MLM (Masa Lalu Mereka) 2

1232 Kata
Day adalah siang hari yang terang bercahaya. Day adalah tempat bagi sang mentari bertakhta memancarkan sinarnya. Day adalah nyaris segala-galanya bagi umat manusia. Bahkan bagi "Malam" yang tak memiliki begitu banyak "kebahagiaan". Seorang pahlawan sejati yang berusaha beraksi untuk melindungi gelapnya malam. Agar melahirkan indahnya cahaya bulan dan juga untaian gemintang. Night memang sedang sangat kagum pada sosok anak sepantaran di dekatnya. Tapi, tetap saja ia itu hanya bocah penakut yang lemah, pengecut, dan sama sekali tidak superior apalagi hebat. Tangannya malah jadi semakin gemetar mendengar penuturan anak di dekatnya. “Apa yang sedang kamu lakukan? Aku mohon jangan… jangan...” pintanya dengan suara lemah. Intonasi lemah. Yang keluar dari jiwanya yang juga lemah. Bukannya mendengarkan apa yang diucapkan oleh Night. Day malah tersenyum dan menyeringai tajam menatap para orang dewasa di hadapannya. Tatapannya tampak sangat mengerikan sampai para orang dewasa itu pun merinding saat melihatnya. “K-Kenapa kamu memasang wajah seperti itu, Day sayang?” tanya wanita kepala panti asuhan Riordan itu gugup. “Aku sudah tau apa yang sudah kalian semua rencanakan kepada kami. Evening, Afternoon, aku. Suatu saat nanti kalian akan menjual kami ke pasar gelap perdagangan manusia, ‘kan?!!” tanya Day semakin meninggikan oktaf suaranya. Para orang dewasa di hadapannya sangat tercengang mendengar penuturan itu. Terutama wanita kepala panti asuhan Riordan. “Apa yang sudah kamu katakan, Sayang? Kami semua sama sekali tidak memiliki niat untuk hal semacam itu. Bagaimana mungkin? Kamu tidak boleh…” “Lalu, apa ini?” potong Day pada ucapan wanita bau tanah itu agar tak bisa semakin menuturkan karangan dusta. Day mengeluarkan sebuah folder dalam bentuk kapsul pipih berwarna biru muda. “Aku menemukan terdapat banyak nama di dalam benda ini. Sunday, Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, Saturday, Winter, Summer, Autumn, Spring, January, February, March, April, May, June, July, August, September, October, November, December, dan terakhir… Gregorian.” “Itu semua adalah nama kakak-kakak kamu yang dulu juga tinggal di panti asuhan ini, Sayang,” ucap si wanita kepala panti asuhan. Belum menyerah merangkai beragam kebohongan. Untuk mengembalikan si “barang jualan” ke etalase pajangan. Day menaikkan sebelah alisnya dengan tampang merendahkan. Heh. “Kalian tau? Aku juga menemukan catatan ability dan price spesificationi di dalam benda ini. Kalian selalu berkata kalau mereka sudah menemukan keluarga yang bersedia menerima mereka apa adanya. Namun, pada kenyataannya kalian malah menjual mereka sebagai b***k bagi ilmu pengetahuan!” teriaknya lantang. “Rebut dan hancurkan folder itu!” perintah Bu Kepala Panti Asuhan pada seorang pegawai laki-lakinya. “Tidak perlu meminta Mas Gino untuk menyakiti anak kecil, Bunda.” Day tersenyum simpul dan meremas kepingan folder itu hingga hancur berkeping-keping. “Seharusnya kalian tau bahwa aku bukanlah orang bodoh yang tidak akan menyalin semua informasi temuannya ini. Ah, biar aku beri kalian sebuah informasi tambahan. Kalau aku tidak membukanya dalam tiga hari. Secara otomatis folder itu akan terkirim ke kepolisian. “Menarik sekali, bukan?” tanya Day dengan tatapan puas. Night hanya bisa melihat semua yang terjadi di depan matanya dengan tatapan takjub. Nanar. Tak menyangka. Mengapa orang yang secerah mentari dan sekuat badai sepertinya bisa ada di dunia hitam ini? Dan dia baru saja menyelamatkan Sang Malam. Sungguh luar biasa. Ada siang yang menyelamatkan malam. Cahaya yang menyelamatkan kegelapan. “Apa kamu sedang mengancam kami…?” tanya wanita kepala panti asuhan itu geram. Ia melanjutkan amarahnya, “Dasar kamu anak busuk tidak tahu diuntung!” teriaknya murka. “Bunda, aku tidak mau tempat ini disatroni polisi sebelum aku berhasil mendapatkan keluarga angkat. Karena itu saya mohon kerja sama dari kalian semua,” ucap Day dengan santai seraya memberikan tangannya untuk dijabat oleh Bu Kepala Panti Asuhan Riordan. Wanita yang tiga tahun lagi usianya akan genap menginjak setengah abad itu langsung menggertakkan giginya kesal. Pikirannya auto buntu tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang bisa setakterduga ini. Kehidupannya yang aman tentram bin damai sentausa menikmati uang haram tiba-tiba hancur hanya karena sepatah kalimat ancaman yang diucapkan oleh seorang anak bau kencur? Jangan gila! Ia tidak akan menyerah atau pasrah pada situasi ini. Tapi, di lain sisi ia berpikir lagi. Memang apa yang bisa ia lakukan? Ancaman anak bau kencur bernama Day ini sudah sangat mengkhawatirkan. Ia benar-benar bisa menghancurkan segalanya hanya dengan tidak mengakses folder itu selama lebih dari tiga hari. Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! Gila! “Tentu bukan hanya itu saja yang saya inginkan dari kalian sebagai imbalan tutup mulut. Saya juga meminta kalian semua untuk bersujud di kaki Night saat ini juga! Cepat minta ampun dari dia!” perintah Day. Night segera menarik lengan Day. “Apa-apaan sih kamu?” tanyanya gusar. Aneh sekali rasanya jika sampai orang-orang dewasa yang biasa menghajarnya selama ini sampai harus bersujud di kakinya. Namun, Day tetap tak menggubris apa yang diucapkan oleh Night. Saat itu ia hanya menatap kelima orang dewasa di hadapannya dengan pandangan penuh kemenangan. “Anak b******n tengik tidak tau diri,” geram seorang pengurus panti asuhan perempuan. Day menyunggingkan senyum tajamnya lagi, “Aku tau betapa kalian semua ingin membunuhku saat ini juga.” “Tidak bisa dipercaya. Dasar anak biadab…” geram seorang pengurus panti asuhan lain yang bernama Bu Gina. “Yang biadab itu kalian. Yang b******n, tengik, dan tidak tau diri juga kalian. Cepat sujud! Atau akan aku telpon polisi sekarang, nih,” ancam Day merasa ada di atas angin. Maka secara bergantian kelima orang dewasa itu sungguhan bersujud di hadapan kaki Night. Night hanya semakin gemetar menerima perlakuan itu. Ia tak ingat pernah diperlakukan baik sepanjang hidupnya. Namun sekarang, anak ini, Day… bagai cahaya matahari yang mulai memantulkan cahaya untuk sang rembulan. Agar menerangi malam. Day yang tersenyum dengan puas. Day yang sangat kuat. Day yang bersikap seperti seorang pahlawan. “Kenapa kamu melakukan hal ini? Kita kan tidak saling…” tanya Night gemetar. Tak mampu melanjutkan kalimatnya. “Akan aku jelaskan alasan dari tindakanku nanti. Oke, untuk kalian berlima. Mulai saat ini kalian semua harus pergi dari sini!” perintah Day seraya mengacungkan telunjuk ke arah pintu gerbang. “Dasar anak b******n! Apa yang sudah kamu katakana, HAH?!” tanya seorang pengurus panti asuhan yang bernama Pak Dewangga. Dari gelagatnya jelas sekali ia ingin mencekik leher kecil Day. Huh. Day langsung buang muka dan menghembuskan nafas pendek dengan aura sombongnya. “Yang memiliki tempat ini adalah Gunther Aimery, ‘kan? Sebenarnya aku sudah menghubungi dia. Aku juga sudah mengancamnya dengan cara yang sama dengan yang aku gunakan untuk mengancam kalian. Aku memintanya untuk memecat kalian semua tanpa pesangon,” terangnya santai sambil menyilangkan kedua tangan di d**a. “Saya yakin surat pemecatan kalian saat ini sudah dikirim ke email kalian masing-masing. Silahkan periksa sendiri!” “WAAAAKH!” Bu Kepala Panti Asuhan langsung berteriak histeris. Tubuhnya yang gempal bulat seperti bakso atau bakpao itu terjatuh dan guling-guling seperti bola bowlling di lantai. Sungguh respon yang sangat memuaskan. Tentu saja. Day memandang semua itu dengan tatapan yang sinis. Keempat pengurus panti yang lain hanya bisa terdiam dengan tatapan penuh permusuhan kepada Day. Sungguh anak kecil bau kencur yang tidak bisa diampuni. Sekaligus tak bisa diremehkan. Day berkata lagi menyadari aura ingin membunuh yang keluar dari tubuh para orang dewasa di sana, “Kalau kalian melakukan sesuatu pada saya saat ini. Saya ingin kalian tau bahwa saya masih punya seribu cara lagi. Untuk membuat kalian semua hidup sampai membusuk di penjara,” ancamnya dengan suara berintonasi datar. Bu Kepala Panti yang bernama Gumirah bersama para anak buahnya akhirnya pun hengkang dari panti asuhan khusus anak-anak jenius dan berkemampuan khusus Riordan. Dan siang hari yang cerah (Day) akhirnya juga tersenyum puas bersama sang malam (Night). "Hee..." Apa lagi yang akan mereka lakukan untuk sepenuhnya bebas dari jerat kegelapan Panti Asuhan Riordan bersama orang-orang busuk yang bergerak untuk menjalankannya? Entahlah. Semua hal bisa saja terjadi. Ikuti terus ceritanya! T B C ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN