Afternoon bisa jadi sudah mati. Sementara Night… memperkenalkan gadis gesrek ini kepadanya akan membuat Day merasa seperti orang jahat. Sama saja dengan menjerumuskan sahabat sendiri ke kandang hyena. Night adalah sosok pemuda yang kalem, tenang, keren, penyabar, dan penampilan dewasanya lumayan ganteng. Terasa akan jadi seperti pelecehan jika sampai memperkenalkan gadis yang sama sekali tidak elegan seperti Cornelia padanya. Nein, nein, nein. Sehari-hari juga Day selalu sibuk dengan pekerjaan. Sehingga tak punya banyak waktu untuk sosialisasi dengan lingkungan di luar rumah makan ini.
Siapa, ya?
Siapa, ya?
Siapa, ya?
Apakah ada cowok ganteng di dunia luar sana yang bersedia ditumbalkan pada Nyi Roro Kidul sekaligus Nyi Blorong macam Cornelia?
Eh, apa pula itu Nyi Blorong? Apa pula itu Nyi Roro Kidul?? Rasanya pernah dengar saja, sih, batin Aland masih gundah gulana.
“Cowok yang aku kenal di sosial media semua identitasnya meragukan, Land. Mencurigakan. Seperti punya tampang penjahat kelamin macam si p*******a legendaris di Inggris itu saja, tuh. Cowok yang aku kenal di tempat kerja juga tidak ada yang memuaskan. Tidak ada yang menggairahkan. Sekalinya ada pengunjung cakep… dia pelanggan. Pengen minta kenalan malah takut dikira keganjenan. Nanti buat nama rumah makan ini jadi jelek lagi. Fiiiuuhh… seniormu yang cantik jelita ini sangat menderita, Aland…” curhat Cornelia panjang lebar.
Perempuan menderita karena hal yang sangat tidak penting dan sederhana, batin Aland masih tidak peduli.
“Jadi… bagaimana?” tanya Cornelia dengan tatapan penuh harap.
Aland menatap Cornelia dalam-dalam. “Aku bersedia untuk membantu Mbak mendapatkan pacar, kekasih, pelipur lara atau apalah itu namanya. Tapi, semua itu tentu saja tidak akan gratis.”
Kedua mata bola ping pong Cornelia langsung terbelalak tak percaya. Perasaan bahagia dan berbunga-bunga langsung memenuhi relung hatinya. Senyum lebar turut merekah di wajahnya yang didempul oleh aplikasi rekayasa virtual tingkat tinggi. “Tentu aja. Itu gampang. Nggak masalah, nggak masalah, no problem. Apa aja akan aku berikan kalau kamu bisa memberi yang aku butuhkan saat ini. Pangeran ganteng idaman dengan white horse dan kastil di atas bukit. Aaaaaaaakkh~~~!!!”
Sedengnya langsung kumat, batin Aland. Ia pun menaikkan salah satu dari ujung bibirnya penuh dengan kepuasan. Lebih tepatnya tersenyum sinis. Siapakah yang akan ia umpankan untuk meredam kegilaan, kegesrekan, serta kebobrokan gadis rekan kerjanya satu itu?
Akan kita lihat bersama nanti. Ikuti terus ceritanya!
T B C~