Rencana untuk Requiem Malam

1111 Kata
Day pun sampai di rumah dengan perasaan yang amat sangat dongkol. Nada bicaranya pada Malik yang menyambutnya saat baru saja tiba juga auto jadi ketus meletus. Untung saja seluruh IT’s Chamber System di rumah itu pengertian dan memiliki kepribadian yang baik seperti para masternya. Tidak seperti IT’s Chamber System di apartemen mewah milik Kak Jun yang tidak punya adab dan sopan santun pada pengunjung. Para IT’s Chamber System di kediaman Day dan Night memiliki kemampuan untuk secara otomatis melakukan scan pada Internal Computer Brain di otak para masternya. Untuk kemudian mengetahui masalah yang baru saja ia hadapi dan menyesuaikan sikap seperti apa yang harus mereka gunakan setelah itu. Sekalipun saat ini adalah akhir pekan. Itu sama sekali tak membuat Day merasa lebih bahagia seperti orang lainnya. Kahoku adalah rumah makan keluarga yang tak mengenal hari libur. Sebenarnya Ship Area juga jarang memberikan hari libur. Tapi, Day berbeda dengan Night yang bisa menghadapi semua hal dengan positif dan baik. Day hanya melihat keburukan serta sisi negatif dari setiap kejadian dan kebaikan. Sementara Night hanya melihat kebaikan dan sisi positif dari setiap keburukan. Sungguh kepribadian yang sangat bertolak belakang. “Kenapa mukamu jelek banget seperti itu?” tanya Night di ruang makan. Ia telah berada di sana ketika Day memutuskan untuk makan buah segar sebelum pergi tidur. “Aku di-bully sama teman-teman di tempat kerjaku. Mereka bilang kita berdua ini ngehomo dan sedang kumpul kebo,” adu Day bad mood abis. Night menaikkan sebelah alisnya. Nyaris tertawa terbahak-bahak. “Hah? Ha ha ha ha ha! Itu cuma bercanda kali, Day. Kamu menanggapinya serius amat, sih,” respon Night santai. Seperti biasa. “Kamu bisa bicara seperti itu karena kamu disukai kan sama semua teman kerjamu. Lagipula Ship Area itu tempat kerja yang serius. Orang-orangnya pasti lebih dewasa dan saling menghargai. Tidak suka mempermainkan orang lain dan keren,” balas Day jutek. Sama sekali tidak seperti itu, Day, batin Night. Mengayun-ayunkan gelas cocktailnya. “Mereka meledek kamu pasti karena punya rasa perhatian. Andai kita benar seperti yang mereka sangkakan, ngehomo dan kumpul kebo, mereka pasti akan khawatir, ‘kan?” tanyanya. “Ah, kamu sama aja kayak seperti para orang dewasa gak jelas itu, Night. Mungkin tahun depan aku akan memutuskan untuk pindah kerja saja ke Ship Area. Sepertinya enak, ya,” beritahu Day dengan khayalan membumbung tinggi soal kehidupan kantor yang dewasa, saling support, adil, dan tidak pernah bersikap menyebalkan seperti di Rumah Makan Keluarga Kahoku. Hanya… khayalan. Imajinasi yang sama sekali tidak akan pernah menjadi kenyataan. “Jangan, Day! Bekerja di Ship Area itu tekanannya sangat tinggi,” larang Night langsung. Wah, bisa bahaya sampai orang seperti Day (yang dapat masalah seperti ini saja sudah sangat menggalau) bekerja di Ship Area. Suatu tempat kerja yang tak seindah luarnya. Lebih banyak pahitnya. “Night…” panggil Day. “Aduh, Day, begini, ya. Aku pikir bekerja di tempat seperti Rumah Makan Keluarga Kahoku itu sudah jadi pilihan yang terbaik untuk Day ambil. Percayalah padaku!” respon Night berusaha memberi pengertian. “Night, apa kamu pikir aku tidak bisa bertahan hidup dalam tekanan? Apa kamu pikir kamu itu lebih hebat dari aku?” tanya Day menaikkan oktaf suaranya. “Bukan seperti itu, Day. Aku tuh sama saja kayak kamu. Aku juga (w),” jawab Night berusaha memberi Day penjelasan. Lagi. “Dalam hal apa, ya?” tanya Day menaikkan sebelah alisnya. Menyilangkan kedua tangannya di d**a. Aku tidak mau jadi orang jahat. Aku tidak ingin jadi seperti mayoritas yang diam. Itulah yang membuatku jadi orang aneh. Orang yang (w). “Dalam banyak hal,” jawab Night. “Kamu saja tidak bisa memberi aku penjelasan. Jangan harap kamu bisa buat aku mengerti,” balas Day. Night mulai kewalahan memberi Day pengertian dari sudut pandangnya yang sudah bekerja di Ship Area. Bahkan ia sampai berpikir, andai saja aku tidak jatuh cinta pada ilmu Fisika. Tentu aku tidak perlu mencari kerja di tempat yang rumit seperti Ship Area. Maka ia pun berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka, “Eh, Day, aku baru ingat. Bukannya katanya kamu sedang ingin mengadakan pameran lagi, ya. Sudah sampai mana pengerjaannya?” tanya Night. “Sedikit lagi juga sudah mau selesai, kok. Tapi, aku tidak ingin mengerjakan Night’s Requiem dalam waktu dekat ini. Kamu harus bertahan lebih lama di dalam neraka,” jawab Day dengan mudah teralihkan perhatiannya. “Ha ha ha, oke, oke, oke. Aku juga sudah memikirkan cara untuk melakukan identifikasi terhadap para Aimery maupun para sekongkolannya. Dengan Internal Computer Brain scanner yang seperti milik Malik. Kita bisa berusaha untuk mengukur emosi seseorang. Kita juga bisa memasukkan stimulus tentang suatu ingatan mengenai Yayasan Aimery dan rekan-rekannya ke dalam prosesor orang tersebut. Kalau orang itu menunjukan ingatan yang memiliki kaitan dengan Aimery juga kroni-kroninya. Kita bisa langsung menolak mereka. Kalau tidak ada ya kita bisa menerima saja,” saran Night percaya diri. “Tapi, bagaimana kalau sampai Internal Computer Brain di otaknya dilindungi oleh dinding api atau yang semacamnya?” tanya Day waspada. Ia tak ingin lagi keparnoannya mengakibatkan hal buruk. Ia harus menggunakan keparnoan yang sudah Night bangkitkan dengan baik serta bijaksana. “Ya kita tinggal bilang lah agar mereka jangan sampai memasang pelindung atau hal hal lain yang tidak diperlukan. Biar kita bisa liat gitu. Lagipula kamu akan memakai identitas yang baru. Mereka tidak akan bisa memastikan kalau kamu adalah The Butterfly’s Breath atau bukan sebelum masuk,” jawab Night dengan percaya dirinya. Ia sangat percaya diri pada kemampuannya soal bermacam taktik dan tipu menipu. Belajar dari pengalaman. Tentu saja. “Night…” panggil Day. “Day…” balas Night sembari menatap kedua mata indah Day. Ia melanjutkan, “Kau tinggal tenang saja. Tidak perlu khawatirkan apa pun. Aku sudah memikirkan semua untuk menyukseskan rencana pameran impianmu,” tekadnya dengan aura yang seperti bercahaya shining shimmering splendid. Day tertegun memikirkan ide Night. Rupanya Night benar-benar memikirkan The Butterfly’s Breath. Ia sangat luar biasa dan visioner. Tak sia-sia semua yang sudah mereka perjuangkan bersama. Day yang hanya ada untuk Night. Dan Night yang hanya akan jadi pendamping Sang Day. “Yang harus kau lakukan saat ini adalah membuat daftar orang-orang yang sudah kamu percaya. Masalah penyelenggaraan virtualnya semua biar aku yang urus,” beritahu Night. “Kalau masalah penyelenggaraan virtual… sepertinya itu aku sendiri saja yang urus,” respon Day. Tak ingin terlalu bergantung sampai merepotkan Night yang sudah sibuk karena baru saja naik jabatan pada hal yang ia sendiri saja juga bisa menangani seorang diri. “Sudahlaaah…” respon Night, “perusahaan ISP tidak akan mau berbicara dengan seorang pegawai rumah makan keluarga. Dari segi mana pun… Tuan Kishi Kai yang sudah jadi pegawai tetap dan pendapatannya naik inilah yang akan jauh lebih berpengaruh, ho ho ho!” respon Night bangga sendiri sambil tertawa seperti nenek sihir, “HO HO HO HO HO HO HO!!!” Day mulai mencekik leher Night karena gemas sekaligus kesal sekaligus memang sedang ingin mencekik sesuatu saja. Night balas mencekik leher Day karena menganggap tindakan Day sebagai isyarat menantang untuk berantem. Mereka berdua pun jadi saling mencekik. Sampai akhirnya… “Topan… topan… topan…!!!” teriak Night lemas sambil menampar-nampar lantai. “Aha ha ha ha ha ha ha!!!” tawa Day puas. Night pun turut tertawa, “Aha ha ha ha ha ha ha!!!” T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN