“Tentu saja tidak seperti itu. Saya juga baru saja sampai, Pak,” jawab Kishi Kai santun.
“Apa kalian sudah banyak mengobrol?” tatapnya ke wajah satu-satunya keturunan hawa di ruangan itu. Gadis itu mengangguk seraya tersenyum dengan indahnya. “Bagaimana dia menurut kamu?” tanya Pak Acalapati.
“Dia pemuda yang baik hati dan sangat menarik,” jawab perempuan itu.
“Biar saya perkenalkan wanita ini ya, Kishi Kai. Dia adalah Queen Zania Maria Manggali, putri kandung saya,” ucap Pak Acalapati dengan ramahnya.
Kedua mata Kishi Kai langsung terbelalak mendengar ucapan Pak Acalapati. Gadis secantik dia… seindah dia… semempesona dia… adalah… Tidaaakk!!!
“Sebenarnya putri saya satu ini sudah cukup lama punya ketertarikan sama kamu,” beritahu Pak Acalapati seraya menggenggam kedua tangan putrinya yang diletakkan di atas paha mulusnya.
Kishi Kai yang masih syok auto ngebatin, hah? Ap aku tidak salah dengar, ya? Apa semua ini nyata? Kenapa situasi bisa berubah jadi begitu menguntungkan seperti ini. Oh, demi Ilmu Pengetahuan…
“Sebenarnya saya ingin meminta bantuan kamu, Kishi Kai. Dia akan ada di negara ini untuk beberapa saat. Tapi, dia sama sekali tidak punya teman di Indonesianapolish. Saya takut jika dia akan mudah merasa bosan jika tanpa teman. Karena itu saya ingin meminta kamu untuk menemaninya.
“Apa kamu bersedia?” tanya pak Acalapati.
“Apa alasan Pak Acalapati memilih saya untuk menemani putri Anda?” tanya Kishi Kai. Masih tak percaya.
“Sebenarnya saya sempat berpikir untuk memilih Adinata. Saya berikan kontak Adinata padanya. Tapi, dia merasa tidak sesuai. Lalu, saya ceritakan soal keberhasilan kamu menyelesaikan masalah Dawani tempo hari,” jawab Pak Acalapati.
“Apa yang istimewa dari itu?” tanya Night.
“Dia bilang untuk melakukan itu kamu harus menguasai sesuatu bernama ‘prinsip perkecualian Pauli’ dan jenis-jenis gaya. Mesin kantrol Ship Area mekanismenya 75% menggunakan prinsip-prinsip Fisika. Itulah yang membuat dia tertarik sama kamu,” tunjuk Pak Acalapati dengan wajah menggoda.
Yang Pak Acalapati katakan semuanya benar. Tapi, aku tidak menyangka hal kecil begitu saja bisa berdampak sebesar ini pada masa depanku. Kalau alasan hanya begitu saja sih aku tidak bisa menerimanya dengan lapang d**a, batin Night.
“Bagaimana?” tanya Pak Acalapati lagi.
“Kalau hanya begitu saja sih Adinata juga pasti bisa. Lebih baik bahkan. Tidak ada yang istimewa dari tindakan saya,” kukuh Kishi Kai. Ia tidak mau sampai niatnya yang murni untuk membantu orang lain jadi berakibat buruk bagi orang yang lain lagi. Jika seperti ini alasannya ia jadi merasa akan lebih baik kalau jadi babu saja. Idealism.
“Yang istimewa itu adalah cara kamu memadukan ilmu pengetahuan yang kamu punya untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Cukup sulit untuk menemukan orang yang bisa dan mau melakukan itu di jaman seperti saat ini,” kata Zania dengan suara dan tatapan indahnya.
“Terima kasih atas pujiannya.” Aku tidak terlalu suka dipuji, batin Kishi Kai berwajah kecut.
“Di identitas kamu tertulis bahwa kamu adalah seorang sarjana Fisika murni (S.Si). Kamu kuliah di mana?” tanya Zania.
Kampret. Identitas itu kan hanya karangan bebasku sendiri untuk menciptakan latar belakang yang meyakinan guna identias dari tubuh virtual. Orang aku tuh sekolah dasar saja tidak, ini kuliah lagi. Mengarang bebas apa lagi, nih, batin Kishi Kai gundah gulana.
“Yah, tidak usah ditanya sih ya sebenarnya. Orang yang sangat brilian dan luar biasa seperti kamu pasti mengenyam pendidikan tinggi di kampus-kampus terbaik yang sudah legendaris seperti Universitas Indonesianapolish. Atau Universitas Gajah Mada. Atau kamu lebih memilih untuk masuk ke kampus internasional?” tanya Zania lagi semakin kepo.
Kishi Kai menahan nafasnya. Menjawab, “Universitas Indonesianapolish.” Aku sudah berbohong, batinnya penuh dengan penyesalan.
“Sebenarnya sejak kecil aku sudah bersekolah di luar negeri. Jadi, kurang tau banyak mengenai pendidikan di negeri ini. Kamu pasti sangat luar biasa, ya,” puji Zania lagi. Lagi. Dan terus saja lagi dipuji. Seolah kekagumannya tak memiliki dasar. Itu membuat Kishi Kai merasa sedikit terusik. Karena semua itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah suatu kebohongan!
Sudah cukup kau melontarkan pujian, batin Night. “Terima kasih banyak atas semua pujiannya,” jawab Kishi Kai memasang raut bahagia dan puas (yang palsu).
Melihat putrinya asyik mengobrol dengan “Kishi Kai”. Acalapati memilih untuk meninggalkan ruangan itu. Ia menuju ke bagian sepi dari gedung kantor Ship Area di mana tak ada seorang pun di sana.
“Uhm, selamat siang, ini Acalapati,” bukanya pada hubungan di telpon.
“Katakan keinginanmu dalam 2 menit!” balas orang di seberang sambungan dengan nada suara yang ketus
“Ah ha ha ha ha ha ha ha, kamu masih saja suka bersikap tidak ramah pada orang lain. Saya ini kan teman baikmu, lho,” balas Acalapati tertawa panjang karena sangat geli pada sikap teman baiknya yang tak juga berubah sekalipun sudah semakin bau tanah.
“Sudah tiga puluh enam detik terbuang sia-sia hanya untuk obrolan yang tidak ada faedahnya,” balas lawan bicaranya semakin ketus.
“Saya akan mendapatkan apa yang sedang kamu cari-cari, Gunther,” ucap Acalapati pada akhirnya.
Pria paruh baya bernama Gunther di seberang sambungan tersenyum sarkastis. Tak menjawab lagi ucapan Acalapati karena semua kelanjutannya sudah tampak jelas di depan mata.
“Bagaimana?” tanya Acalapati. Tak terima kabar bahagia yang ia bawa hanya berbuah kediaman sok misterius dari sang kawan.
“Mazeltov,” sahut Gunther tepat sebelum mengakhiri hubungan telpon mereka.
Pelatuk telah ditarik. Peluru siap dilepaskan. Segala kengerian dan mara bahaya siap menerjang. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Entahlah. Siapa yang tau?
T B C ~