Bab 3

1043 Kata
"Kita harus saling menguatkan dalam setiap perjuangan demi hasil yang dinantikan." ♡♡♡♡♡ Terik panas matahari semakin menyengat, Kayla mengipasi wajahnya menggunakan kardus bekas. Pedagang yang lainnya juga begitu. "Ma, aku mau jus jambu," tunjuk anak lelaki itu kearah stand dagangan Kayla. Kayla tersenyum menatap wajah lugu anak lelaki yang sedang digandeng oleh ibunya. Ia tidak bisa melihat wajah ibunya karena memakai masker, namun kenapa ia merasa tidak asing? "Mbak, beli jus jambunya sepuluh ya. Kahfi mau apalagi?" Kebetulan ia akan menuju rumah mamanya. Sepuluh jus jambu untuk Kahfi, kedua orang tuanya, suaminya, Kak Kaila beserta anak dan suaminya. Sengaja ia lebihkan supaya nanti jika ada yang merasa ingin lagi tinggal ambil saja. Sebenarnya bisa saja buat sendiri di rumah, namun karena keinginan dari Kahfi meminta jalan-jalan sebentar di sekitaran sini dan kebetulan ada jus buah. "Jus apel juga ya, Ma?" Wanita itu mengangguk. "Jus jambunya sepuluh dan jus apelnya satu, mbak." Kayla mengangguk. Ia mulai memotong jambu menjadi bebeapa bagian lalu diletakkannya ke blender dan diberinya gula serta air. Wanita itu membuka maskernya karena merasa tidak kuat menahan panas. Wajahnya yang putih berkemilau membuat Kayla terpaku melihatnya. Wanita itu begitu cantik dan wanita itu...Kania Putri Abighail Richard. Putri kedua Abighail dan Richard. Siapa yang tidak mengenalnya. Penulis n****+ dan pemain film terkenal di zamannya. "Kak Kania?" pekik Kayla. Kania tersenyum lebar. "Wah, saya tidak menyangka bisa bertemu dengan Kak Kania. Penulis n****+ terkenal dan sering wara-wiri di televisi. Saya suka sama novelnya kakak lho," ujar Kayla bahagia. Akhirnya ia bisa bertemu dengan penulis terkenal tersebut. "Saya juga senang bertemu dengan pembaca saya, nama kamu siapa?" "Kayla, kak." "Nama yang cantik seperti orangnya," ujar Kania sambil tersenyum. Kayla tersenyum malu. Lalu dengan cekatan ia menuangkan jus jambu yang sudah jadi ke cup sedang. "Ini anaknya kak Kania?" tanya Kayla sambil menatap anak lelaki yang hanya memandang buah-buahan. "Iya, ini anak saya. Namanya Kahfi." "Nama yang bagus, lucu sekali anaknya kak." Kania hanya tersenyum saja mendengarnya. Kayla lalu memotong apel dan memasukkannya ke blender. "Kak Kania, boleh tidak kapan-kapan sharing mengenai kepenulisan dan n****+ kakak? n****+ kakak sangat menginspirasi, kak. Plot twist banget." "Wah, terima kasih ya. Saya juga penulis pemula. Masih perlu banyak belajar lagi. Kamu bisa datang ke rumah saya untuk sharing bareng-bareng nanti, boleh ajak temenmu juga." Kedua mata Kayla berbinar. "Beneran, kak?" Kania mengangguk. Kayla ingin berteriak senang atau meloncat kegirangan. Bertemu dengan penulis terkenal di tempat jualannya sungguh membahagiakan. Tadi malam ia mimpi apa pula? Apalagi ia diundang datang ke rumah Kania. Kayla memberikan plastik hitam berisi sepuluh jus jambu dan satu jus apel ke Kania. Kania tampak begitu kerepotan. "Kakak tadi naik apa?" tanya Kayla. Kania melirik Kayla sebentar. "Naik mobil, ada di parkiran sana," tunjuknya. Kayla mengangguk. "Aku bantuin bawain ya, kak?" Kania mengangguk. "Terima kasih, ya. Jujur saja saya kerepotan membawanya." ****** Kayla baru saja menikmati makan malamnya. Ponsel pemberian dari Argan berbunyi. Ternyata Argan menelfonnya. "Assalamu'alaikum, kak," sapa Kayla. Ia mengurungkan niatnya untuk mencuci piring. "Wa'alaikumussalam. Kamu lagi ngapain?" "Baru selesai makan, nih." Argan berdecak kesal mendengar perkataan Kayla yang sarat kejujuran itu. "Kenapa baru makan sekarang? Ini sudah jam 11 lho, Kayla. Kamu darimana saja? Mulung lagi?" Kayla menghela nafas. Ia memang masih menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Lagipula masih lama menurutnya untuk melakukan sebuah misi ke rumah Bagaskara. "Kakak harap ini yang terakhir kalinya. Bahaya, Kayla. Apalagi malam-malam. Kamu ini anak gadis, keluar malam sendirian. Banyak orang jahat di luar sana," ujar Argan sedikit marah. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya kepada Kayla. "Kak, insyaAllah Kayla akan baik-baik saja. Ada Allah yang melindungi Kayla, kak." "Kakak tetap gak bisa terima, kamu gak usah mulung lagi." Kayla terdiam. Ia mendengar helaan nafas dari Argan di seberang saja. Argan begitu mengkhawatirkannya. Lelaki itu selalu begitu terhadapnya semenjak ia tinggal di panti asuhan. Beberapa orang mengira Argan mencintainya, padahal kenyataannya karena murni perasaan seorang kakak kepada adik. Walaupun memang bukan saudara kandung. "Kamu dengerin perkataan kakak, kan?" "Iya, kak," jawab Kayla. "Awas, jangan diulagi lagi! Lebih baik kamu kembali saja ke panti asuhan daripada ngekos sendiri jika kamu gak bisa jaga diri dengan baik, Kayla. Kakak memarahimu, mengomelimu begini juga untuk kebaikanmu. Kakak jauh dari kamu, gak bisa melakukan apapun untuk menjaga kamu. Kakak bukan orang kaya yang bisa menyewa bodyguard buat menjaga kamu, jadi kamu harus menjaga diri kamu sendiri dengan baik. Pegang kepercayaan kakak kepadamu," ujar Argan panjang lebar. Kayla terharu mendengarnya. Andai saja memang Argan ialah kakak kandungnya. Namun, sayangnya tidak. Ia bahkan tidak tahu apakah ia memiliki kakak kandung atau bahkan adik kandung. Siapa kedua orang tuanya saja ia tidak tahu menahu. Semenyedihkan ini hidupnya? Seperti dibuang karena tidak diinginkan. Kenyataannya memang begitu. Mengingat misi yang akan dijalankannya nanti, ia jadi penasaran mengenai boss dari Argan. Apa tujuannya sebenarnya? Mencari kebenaran untuk dikonsumsi sendiri. Ya, padahal bisa menyewa mata-mata sendiri. Namun, entah kenapa justru meminta Argan, dan Argan memintanya demi membayar hutang yang ia miliki. "Kak Argan, boleh Kayla tanya?" ujar Kayla ragu. "Kamu belum jawab perkataan kakak, lho," gerutu Argan. "Maaf, kak," sesal Kayla. "Melamunkan apa kamu tadi?" Argan mengira Kayla melamun sehingga tidak menjawab perkataannya atau justru Kayla melamun disaat ia berkata panjang lebar tadi. "Aku denger apa yang kak Argan katakan tadi. InsyaAllah aku akan berusaha menjaga diriku dengan baik, kak. Do'akan Kayla saja kak supaya selamat terus dan diberikan panjang umur." "Aamiin," ucap Argan. "Kak, aku mau tanya?" "Sebentar, kakak mau ke kamar mandi dulu," ujar Argan lalu meletakkan ponselnya ke meja. Ia berjalan menuju kamar mandi buat menyelesaikan panggilan alam. Kayla menggelengkan kepala. "Mau ngomong apa?" tanya Argan tiba-tiba. Kayla tersentak kaget. "Eh, gini...Kayla mau tanya..." "Mau tanya apa?" tanya Argan lagi. "Sebenarnya Kayla penasaran dengan boss kakak," ujar Kayla dengan cepat. "Boss kakak?" Argan tampak berfikir. Lalu ia mengangguk setelah mengetahui maksud dari pertanyaan Kayla tadi. "Boss kakak itu orang kaya, bisa saja dia menyewa uang banyak deni mencari kebenarannya. Namun, Bagaskara terlalu pintar dan licik." Argan menarik nafas sejenak kemudian melanjutkan perkataannya. "Siapa boss kakak itu tidak penting. Yang penting misimu harus berhasil." Kayla menghela nafas. Argan tidak mau menjawabnya dengan detail. Padahal ia begitu penasaran. Kenapa seperti teka-teki saja?  "Orangnya baik?" tanya Kayla lagi yang penasaran. Argan mengangguk. "Udah, kamu jalani saja apa yang ada saat ini. Kakak akan selalu bersamamu." Kayla tersenyum. Ia tidak sendirian. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN