Kishi Kai dan Jun 2

1110 Kata
“Aku sudah siap jadi menantumu…” senandung Night ceria sambil menggongso bumbu di penggorengan. Targetnya hanya untuk bisa membawa anak Pak Acalapati pergi kencan sekali saja. Meski untuk itu semua memang dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. “Kishi Kai, Aimery itu siapa?” tanya Jun tiba-tiba tanpa menatap wajah Kishi. Tek. Tubuh Night terbatu seketika mendengar ada orang lain yang mengucapkan nama terkutuk itu. Ia sampai lupa untuk mematikan kompor saat masakannya sudah berasap. Dadanya tidak jadi berdetak dengan cepat. Tapi, rasanya malah seperti ingin berhenti. “Kishi Kai,” panggil Jun lagi. “K-Kakak t-tau nama itu d-dari mana?” tanya Night gelagapan. Dilihat dari responnya sepertinya Kishi Kai melarang Aland mengatakan soal nama itu pada siapa pun, yah. Kalau pun tak melarang mereka pasti punya kesepakatan tidak tertulis untuk tidak mengatakannya pada siapa pun. Aland pasti tidak memberitahu anak ini soal insiden penusukanku tempo hari. Lebih baik aku caritahu pelan-pelan tanpa mengusik mereka, batin Jun. “A-A-Aku… soal nama itu… soal nama itu...” Night tampak sangat gugup dalam menghadapi Ah, aku salah juga. Kenapa aku nanyanya to the point banget, sih. Dasar Zain g****k. Kishi Kai, Aimery itu siapa? Betapa bodohnya kamu, Zain. Harusnya aku basa-basi dulu. Sekarang Kishi pasti berpikir kalau yang bicara seperti itu Aland. Kalau seperti ini hubungan mereka bisa jadi merenggang. Aku harus memutar otak untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah atau susah, batin Jun. “Sebenarnya… aku pernah mendengar Aland mengigaukan nama itu terus-terusan waktu dia pingsan beberapa hari yang lalu. Aku pikir itu ada hubungannya dengan keluarga kalian. Atau yang lain,” ucap Jun. Day pingsan di tempat kerja. Kok dia sama sekali tidak cerita ke aku, ya. Apa orang ini sedang berbohong? Tapi, kok tidak terlihat seperti itu adanya.Tetap berpikiran positif, Night, ayo hadapi situasi ini dengan selogis dan masuk akal mungkin, pikir Night dalam hati. “Aimery itu adalah sebuah nama yang kebetulan kami lihat saat kecil. Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami,” beritahu Night. Benar-benar alasan yang bagus. Tapi, itu tidak menentramkan rasa ingin tahuku. Mengapa Aland begitu histeris ketika mengatakannya? Harusnya anak ini sudah mengerti. Anak secerdas mereka pasti sudah menyiapkan jawabannya, pikir Jun dalam hati. Night pun kembali pada aktifitas memasaknya sendiri. “Aland memiliki beberapa trauma pada masa kecilnya. Aku menciptakan sebuah permainan bernama Imitation Fractal untuk membantunya pulih. Aimery sendiri adalah nama monster yang kami lawan dalam permainan itu,” dusta Night. Berusaha mengarang hal yang terdengar paling masuk akal. Tidak peduli apa atau bagaimana ceritanya saja, lah. “Permainan yang seperti apa?” tanya Jun. “Terdapat dua pemain yang disebut Kakak dan Adik. Si Kakak memimpin perjalanan menaklukkan hutan buah ilmu pengetahuan. Tugas si Adik adalah memastikan bahwa tidak ada Aimery di sekitar mereka. Sepanjang perjalanan mereka akan menemui banyak orang. Pertanyaannya hanya… apakah diantara mereka sendiri terdapat Aimery? Jika salah memutuskan maka si Kakak yang akan mati. Tapi, si Adik memiliki kemampuan untuk bisa menghidupkan kembali si Kakak dengan menukarkan nyawanya sendiri,” cerita Kishi Kai dengan imajinasi yang kebetulan saja terlintas di kepalanya. “Apa yang terjadi pada mereka setelah itu?” tanya Jun. “Walau yang memimpin perjalanannya adalah si Kakak. Yang menentukan perjalanannya adalah si Adik. Seperti itulah. Kami selalu bertukar peran untuk menyembuhkan penyesalan akan kesalahan yang kami buat di masa lalu,” jawab Kishi Kai. Sepintar apa pun dia. Dia ini masih anak kecil. Cerita soal game barusan pasti garis besar dari masalah yang sebenarnya tengah mereka alami. Sepertinya aku harus lebih cermat, pikir Jun dalam hati. “Ada apa, Kak Jun?” tanya Kishi Kai melihat Jun yang seperti terperangah menatapnya. “Kalian berdua benar-benar mirip dengan aku. Kalau dalam permainan itu pemainnya bisa ditambah satu. Kira-kira aku akan jadi siapa?” tanya Jun. “Kakak akan jadi orang tua terkutuk yang sudah melahirkan kami ke dunia,” jawab Kishi Kai lugas, tegas, dan bisa “dipertanggung jawabkan”. Satu jam memasak dan saling bercengkrama. Masakan Kishi Kai pun akhirnya siap untuk dihidangkan juga. Di lidahnya sendiri rasa masakannya sama sekali tidak seenak hasil masakan Jun. Semoga Pak Acalapati bersedia menerima hadiahnya ini dengan hati suka cita. Jun membantu Night menyiapkan modus operandi penaklukan hati. “Sambal goreng balado nuklir yang kamu masak ditaruh di wadah dengan label Rumah Makan Keluarga Kahoku,” kata Jun sambil memasukkan masakan Night ke wadah berlabel rumah makan keluarga itu. Kishi Kai malah jadi khawatir. “Kalau masakanku tidak seenak masakan Kakak. Nanti pamor restoran ini bisa turun, dong,” ucapnya khawatir. “Percayalah kalau bungkus memberi sedikit pengaruh sama rasa. Setelah itu kamu mengaku saja dengan pedenya kalau yang memasak ini semua adalah kamu sendiri,” usul Jun. “Malah bikin kecewa,” respon Kishi Kai sedih. Ia benar-benar merasakan sendiri kalau masakannya sama sekali belum sekelas dengan hasil masakan Jun yang luar biasa enak. “Kata kamu atasan kamu tuh perasa banget, ‘kan? Kalau begitu menangkan saja dulu hatinya. Masalah rasa mah urusan belakangan,” beritahu Jun. “Setuju!” sahut Kishi Kai jadi semangat. Kishi Kai pun kembali ke kantornya di Ship Area dengan hati yang berbunga-bunga memenuhi angkasa. Sebenarnya ia tidak terlalu tertarik pada taruhan Adinata maupun anaknya Pak Acalapati. Yang menariknya hanya kenyataan bahwa gadis itu adalah pemenang olimpiade astrofisika. Fisika. Cinta sejatinya. Di Rumah Makan Keluarga Kahoku. Mahal Day tertinggal sendiri dengan kecurigaan. Reaksi Night memang sama sekali tidak berubah, sih. Besar kemungkinan Jun tidak mengatakan apa pun padanya. Pokoknya ia tidak boleh membiarkan Jun sampai terlibat lebih jauh dengan mengetahui masalahnya lebih dalam. Saat istirahat restoran akan ditutup selama lima belas menit. “Aliando,” panggil Jun dari dapur. :- “Jangan mengubah-ngubah nama orang seenaknya, Kak!” balas Aland kesal. “Aku pengen ngajak kamu memainkan suatu permainan. Namanya Imitation Fractal,” ucap Jun. melakukan pancingan. “Ah…” “Kamu tau bagaimana cara memainkan permainan itu?” tanya Jun. Gawat. Permainan macam apa itu. Kelihatannya ada hubungannya sama Night. Jangan-jangan Night sudah membuat sebuah perumpamaan menggunakan kata Imitation Fractal. Jangan panik. “Tentu saja tau,” jawab Aland tenang. “Kamu mau berperan jadi siapa?” tanya Jun lagi. Imitation Fractal. Permainan macam apa itu. Karena topik terakhir yang belum terjawab olehku adalah masalah Aimery. Bisa jadi Kak Jun juga membahas itu. Tapi, tidak mungkin Night memberi tahu. Apa semacam permainan logika? Hipotesa? Analisa? Matematika? Fisika? Aland merasa gusar. Akhirnya ia pun menjawab, “Pokoknya aku selalu jadi yang memimpin perjalanan.” Wah, sepertinya Aland tetap tidak mau kalah. Dia pasti berusaha untuk mengikuti arah pembicaraanku. Dari sini aku tau bahwa masalah mereka cukup berat. Kemungkinan besar Aland sendiri tidak tau apa yang sedang aku bicarakan. Atau dia hanya sedang berusaha menerka-nerka, pikir Jun. “Kak Jun,” panggil Aland sambil memegang kedua belah pundak Jun. “aku ini sangat baik-baik saja.” Setelahnya ia pergi menghampiri Kristof dan Brotho untuk makan siang bersama. Aland, Kishi Kai, aku tau kalian berdua baik-baik saja. Tapi, aku tidak mau kalian terlambat menyadari bahwa kalian membutuhkan bantuan. Seperti anekdot kewaspadaan yang mengatakan: hanya karena kamu khawatir tertabrak dari sisi kanan, jangan sampai kamu malah tertabrak dari sisi kiri. Saat seusia dengan kalian berdua. Aku sudah melonggarkan kewaspadaanku habis-habisan. Sampai membuat aku sangat ceroboh. Dan akhirnya tertabrak dari dua sisi di waktu yang sama. Semoga kalian tidak mengalaminya juga. Aamiin, batin Jun.T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN