Kegilaan Aland 2

1183 Kata
Peringatan Night memang benar-benar memiliki dampak yang tidak baik pada pikiran Day. Tidak mungkin kan kalau Night mengatakan itu semua. Memang karena ingin membuat paranoid saudaranya satu itu kambuh. Padahal dia adalah yang paling memahami sifat Day yang paling mencolok selain kecerdasannya itu. Kenapa Night melakukannya? Apa alasannya? Apa jangan-jangan… Night sendiri adalah… “Tidak, tidak, tidak!” Day segera menggeleng-gelengkan kepala. Berusaha menyingkirkan pikiran tak masuk akal itu. Semua hal selalu terjadi dengan alasannya masing-masing. Bukankah begitu adanya? Saat itu Day merasakan bahwa seperti ada sulur-sulur berwarna hitam yang menjarahi setiap bagian otaknya. Dari relung hati terdalam… terus naik menuju rongga jantung… sampai di otak yang penuh dengan lika liku manifestasi arti hidup. Sulur itu bagaikan terus menguasai putaran otak Day. Suatu sulur kegelapan yang jahat dan tak mengenal ampun. “Alasannya adalah karena Night sendiri adalah seorang Aimery, Day,” bisik sebuah suara tanpa penutur di daun telinga kanan Day. Day segera menoleh dengan nafas yang terengah-engah. Tak melihat siapa pun di sana. Pikirannya seperti akan ditelan oleh kewarasannya sendiri. Itu sangat tidak mungkin… bukan? “Jangan coba untuk membantah atau menyangkal, Day!” ucap suara tanpa penutur itu lagi dengan percaya dirinya. Seolah ialah yang paling mengetahui semua kebenaran soal hidup ini. “Tidakkah kamu berpikir bahwa Night itu memenuhi semua cirinya, Day?” tanya suara tanpa penutur itu. terus saja berusaha menggojlok pikiran Day dengan haluan-haluan yang semakin negatif dan tidak jelas. Tidak bisa dipertanggung jawabkan. Tentu saja. “Tidak, tidak, tidak. Itu semua sangat tidak mungkin,” balas Day dalam hati. Masih berusaha untuk mempertahankan akal sehatnya sendiri. Dari paranoid yang sangat hebat ini. “Sekarang mari coba kita bayangkan jika ada orang dari Aimery yang menemui Night. Kita coba bayangkan saja dulu, Day,” ucap suara tanpa penutur itu lagi. Masih belum menyerah pada usahanya untuk menghancurkan pola pikir dan kepercayaan Day. Pada Night. Pada dunia. Pada hidupnya. Suara tanpa penutur itu melanjutkan segala macam “bualannya”, “Tidak salah lagi. Mereka pasti sudah menawarkan suatu imbalan yang sangat besar jika ia bersedia untuk menyerahkanmu. Bukankah semua akan jadi lebih menarik?” tanyanya dengan suara yang seperti bisikan setan. Begitu lembut berusaha memasuki alam bawah sadar. Menggerakkan hampir setiap otot persendian pikiran. Suara itu melanjutkan, “Night sendiri bukanlah seorang anak dengan kemampuan Child Prodigy. Ia memang dengan sengaja berusaha untuk membuatmu jadi semakin tenggelam dalam perasaan paranoid dan khawatir. Sehingga jadi lengah dan tidak waspada. Lalu, agar kau semakin mudah ditangkap. “Bukankah semua jadi masuk akal dan sangat menarik, Day? Atau harus kupanggil kau dengan nama naifmu yang berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan? “ALAND! NAMA YANG BODOH! KAU ITU HANYALAH SEORANG DAY! BEKAS BARANG JUALAN PANTI ASUHAN RIORDAN YANG TIDAK PUNYA IDENTITAS!” Langkah Day langsung terhenti. Ia merasakan bahwa beban angkat kedua kakinya jadi begitu berat. Seperti ada beban puluhan kwintal. Yang diikatkan ke pergelangan kainya. Semua itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Night yang selama ini selalu melengkapinya hari-hari dan dunianya. Night yang selama ini selalu membantunya. Night yang… Night yang… tidak mungkin, bukan…? Belum selesai. Suara tanpa penutur itu kembali berkata dengan lembut dan “indahnya”, “Semua orang yang ada di sini sebenarnya… mereka adalah bagian dari Aimery!” Mesin pencatat dan pengirim pesanan di tangan Day terjatuh begiu saja. Semua orang yang ada di tempat itu langsung mengarahkan pandangan kepadanya. Tampak ada tatapan yang seperti merasa marah. Ada juga tatapan yang terlihat khawatir. Sampai tatapan yang jelas meneriakkan ujaran iba. Bagi Day saat itu semua hanya memiliki satu makna: tatapan dusta. Tatapan kebohongan. Tatapan kasihan yang tidak penting. Ia larikan tubuhnya menuju pantry. Bagaimananapun caranya. Ia memang harus segera pergi dari tempat ini. Ia tak bisa bertahan lebih lama di dalam kehidupan sosial yang penuh dengan tipu daya. Ia harus segera mengetahui yang sebenarnya dari mulut Night sendiri. Untuk menghentikan suara tanpa penutur itu. Suara yang siap untuk menghancurkan hidupnya. Bahkan sebelum Aimery benar-benar muncul. Pintu pantry terbuka dari luar. Day langsung memasang pose siaga satu dengan sebilah pisau dapur di dalam genggaman tangannya. Mereka pasti sudah sadar kalau ia sudah mengetahui seluruh gelagat dari rencana busuk mereka. Tapi, Day tidak akan tertipu lagi labih dari ini. Jangan pernah remehkan kemampuan seorang anak Child Prodigy, ya! Aku tidak pernah kecewa padamu lebih dari ini, Night, batin Day semakin menjadi-jadi. “Aland, apa bisa kamu turunkan dulu pisau itu?” tanya Jun sehati-hati mungkin. Ia tidak tau apa yang terjadi padanya. Tapi, seorang pegawai di rumah makan keluarga itu telah sepakat. Sepertinya memang hanya Jun yang bisa menghadapi sikap tak terduga Aland saat ini. “Lalu, Kak Jun yang akan menusukku balik? Begitu maksud Kak Jun? Dasar penipu s****n! Kalian semua penipu, pembohong, tidak tau malu, menyedihkan!” respon Day bernada tinggi. Tetap mengarahkan ujung pisau yang runcing ke wajah Jun. “Aland, kita semua sama sekali tidak paham sama apa yang kamu bicarakan. Para pengunjung sampai kebingungan, lho. Pekerja yang lain juga merasa khawatir. Apa yang terjadi dengan kamu?” tanya Jun lebih lembut. “Aku sudah tau semuanya, Kak Jun. Dasar Aimery b******k. Kalian tidak akan bisa lagi menyembunyikan rencana kalian dariku,” teriak Day. Jun menggaruk pipinya dengan raut tidak mengerti. “Aimery? Aimery itu… siapa, ya?” tanyanya sehati-hati mungkin. Tak ingin membuat Aland jadi semakin tak terkontrol yang bisa membahayakan orang lain. Di luar pantry sendiri. Brotho dan Cornelia sedang berusaha keras untuk menahan tubuh Iida yang siap ingin menyerbu masuk juga. Ia memang sangat benci sekali luar biasa tidak terkira pada sikap Aland yang terkadang kekanakan dan tanpa petunjuk itu. Sikap yang ia tunjukkan hari ini memang sudah tak bisa lagi lebih lama ditoleransi. Ia akan segera menulis surat pemecatan untuknya. Tanpa menunggu persetujuan pemilik rumah makan keluarga itu bahkan. Jun yang mendengar sayup-sayup suara di luar pintu. Memutuskan untuk membuka sedikit pintu pantry dan bicara pada Iida, “Iida, tahanlah emosimu. Aku kan menyelesaikan semua ini,” pintanya langsung membuat Iida bak sapi tercucuk hidungnya. Mengangguk-anggukkan kepala dengan raut wajah tersepona. Maksudnya terpesona. Jun kembali menutup pintu pantry dan menghadapi Aland yang tampak belum menyerah dengan emosinya yang entah apa. Situasi yang terjadi setelah ia memasuki pantry sama sekali tak bisa dibilang kondusif. Aland semakin mengamuk tak jelas alasannya. Berkali-kali ia ucapkan nama Aimery yang entah siapa. Dan apa pula masalahnya dengan mereka? Niat Jun untuk menjadi rekan bicara Aland. Seketika terblokir oleh sikap anak itu sendiri. “Berhentilah dengan semua kebohongan dan kepura-puraan kalian, Kak! Aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan kehidupanku lagi,” ancam Day serius. Dengan langkah tungkainya yang panjang. Jun bergerak cepat untuk mendekati Day. Namun, Day tengah dalam keadaan siaga yang tidak rasional saat itu. Tanpa sadar ia pun… Jleb. “UHUK!” Jun memuncratkan darah segar dari mulutnya merespon ciuman pertama ujung pisau di tangan Aland. Bruukh. Tubuhnya langsung terjatuh di lantai. Aland tak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia jatuhkan pisau dari tangannya. Tiba-tiba kewarasannya kembali. Ia berjongkok di sisi tubuh Jun. Berusaha meraih suara pemuda baik hati itu. “Kak Jun… aku…” Tanpa terasa air matanya menetes tanpa suara. Siapa yang sebenarnya jahat di sana? Jun membalas panggilan rekan kerjanya satu itu dengan senyuman lembut. “Aland… kita semua adalah teman kamu… tidak peduli berapa pun usia kamu… dan siapa pun kamu sebenarnya… karena itu… huueek!” Jun lagi-lagi memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tubuhnya kehilangan kesadaran seketika tepat di dalam pelukan Day. “Kak Jun!” teriak Day histeris. Ia segera memapah tubuh Jun keluar dari pantry. Dan untuk hari ini Rumah Makan Keluarga Kahoku memutuskan untuk tutup lebih cepat dari biasanya. Semua orang memasang wajah yang tidak bisa dipercaya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN