Bab 4

1095 Kata
"Jatuh cinta itu sudah biasa, tetapi yang lebih terbiasa itu ketika mencintai tetapi hanya sakit yang didapatkan. Entah karena yang dicintai memilih cinta yang lain, atau hanya karena terlalu berharap pada yang tak pasti." ♡♡♡♡♡ Kayla memutuskan libur bekerja demi menuju rumah Kania. Ia akan kesana bersama Argan. Saat Argan menanyakan dirinya sedang apa, mau kemana, ia mengatakan semuanya. Argan pun memilih ikut karena membutuhkan informasi tersebut menyangkut profesinya yang sebagai wartawan itu. Hampir tiap hari Argan memang tidak pernah absen untuk menelfonnya, ia sampai hafal. Ia tidak merasa terganggu, karena itu salah satu bentuk perhatian yang Argan berikan untuknya sebagai seorang kakak. "Ini rumahnya?" tanya Argan memastikan. Kayla mengangguk. Desain interior rumahnya tampak berbeda dari apa yang pernah ia lihat di televisi. Namun, alamatnya sama. Argan memarkirkan motornya di halaman setelah satpam di rumah ini membukakan gerbang. Kayla menatap rumah mewah dihadapannya dengan kedua mata berbinar. Rumah yang menjadi impian siapa saja. "Assalamu'alaikum." Kayla berucap salam sambil mengetuk pintu. Dari gerbang menuju pintu utama rumah lumayan jaraknya. "Wa'alaikumussalam," ujar suara orang dari dalam rumah sambil membuka pintu utama rumah tersebut. "Mau mencari siapa, mbak, mas?" Argan menjawab, "Kania." "Silahkan masuk, mbak, mas masuk. Saya panggilkan nyonya Kania dulu." Kayla dan Argan masuk ke dalam rumah. Keduanya duduk berdampingan dengan jarak tentunya. Seperti saat keduanya naik motor bersama, ada tas Argan di tengah-tengah. Argan membuka isi tasnya, ia mengeluarkan kamera dan lain sebagainya. Suara langkah kaki dari lantai atas terdengar. Kania baru turun dari tangga dengan menggendong seorang bayi cantik. "Kayla," sapa Kania dengan senyuman lebar. Kayla tersenyum lebar. Lalu keduanya terlibat dengan obrolan. Argan juga meminta izin kepada Kania untuk merekam pembicaraan nanti. Kayla mengizinkan, karena pembicaraan penting nanti mengenai tulis menulis. Hendak memulai merekam, ada langkah kaki memasuki pintu utama rumah. Lelaki berperawakan tinggi tegap dengan wajah yang tampan menatap Kania dengan senyuman lebar. Lalu menatap Kayla dan Argan dengan wajah datar. "Mana Kahfi?" tanya Kania kepada Bian. "Kahfi minta ke rumah papa Richard," jawab Bian. Kania mengangguk. "Mandi sana!" Bian mengangguk, ia lalu mencium kening Kania dihadapan Kayla dan Argan. Kayla sontak langsung mengalihkan pandangan. Dasar, mesra-mesraan gak tahu tempat! Bukan Bian yang malu, tetapi Kayla dan Argan yang justru merasa malu melihat secara live. Kania mengerucutkan bibirnya merasa sebal. Ia juga merasa malu. Bian justru terkekeh sambil berjalan menuju lantai dua. "Maaf ya," ujar Kania merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, kak," jawab Kayla dengan senyuman tipis. "Aku salut sama kamu, kamu menginspirasi anak muda banget," ujar Kania saat ia bertanya mengenai kehidupan Kayla. Obrolan ringan yang begitu mengharukan. "Hehe, apa boleh kak kita mulai mengobrol mengenai tulis menulis?" tanya Kayla. "Ya Allah, sampai lupa," ujar Kania. Argan mulai melaksanakan tugasnya. "Membuat sebuah karangan n****+ itu tidak semudah yang kita bayangkan. Perlu riset, merangkai diksi supaya indah dibaca, lalu membaca ulang kembali apakah cerita kita ini ada yang typo atau ada yang masih janggal. Jika dibukukan, perlu layout, dan lain sebagainya." Kayla diam mendengarkan. Siapa tahu ia akan menjadi penulis terkenal seperti Kania. "Apa yang ada dalam pikiran kita, tulislah dengan segenap hati. Namun, tetap pertimbangkan isi dari cerita yang kita buat. Jangan asal-asalan, asal jadi begitu. Bukan seperti itu. Tulislah sesuatu yang bermanfaat buat orang lain, yang bisa dijadikan inspirasi buat orang lain. Itu point yang paling penting sebelum menulis." Kayla mengangguk lalu bertanya, "pertama kak Kania cari pembaca gimana?" Kania tersenyum tipis. "Cari pembaca memang sulit. Fokus saja menulis terus, nanti pembaca akan datang dengan sendirinya. Setiap penulis akan menemukan pembacanya." "Seperti yang saya katakan sebelumnya, dalam menulis hendaknya ada pembelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut. Ada sisi positifnya, hikmahnya yang bisa dijadikan pembelajaran untuk hidup yang lebih baik. Begitupula dalam membaca cerita, jangan hanya terlalu fokus dalam isi maupun jalan ceritanya saja, akan tetapi carilah hikmahnya, amanatnya, ilmu yang didapatkan juga dalam cerita yang telah kita baca." Kayla terkagum akan jawaban dari Kania. Pada point pentingnya, tulislah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. "Oh ya, kak. Apa n****+ pertama yang kakak buat itu adalah kisah nyata? Karena beberapa orang menganggap seperti itu." Kania terkekeh pelan. "Tidak, mana mungkin saya beberkan kisah rumah tangga saya ke banyak orang? Sama saja saya menyebarkan aib sendiri, bukan? Lebih baik saya simpan rapi saja, bagaimana kehidupan rumah tangga saya." "Iya, kak." Argan menghentikan kegiatannya, ia lalu fokus duduk mendengarkan. Sudah mendapatkan apa yang ia cari. Ia berharap ini bermanfaat bagi orang lain. "Sayang," panggil Bian kepada Kania. Tepat sekali, disaat inti pokok pembicaraan ini selesai, Bian datang lagi sambil memeluk Kania dari belakang. "Kamu ini, Mas. Ada orang lho," tegur Kania. Bian hanya diam saja, ia justru semakin mengeratkan pelukannya. "Pasangan yang romantis," batin Kayla berkata. Kania langsung saja menceramahi Bian. Hingga pada akhirnya Bian memutuskan untuk mengambil bayi cantiknya dari gendongan Kania. "Jangan dijahilin lho, Mas. Nanti nangis lagi," tegur Kania. "Iya, sayang." Kania menggelengkan kepala. Sedangkan, Bian kembali menuju lantai dua sambil menggendong bayi cantiknya. "Kayla, kamu mau tidak bekerja di perusahaan suami saya?" Kayla tergeragap mendengar perkataan Kania yang begitu mengejutkan itu. "Ba-bagaimana, kak?" Argan tersenyum lebar mendengarnya. Ini peluang bagi Kayla supaya hidupnya kebih terjamin lagi. Gajinya pasti lumayan jika bekerja di kantor. "Kalau kamu mau kerja di perusahaan suami saya, nanti coba saya tanyakan di bagian apa yang masih kosong," kata Kania. "Se-serius, kak?" tanya Kayla tidak percaya. "Iya, saya tanyakan nanti. Saya salud banget lho sama kamu. Saya yakin jika saya mengalami hal yang sama sepertimu pasti tidak akan kuat." "Terima kasih, kak," ujar Kayla terharu. "Padahal baru bertemu tetapi kakak sudah menawarkan pekerjaan kepada saya," ujar Kayla lagi. "Kayla, rezeki itu datangnya tidak terduga." Kayla mengangguk setuju. Argan semakin mengembangkan bibirnya. Ia berharap kehidupan Kayla lebih baik lagi. Namun, kemudian ia terdiam. Bagaimana dengan misi yang akan Kayla lakukan? Jika dalam waktu dekat pekerjaan Kayla dengan menjalankan misi bersamaan, pasti tidak akan bisa. "Saya lihat-lihat kalian ini cocok lho," ujar Kania. "Cocok gimana, kak?" tanya Kayla tidak mengerti. Kania tersenyum. "Cocok menjadi suami istri." Argan terkekeh pelan, "tidak, kak. Kayla sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri." "Kita tidak tahu jodoh, kadangkala yang dekat yang menemani kita selama ini yang ternyata jodoh kita. Kadangkala, yang satu sekolahan dan bahkan sekelas yang menjadi jodoh kita. Kita tidak bisa memperkirakan siapa jodoh kita memang. Tetapi, kalau sekiranya saling mencintai lebih baik segera menikah saja. Ya, asal siap saja, ya." Kayla memilih diam. Membiarkan Argan yang mengobrol dengan Kania. Ia merasa canggung dengan topik pernikahan ini. Dua puluh menit kemudian, Kania mengajak Kayla dan Argan untuk makan bersama. Bahkan, ada beberapa masakan dari Kania yang dihidangkan. Wanita itu memang sudah mempersiapkan jamuan dengan baik untuk tamunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN