Di Rumah Makan Keluarga Kahoku. Hari berjalan seperti biasanya untuk para pekerja di sana. Namun untuk Day pribadi, ia masih bingung memikirkan Night. Empat tahun sudah mereka saling mengenal. Ia tak pernah memiliki ketertarikan sebesar ini pada perempuan. Setau Day yang bisa menarik Night itu hanya dua macam hal: belajar dan bekerja. Dengan kata lain: ilmu pengetahuan dan uang.
Mengapa seperti itu? Sebelum beranjak lebih jauh. Mari kita lebih pahami lagi di dunia macam apa Day, Night, Jun, Bright, Cornelia, Matan Iida, dan semua orang di planet ini tinggal.
Sekitar satu abad lalu. Yaitu tahun dua ribu seratus lima puluh. Planet Bumi memulai fase baru yang disebut sebagai masa Digitalian Era. Setelah peresmian masa Digitalian Era. Penanggalan lama yang dulu digunakan yaitu Masehi secara resmi dihapus. Sebagai gantinya digunakan penanggalan baru Digitalian Era yang dimulai sejak 1 Januari dua ribu seratus lima puluh satu Masehi. Atau tepatnya 1 Januari 1 Digitalian Era.
Setelah masa Digitalian Era. Planet Bumi mengalami banyak perombakan. Pembangunan besar-besaran dilakukan di mana-mana untuk menyesuaikan standar awal yang telah ditetapkan oleh Komite Internasional Digitalian Era (DEIC: Digitalian Era International Committee). Dengan dimulainya masa Digitalian Era. Dunia serempak giat melakukan pemmbangunan teknologi untuk menyambut “Tipe II Skala Kardashev”. Pada awalnya “Tipe II Skala Kardashev” diperkirakan baru dapat dicapai pada tahun 2200. Skala Kardashev sendiri merupakan metode pengukuran tingkat kemajuan teknologi dari suatu peradaban.
Seluruh manusia yang lahir setelah masa Digitalian Era disebut dengan Maverick (atau Digitalian People). Maverick merupakan manusia yang di otaknya telah dipasangi dengan prosesor Internal Computer Brain. Maverick merupakan wujud transplantasi organ digital dan robotik ke dalam tubuh manusia. Sejak itu semua manusia yang lahir ke dunia memiliki organ tubuh robot dalam diri mereka. Jadi mampu melakukan hal-hal yang dulu mungkin baru hanya ada dalam film atau imajinasi sastra.
Sistem Maverick yang diusung oleh Digitalian Era memiliki banyak keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungannya adalah manusia yang akhirnya mampu mengkatrol kemampuan otak alami mereka dengan bantuan mesin dan teknologi robotik. Sistem Maverick memiliki opsi simpan, buang, catat, hapus, sebelumnya, sesudahnya, dan berbagai komponen lain yang di masa lalu hanya bisa dilakukan oleh mesin komputer. Namun, keuntungan pasti selalu berdampingan dengan kerugian. Dan itu adalah tentang manusia yang jadi sangat sulit untuk menyembunyikan apa pun. Termasuk segala informasi pribadi dan rahasia mereka. Otak semua orang bisa dengan mudah di-scan atau dipindai. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya tengah mereka pikirkan, rasakan, dan sembunyikan.
No privacy at all! Tidak ada privasi sama sekali!
Apakah ada cara untuk mengakali itu semua? Tentu saja... "ada". Namun, satu-satunya cara lolos dari sistem Maverick adalah dengan menjadi lebih pintar ketimbang sistem itu. Dan orang-orang jenius yang berdiri di belakangnya.
Namun, tentu saja itu… sangat sulit. “Nyaris” tidak mungkin bahkan.
Terdapat empat merek prosesor otak atau Internal Computer Brain yang paling terkenal di dunia ini: Chastine, Eden, Esther, dan Maria. Keempat perusahaan pemroduksi prosesor itu terus bersaing ketat dalam menawarkan prosesor otak paling baik, revolusioner, terdepan, nyaman, dan mampu memenuhi segala macam kebutuhan akun pengguna.
Sampai dua puluh tahun yang lalu urutan kualitas dan popularitasnya kira-kira seperti ini: Chastine memimpin dan terdepan. Setelah itu antara Eden, Esther, dan Maria selalu balapan. Semakin tua umur masa Digitalian Era. Setiap negara juga mulai melakukan produksi mandiri prosesor yang bisa dibeli dengan harga jauh lebih terjangkau untuk rakyat mereka.
Selain reformasi yang gila-gilaan di bidang teknologi. Digitalian Era International Committee juga mengeluarkan peraturan yang baru mengenai nama negara. Semua negara di planet ini harus memperbarui identitas mereka sampai sesuai dengan masa pembaharuan Digitalian Era. Seperti Indonesianapolish yang di masa lalu memiliki nama Indonesia.
Day sangat paham kalau Night menyadari kedudukannya di masa Digitalian Era ini. Orang tua dia tidak punya. Tidak memiliki kemampuan otak yang lebih pula. Semua harus diperjuangkan sendiri tanpa kelebihan apa pun. Tentu saja sangat bertolak belakang dengan seorang Day. Night hanya anak biasa yang kebetulan suka dan cukup pandai di ilmu Fisika.
Apa yang kira-kira akan dilakukan oleh anak biasa itu jika dihadapkan pada permata? Permata yang akan kita panggil sebagai PUPADISHA (Putrinya Pak Direktur Ship Area). Sebiasa-biasanya Night… dia bukan orang g****k juga. Yang akan menyia-nyiakan kesempatan berlian semacam itu.
Duuh, kalau aku jadi Night bakal aku embat tidak ya cewek itu. Hmm... hmm...hmm..., pikir Day bingung.
“Kenapa kamu? Nggremeng sendiri seperti itu,” tanya Kristof.
“Aku sedang berpikir, Kak. Jadi, ada permata di depan Kakak, nih. Ingin banget Kakak ambil. Tapi, taruhannya adalah kepala Kakak sendiri. Apa Kakak bakal tetap mengambil permata itu?” tanya Day ke Kristof. Rumah Makan sedang sepi. Sehingga mereka bisa lebih banyak menganggur dan saling bercengkrama.
“Kalau ingin banget ya pasti aku pertaruhkan nyawaku, lah,” jawab Kristof.
“Kalau Kakak orang jenius yang ingin mencoba mengerti pemikiran orang biasa. Apa yang akan Kakak lakukan?” tanya Day mulai geregetan.
Kristof meringis geli mendengar pertanyaan Day. “Aku belum pernah jadi orang jenius, Aland. Jadi, aku tidak tau bagaimana cara mengandaikannya.”
Dari lorong menuju dapur. Jun mengamati gerak-gerik Day secara seksama. Ia sudah berusaha mencaritahu apa itu Aimery dari jaringan global yang ia ketahui. Dan yang ia temukan adalah:
Aimery merupakan salah satu keluarga yang berasal dari Indonesianapolish dan cukup berpengaruh di benua Eropa. Perusahaan milik keluarga Aimery memiliki saham yang cukup besar di perusahaan prosesor otak Eden. Selain itu mereka juga melakukan penelitian terhadap otak manusia di suatu institusi yang diberi nama Riordan Institute.
Dari semua yang Jun temukan. Ia tertarik pada satu nama. Riordan Institute. Ia kembali mencaritahu nama Riordan Institute di jaringan global. Di Indonesianapolish, tepatnya di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pernah berdiri sebuah panti asuhan bernama Riordan Orphan. Namun, panti asuhan itu sudah hancur beberapa tahun yang lalu karena bencana alam.
Entah apa yang membawanya pada pengetahuan sejauh ini. Jun sudah berusaha mengabaikan masalah Aland maupun Kishi Kai. Tapi, ia tidak bisa. Ia sendiri masih terjebak erat oleh trauma pada masa kecilnya yang suram.
T B C ~