipe ceweknya harus yang begitu sempurna seperti itu. Bagaimana aku harus menolaknya, ya? “Apa yang kamu inginkan dari taruhan ini?” tanya Night. “Sejak dulu di dunia ini ada rumor kalau laki-laki yang pintar itu tidak akan pernah hoki masalah perempuan,” ucap Adinata mengawali jawabannya. Rumor yang sangat cocok untuk Day, batin Night. (Jawaban Day: Ngaca kamu!). “Lalu?” tanya Night memperjelas. “Aku ingin coba untuk membangun rivalitas di antara kita dengan membuktikan siapa yang lebih apes masalah cinta,” jawab Adinata seraya mengedipkan sebelah matanya sambil sok menembak tubuh Night dengan jari yang dibentuk menyerupai pistol. Bhang! Alasan yang sangat sederhana (cenderung tidak penting kalau boleh dibilang), batin Night, sang maha fisikawan abad ke dua puluh satu saja, Stephen Hawking, mengakui kalau wanita merupakan misteri terbesar di jagat raya ini. Bagaimana dengan aku coba. Adinata segera menyuapkan sisa makanannya ke dalam mulut tanpa menunggu jawaban Night. Tertinggal lah anak berusia sebelas tahun itu dengan rivalitas gila masalah wanita dan cinta yang hanya buat sakit kepala. Bicara soal itu… anak perempuannya Pak Dir Acalapati itu siapa, sih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN