Janji Aland 1

733 Kata
Tengah hari datang dengan cepat. Waktu bergulir begitu saja di tengah kesibukan semua orang yang terasa amat padat. Tak ada yang memperhatikan gulirnya lagi. Semua manusia hanya terus bekerja sampai bel tengah hari berbunyi. Tengah hari adalah waktu sibuk hampir seluru rumah makan yang terletak di area perkantoran. Ini adalah waktu makan siang yang krusial bagi perut-perut para pencari penghidupan. Begitu juga dengan Kahoku. Walau memiliki judul “family restaurant” alias restoran keluarga yang didedikasikan untuk tempat makan keluarga. Rumah Makan Kahoku malah lebih sering menjadi tempat makan siang para pekerja kantoran. Rumah Makan Kahoku merupakan salah satu dari beberapa restoran yang masih menerapkan pelayanan manusia alias HSB (Human Service Basis). Di masa ini memang lebih banyak restoran yang hampir seluruh operasi dan pelayanannya sudah menggunakan tenaga rekayasa virtual komputerisasi canggih. Fungsi manusia pada restoran bertipe itu umumnya hanya sebagai pengawas. Belum semua orang suka pada pelayanan mesin. Belum semua orang menggemari sistematika yang terkontrol dan terprogram seperti itu. Untuk beberapa alasan itulah kenapa Kahoku masih memiliki pengunjung setianya. Saat sedang di di dapur. Tangan iseng Cornelia dengan sengaja meremas b****g Day. Day langsung terperanjat kaget, “Khiii!!!” “Boy, gimana sama janjimu? Ketemu apa tidak brondongnya?” tanya Cornelia sembari mengedipkan sebelah mata nakal. “Tenang saja, Mbak,” sahut Day yakin sambil mencoel ujung hidung mancungnya. “Kamu dapat dari mana cowoknya?” tanya Cornelia lagi. “Tidak usah banyak tanya bisa kan, Mbak! Kita lihat saja nanti bersama-sama,” jawab Day mulai deg-degan. Cornelia menyilangkan kedua tangannya di d**a. Hmm. “Aku akan langsung tahu kalau kamu bawa gigolo untuk menemuiku, lho. Sepasang mata bolaku ini sudah khatam menjelajahi dunia perlelakian selama bertahun-tahun. Tidak akan mungkin ketipu,” ancam Cornelia. Glek. Semoga kepercayaan yang aku berikan sama Kak Jun tidak salah, wahai Ilmu Pengetahuan. “Tapi, Mbak Cornelia benar-benar serius kan sama janji Mbak?” tanya Day penuh harap. Ganti Cornelia yang mencoel ujung hidungnya dengan raut percaya diri. “Huh, mempengaruhi Mbak Iida itu semudah membalikkan telapak tangan. Jangankan Bintang Pegawai Teladan. Aku bahkan bisa bikin dia kasih posisinya ke kamu,” jawabnya yakin mampus. Day memegang dagu dan berpikir sejenak. Hmm. Ucapannya kali ini memang terdengar seperti omong kosong belaka. Tapi, selama mengenal gadis gesrek itu. Walau memang sebelas dua belas dengan yang namanya iblis dalam cerita-cerita agama zaman dulu. Cornelia sama sekali tidak pernah mengingkari ucapannya. Semua janji yang ia ucapkan akan ia tepati. Semua yang ia ikrarkan sudah pasti akan ia lakukan. Aku jadi penasaran dengan kekuatan iblis di dunia ini. Awalnya aku memang penasaran. Tapi, itu sudah tidak ada gunanya dipikirkan zaman sekarang, batin Day. Pukul 14.00 PM adalah waktu di mana makan siang sudah berakhir. Dan itulah waktu yang Cornelia syaratnya untuk kedatangan laki-laki idamannya. Day langsung mengerti penyebabnya. Itulah ujian yang diberikan oleh si gadis reseh ini. Pasti susah untuk mencari cowok ganteng sekaligus mapan sekaligus pure hearted man yang bersedia datang di waktu krusial seperti itu. Untung saja ada Kak Jun, batin Day bahagia, bagaimana ya cara dia menemukan cowok dengan kriteria seperti itu? Sungguh membuat penasaran. Tapi, ya sudahlah. Setengah jam sebelum waktu perjanjian yang akan menentukan “hidup dan matinya”. Day mengunjungi Jun di dapur dengan perasaan gundah. Jun sendiri tengah bersantai dengan Bright. “Kak Jun, Kak Jun, Kak Jun! Laki-laki yang akan Kakak bawa sungguhan rupawan tidak, sih? Kok perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak, ya,” tanya Aland gusar. “Hmm… bisa dibilang… lumayan,” jawab Jun santai. “Uuukh, lumayan seperti apa? Coba tunjukkan fotonya padaku, kek!” pinta Aland dengan raut menggemaskan menodongkan kedua tangan. Jun malah menaik-turunkan telapak tangan. “Untuk apa kamu melihat fotonya? Nanti juga kan akan melihat sendiri,” jawabnya tak peduli. Ingin melanjutkan obrolan bersama Bright yang sedang asyik-asyiknya. “Ayolah, Kak! Aku mohon! Aku hanya ingin memprediksi masa depanku. Kalau laki-laki yang Kak Jun suruh datang ke sini itu memenuhi ekspektasi. Bisa dibilang berarti aku selamat. Kalau tidak sesuai dengan keinginan hati... ya berarti aku mati di tempat TT,” balas Day kalut carut marut. Setelah melakukan berbagai perdebatan yang sebenarnya tidak penting. Akhirnya Jun berhasil membawa Aland kembali ke pekerjaannya sendiri. Ia tidak suka memberi gambaran akan sesuatu. Ia tak ingin masa depan ditebak-tebak. Apa yang terjadi. Maka terjadilah saja. “Apa aku boleh melihat fotonya?” tanya Bright di dapur sekembalinya Jun. Jun pun menyodorkan gambar hologram dari ponsel cerdasnya ke Bright. “Harap dicatat! Reaksinya jangan berlebihan, lho,” peringat Jun. Kedua mata Bright langsung terbelalak melihat sosok yang ada di dalam foto. “Apa kamu serius dengan ini??!!!” tanyanya tak percaya. Wah, siapa orang yang akan Jun tumbalkan pada Nyai Cornelia? Apakah temannya? Atau orang yang baru saja dia temui? Entahlah. Semua hal bisa saja terjadi. Ikuti terus ceritanya! T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN