Day dan Night 1

743 Kata
Saat pertama kalinya tiba di pulau Jawa dua tahun silam. Day dan Night tak ubahnya anak hilang. Bocah kecil di bawah umur yang tidak punya rumah. Tidak punya keluarga. Tidak sekolah pula. Yang tersisa dari diri mereka hanya identitas yang sesuai dengan waktu kedatangan mereka ke panti asuhan Riordan saat itu. Day. Afternoon. Evening. Night. Empat orang anak kecil yang akhirnya kini terpisah oleh nasibnya sendiri-sendiri. Day dengan Night. Sementara Afternoon mungkin mati bersama Evening. Entahlah. Tidak ada yang tau. Day maupun Night masih terlalu kecil untuk memikirkan hidup orang lain. Day sadar. Mereka tak bisa menggunakan nama mereka saat masih tinggal di panti asuhan Riordan untuk kehidupan di dunia luar. Itu bukanlah nama yang normal untuk digunakan dalam kehidupan sosial. Akhirnya Day pun memutuskan untuk menggunakan nama lain yang lebih lumrah. Awalnya ia bingung karena belum pernah memikirkan hal semacam itu sepanjang hidup. Ya, anak kecil di sudut dunia mana juga yang memikirkan nama untuk dirinya sendiri? Kemudian berbekal seluruh pengetahuan yang pernah masuk ke dalam kepalanya. Day pun memuuskan untuk mendaftarkan Aland sebagai nama resminya di catatan penduduk kota. Suatu nama yang memiliki makna terang seperti matahari. Bercahaya seperti mentari. Dan menerangi seperti hati. Sungguh metafora yang cocok untuk makna kata day sendiri. Lain dengan Day. Lain juga untuk Night. Awalnya ia hanya memilih nama Kishi untuk didaftarkan sebagai nama resmi kependudukannya. Satu patah kata yang memiliki makna malam. Sama persis seperti arti kata night yang digunakan sebagai julukannya di panti asuhan Riordan. Namun, sejak tahun kemarin ia berubah pikiran. Ia memutuskan untuk mulai menambahkan Kai sebagai nama belakangnya. Kai sendiri memiliki makna lautan samudra. Ia memiliki nama itu karena entah kenapa… samudra yang tenang dengan pantulan bulan di langit malam terasa sangatlah cocok. ß    ß    ß Day sampai di rumah lebih dulu ketimbang Night. Setelah beres-beres dan membersihkan tubuh. Ia memilih untuk menunggu Night di ruang kerjanya. Ruang kerja hanyalah kata. Meski sebenarnya itu lebih mirip seperti sebuah bengkel seorang seniman. Di ruangan yang cukup luas itu terdapat beberapa lukisan hasil karyanya satu tahun terakhir. Saat baru pindah ke kota bernama DKI Jakarta ini. Day dan Night dihadapkan pada banyak tantangan hidup. Bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat? Untuk sandang. Untuk pangan. Dan setidaknya untuk sebuah papan (tempat tinggal) yang layak dan permanen. Keduanya telah terbiasa hidup berkecukupan di panti asuhan Riordan. Ini akan jadi kali pertama mereka benar-benar memanfaatkan semua yang sudah diberikan oleh alam dan ilmu pengetahuan. Keduanya pun banting tulang bekerja keras tanpa mengenal kata lelah atau putus asa. Pekerjaan apa saja akan mereka lakoni. Saat itu uang yang mereka dapat dari semua pekerjaan tak mereka gunakan untuk mendapat sebuah tempat tinggal yang layak. Pendapatan baru hanya cukup untuk memenuhi kebuhan perut sehari-hari dan untuk tabungan. Ketika masih gembel dulu keduanya tinggal di sebuah gudang kosong tanpa pemilik yang terletak di bawah jembatan layang. Semua uang tabungan dari penghasilan yang Day maupun Night kumpulkan. Mereka gunakan untuk membeli kanvas, kuas, dan cat air tradisional. Inilah satu-satunya modal hidup yang bisa mereka andalkan setelah berlelah-lelah. Itu adalah… bakat seni luar biasa seorang child prodigy bernama The Butterfly’s Breath. Ketika masih berusia tujuh tahun dan tinggal di panti asuhan Riordan. Day pernah mengadakan sebuah pameran lukisan manual tunggal. Lukisan manual sendiri merupakan jenis lukisan yang masih dilukis dengan tangan manusia sendiri tanpa bantuan mesin. Di zaman seperti sekarang ini itu adalah hal yang sudah cukup langka. Kebanyakan seniman modern lebih suka menggunakan teknik lukisan digital yang memang lebih bagus. Tentu saja. Tapi, tidak otentik dan masih banyak kolektor berpikiran konservatif yang menolak kemajuan teknologi turut mempengaruhi kehidupan seni asli. Pameran bertajuk “Selamat Datang di Duniaku” itu berhasil menarik perhatian banyak pecinta seni. Sejak saat itu pun nama The Butterfly’s Breath menjadi seniman lukis manual yang cukup diperhitungkan di kancah persenian dunia. Karya yang bertajuk sama seperti namanya itu,  The Butterfly’s Breath, langsung memperoleh popularitas dan menjadi idola selama pameran berlangsung. Di akhir pameran karya yang fenomenal itu dilelang dengan harga pembuka yang cukup tinggi. Dan akhirnya berhasil dimenangkan oleh seorang kolektor seni terkenal asal salah satu dari negara Skandinavian. Sosok di balik termahsyurnya nama The Butterfly’s Breath memilih untuk merahasiakan identitas aslinya. Lagipula Day sendiri juga masih merasa bahwa identitasnya itu tidak jelas. Ia baru akan mengumumkan dirinya yang sebenarnya pada dunia ini. Ketika sudah menentukan akan jadi siapa ia dalam hidupnya. Kapankah hal itu akan terjadi? Akankah hal itu terjadi? Terkuaknya banyak identitas "Sang Hari". Day. Aland. The Butterfly's Breath. Semuanya yang bahkan masih belum fix untuk menjadi identitas final Entahlah. Semua hal bisa saja terjadi. Ikuti terus ceritanya! T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN