Bab 5

1114 Kata
"Matematika, walaupun sulit aku tetap menikmatinya, tetapi soal cinta sulit kudapatkan pun aku memilih mundur saja." ♡♡♡♡♡ "Kamu sudah siap?" tanya Argan kepada Kayla. Kayla yang hanya memakai baju putih dan rok hitam pun mengangguk. Argan menatap Kayla dari atas ke bawah, lalu ia menggeleng. "Ganti pakaianmu sekarang. Kamu lebih cocok melamar kerja di kantor daripada jadi pembantu di rumah Pak Bagaskara." Kayla meringis melihat penampilannya sendiri. "Ganti pakaian yang biasa saja, atau kalau punya pakaian lama yang warnanya udah pudar kamu pakai saja. Supaya penyamaran kamu tidak dicurigai oleh Pak Bagaskara." Kayla mengangguk lalu masuk ke dalam kamar kosnya. Meninggalkan Argan di depan kosnya. Ah, Kayla baru sadar bahwa Argan memanggil Bagaskara dengan sebutan 'Pak' bukan Bagaskara saja seperti waktu itu. Mungkin Argan sadar bahwa dirinya tidak sopan memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan nama langsung. Hari-hari Kayla kedepannya pasti tidak akan baik. Banyak sekali rintangan yang pasti akan Kayla lewati. Argan hanya bisa memastikan keadaan Kayla dari jauh dan pastinya lewat telfon. Tak lama Kayla keluar, ia berganti pakaian sesuai saran dari Argan sendiri. "Bagus, nanti kakak tidak bisa antar kamu sampai depan rumahnya. Dan, nanti kamu lakukan dengan baik apa yang kakak katakan kemarin. Jangan sampai gugup." "Iya, kak." Kayla mengangguk. "Aku berharap kamu baik-baik saja disana, jaga diri dengan baik. Berhati-hatilah. Kakak akan selalu mendo'akanmu," ujar Argan. Kayla tersenyum tipis. "Terima kasih, kak." Argan mengangguk. "Ayo, kita mulai petualangan hari ini." Kayla mengangkat kedua jempolnya dan tersenyum lebar. Ia menguatkan dirinya sendiri supaya bisa melwatinya dengan baik. Sebelum naik ke motor, ia melihat kosnya untuk yang terakhir kalinya. Ia juga sudah memutuskan untuk keluar dari kos. Semoga keputusannya ini memang tepat. ******** Kayla berdiri dengan gugup di depan rumah mewah itu. Tampak asri dan sejuk di pandang mata. Kedua tangannya saling meremas, menguatkan diri bahwa ia bisa melaluinya. "Mbak cari siapa?" Kayla tersentak kaget. Sepontan ia memundurkan langkah kakinya. Ternyata satpam rumah ini. "Saya mau melamar kerja, pak," ujar Kayla berusaha tidak gugup. Satpam tersebut menilai penampilannya kemudian mengangguk. "Memang disini sedang mencari pembantu. Apa benar kamu ingin bekerja?" Kayla mengangguk cepat. "Ya sudah, silahkan masuk." Gerbang dibuka, Kayla masuk ke halaman rumah mewah itu. Kemudian diantarkan menuju halaman belakang, dimana dapur berada. Halaman belakang tampak indah dengan tanaman bunga dan pohon mangga. Ada ayunan juga yang talinya bergelantung di bawah pohon manggan yang tidak tinggi itu. Pemandangan yang benar-benar indah. "Kamu masuk saja, sudah ada yang menunggumu," ujar satpam tersebut. Kayla mengangguk. Ia sedari tadi hanya menunggu di dekat pintu dapur, sedangkan satpam tersebut masuk entah berbicara dengan siapa. Kayla tebak pasti pemilik rumah ini dan itu tandanya ia akan bertemu dengan Bagaskara. Ucapkan istighfar berkali-kali supaya ia sabar. Dengan langkah pelan Kayla masuk. Seorang wanita yang duduk di kursi roda menyambutnya dengan senyuman. "Kamu yang mau bekerja sebagai pembantu disini?" Kayla mengangguk. Ia menatap wanita itu yang sebenarnya cantik, hanya saja entah kenapa wanita itu duduk di kursi roda. Mungkin habis mengalami kecelakaan dan proses pemulihan. Ia juga tidak tahu menahu seluk beluk keluarga Bagaskara. Hanya skandal antara Laura dan Gio yang selalu ia dengar sampai dimana Bagaskara yang juga membuat keduanya hancur bersamaan. "Silahkan duduk," titah wanita itu sambil menunjuk ruang makan. Kayla mengangguk, ia berinisiatif membantu wanita itu mendorong kursi rodanya. "Terima kasih." Kayla mengangguk. "Saya Cahaya," ujar wanita itu memperkenalkan diri. "Aku Kayla." "Kelihatannya kamu masih muda banget, apa benar kamu mau kerja disini?" Kayla mengangguk cepat. "Kebetulan pembantu lama kita memutuskan berhenti bekerja, saya bisa menerima kamu namun kamu terlalu muda." "Saya bisa mengerjakan apapun kok, Bu. Bisa memasak, membersihkan rumah, menyapu, dan ... " Cahaya, wanita itu menghentikan perkataan Kayla. "Saya pikir-pikir dulu ya, siapa tahu masih ada yang mau melamar kerja disini lagi." Kayla menghela nafas gusar. Bagaimana ini? Ia harus melakukan apa supaya wanita itu mau menerimanya bekerja disini. Jika orang lain yang akan diterima, pupus sudah harapannya hutang akan segera lunas. Ia akan kembali hidup terlunta-lunta lagi. "Baik, Bu," jawab Kayla dengan cepat. Ia fikir ini akan menjadi mudah. Ternyata memang disetting seakan-akan ia memang sedang melamar menjadi pembantu di rumah ini, bukan langsung diterima lalu ia sudah dapat bekerja disini. Kalau begitu, salah jika dirinya sudah memutuskan untuk keluar kos. Nanti malam ia akan tidur dimana? "Bu, bagaimana jika saya mulai bekerja hari ini? Ah, maksudnya bagaimana jika saya mengerjakan apapun disini, seperti menyapu, mencuci piring. Nanti Bu Cahaya bisa melihat cara saya bekerja bagaimana." Kayla mencoba bernegoisasi supaya ia bisa tinggal disini malam ini. Huh, kenapa Argan tidak bilang jika ia tidak akan langsung diterima? Ia fikir Argan meminta orang untuk membawanya kesini supaya seakan ia memang sudsh dipilihan oleh orang tersebut. Orang penyedia jasa bantu-bantu. Ah, ternyata tidak seperti apa yang ia fikirkan. Cahaya tampak berfikir. Lalu kedua matanya memandang sekeliling dapur yang tampak bersih karena memang baru ia bersihkan tadi. "Besok saja, ya!" Keputusan Cahaya sudah bulat. Kayla mendesah kecewa. Ia menunduk sedih dengan jari-jari tangannya saling bertautan. "Kenapa?" tanya Cahaya sambil menatap Kayla yang begitu sedih. "Saya fikir langsung diterima kerja disini, Bu. Kerja saya serabutan, saya sudah keluar dari kos. Jika saya tidak bekerja hari ini, saya akan tinggal dimana?" "Kamu bisa pulang ke rumah kedua orang tua," balas Cahaya dengan santai. Kayla menggelengkan kepala pelan. "Saya hanya tinggal sendiri. Apa bisa saya kerja mulai hari ini, Bu?" tanya Kayla penuh harap. Cahaya terdiam. Tiba-tiba ia teringat akan almarhumah kakak satu-satunya yang bernama Laura. Wanita itu hidup sendirian bertahun-tahun dan jauh dari keluarga demi mengejar masa depan. Namun, justru masalah selalu menimpanya. Kehidupan yang dijalaninya tidak mudah. Cahaya menghela nafas, kemudian berkata, "baiklah, kamu bisa bekerja besok pagi. Hari ini kamu boleh tinggal disini." Kayla mengerjapkan kedua matanya. "Beneran, Bu?" Cahaya mengangguk. "Alhamdulillah, terima kasih." Kayla tersenyum lebar, ia bahagia. Apa yang dikatakannya memang kebenaran, walaupun ini suatu kebetulan yang indah untuknya demi meloloskan tujuannya datang kesini. "Saya antar kamu ke kamarmu," ujar Cahaya. Lagi-lagi Kayla membantu mendorong kursi roda Cahaya. Sampai langkahnya terhenti di sebuah kamar kecil, namun lebih bagus dari kamar kos lamanya dulu. "Ini kamarmu, besok pagi kamu mulai kerja. Yang rajin, ya!" "Iya, Bu." Cahaya lalu pergi meninggalkan Kayla sendirian. Kayla mulai menatap baju yang ia bawa ke dalam lemari di pojok sebelah kanan ruangan yang ada di dalam kamar barunya ini. Huh, besok ia mulai bekerja di rumah mewah ini. Ia berdo'a semoga dirinya dilancarkan urusannya. Walau besok ia mulai bekerja, namun nanti ia memutuskan membantu Cahaya sambil menunjukkan bahwa ia bisa melakukan pekerjaan rumah  dengan baik. Lagipula, nanti ia juga harus keluar mencari makan siang dan malam pastinya. Jika biasanya ia bangun pagi untuk membuat kue dan dititipkan ke rumah Bu Naili, kini dirinya bangun pagi untuk memasakkan makanan seluruh anggota keluarga ini. Kayla tersenyum penuh semangat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN