Bab 6

1145 Kata
“Add, kata Papa. Kapan keluarga kamu mau ke rumah?” tanya Kiandra. Wanita itu dengan tenang memeluk tubuh Adrian, wajahnya ia sandarkan pada d**a bidang Adrian yang polos. Adrian yang tengah mengusap halus punggung Kiandra seketika berhenti. Ucapan Kiandra tiba-tiba mengingatkannya, ia benar-benar lupa untuk membicarakan masalah pernikahannya dengan Kiandra. Entah kenapa belakangan ini ia melupakan tentang rencana pernikahannya. “Hmm..” “Kamu pasti lupa kan, Add?” selidik Kiandra yang kini terduduk, memandang tajam tunangannya. “Add, kok kamu malah ngelamun sih!” dengus Kiandra kesal, ceweknya yang kesal karena sedari tadi diacuhkan oleh tunangannya itu dengan berani menduduki perut polos Adrian membuat pria itu seketika kaget akan tindakan Kiandra yang tiba-tiba. “Round two?” tanya Kiandra dengan s*****l. Adrian menyeringai melihat wajah Kiandra yang sudah terbakar oleh gairahnya sendiri. Pria itu langsung melumat bibir Kiandra dengan kasar, tidak lupa dengan tangannya yang menjelajahi tubuh Kiandra yang membuat Kiandra mengerang. “Add, kenapa berhenti sih?” Kiandra merajuk, kesal karena Adrian masih diam memandangnya saja. “Tamu bulananmu datang,” ucap Adrian sedikit muram. Ia benar-benar kesal. Bagaimana mungkin ketika dirinya akan memulai, tunangannya itu malah datang bulan. Rasa hausnya seketika padam, tanpa memperdulikan Kiandra yang masih kaget. Pria itu mengambil kaus putih bersih dan boxer di dalam lemarinya. Setelah ia memakai pakaiannya, tanpa memperdulikan keadaan Kiandra yang masih terbaring di ranjangnya, Adrian pergi begitu saja meninggalkan kamarnya. “Sialan, kenapa gue dapet sekarang sih. Rutuk Kiandra, ia benar-benar kesal mendapati dirinya sedang datang bulan di waktu yang tidak tepat. Dengan kesal Kiandra menutupi tubuh polosnya dengan selimut putih milik Adrian. Ia menutupi tubuh atasnya yang penuh dengan tanda yang dibuat oleh Adrian. Kiandra lalu mengambil pembalut dan dalaman bersih yang terdapat pada almari milik Adrian yang terletak paling bawah. Kemudian ia berjalan sambil tertatih-tatih menuju kamar mandi. *** “Jangan lupa, selimut dan sepreinya kamu ganti,” tegur Adrian yang kini mereka berdua sedang berada di meja makan. Adrian menyesap teh hijaunya dengan tenang. Bagi kebanyakan pria, mungkin lebih menyukai kopi, tapi Adrian justru tidak menyukainya. Entah kenapa, ia dari remaja tidak menyukainya rasanya yang pahit dan kesat tidak cocok dengan lidahnya. Ia lebih memilih teh hijau sebagai minuman favoritnya. Dan lagi, jangan lupakan sarapan Adrian. Tidak seperti kebanyakan pria-pria dewasa pada umumnya, yang akan sarapan dengan roti saja, Adrian tidak bisa memakan seperti itu. Dirinya terlahir dari Indonesia. Meskipun ayahnya dari Jerman, tapi tetap saja perutnya berasal dari Indonesia, yang pada umumnya tidak akan pernah kenyang sebelum memakan nasi. Adrian menyudahi sarapannya. Kali ini ia hanya memakan nasi dengan telur dan sosis. Yah, meskipun rasanya hambar, ia tetap memakan masakan yang dibuatkan oleh tunangannya itu, dirinya harus menghargai bukan?. Adrian melirik piring Kiandra yang masih penuh dengan makananya yang diisi oleh salad sayuran. “Iya, nanti aku yang laundry,” balas Kiandra datar, Adrian hanya mengangguk. “Apa kamu kenyang, sarapan hanya dengan itu saja?” tanya Adrian begitu telah selesai menghabiskan sarapannya. “Kenyang dong, kalau aku jam segini makan nasi kayak kamu. Bisa-bisa berat badan aku naik,” Adrian menghela napasnya dengan keras. “Aku udah bilang berapa kali, kalau aku terima kamu itu apa adanya Kian! Aku justru enggak suka sama perempuan yang kurus kerempeng,” desisnya sinis, ia benar-benar tidak percaya dengan perempuan yang menyiksa tubuhnya sendiri, dengan memforsir makanan, dan tidak memakan makanan yang mereka sukai karena makanan tersebut mengandung banyak minyak. Hell... dirinya lebih suka melihat wanita yang bisa menikmati makanannya tanpa perlu memikirkan berat badannya. “Itu kan kamu, Add. Kamu tahu kan, rencana pernikahan kita tahun depan? Dan aku juga masih menjadi seorang model majalah. Lagipula aku enggak mau nanti pas aku pakai kebaya itu, malah kelihatan gemuk,” kali ini Kiandra meninggikan suaranya membuat Adrian menutup matanya beberapa saat. Mungkin benar yang diucapkan keluarganya, kalau ketika akan menikah pasti selalu ada permasalahan kecil yang akan menimpanya. Dan terkadang kedua orang tuanya itu juga selalu menyarankan untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan untuk menikah. Meskipun dirinya dan Kiandra sudah merencanakan pernikahannya tahun depan, kedua orang tuanya itu bukan tidak merestui dirinya bila bersanding dengan Kiandra, bukan karena itu. Hanya saja kedua orang tuanya itu ingin dirinya benar-benar menikah tanpa paksaan dari pihak mana pun, karena jujur saja dirinya belum siap untuk menikah dalam waktu dekat ini. Kedua orang tua Kiandra menyuruhnya untuk secepatnya menikah, agar mereka tidak kecolongan. Karena baik keluarga Kiandra maupun keluarganya sudah tahu betul kalau mereka sering sekali melakukan hubungan intim. Maka dari itulah, keluarga Kiandra menyuruhnya untuk cepat-cepat menikah. Lagipula ada baiknya juga jika dirinya segera menikahi Kiandra, karena selama dirinya berhubungan intim dengan Kiandra, dirinya selalu memakai pengaman. Dan itu benar-benar tidak disukainya sama sekali. Adrian mengelus pipi tirus Kiandra dengan sayang, “baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi. Asal kamu sehat dan senang, aku akan menyetujuinya,” balas Adrian dengan lembut, membuat mau tak mau Kiandra tersenyum. *** Andara tersenyum begitu melihat Adrian yang baru keluar dari dalam mobil hitamnya. Cewek itu berjalan menghampirinya, untung saja dirinya tidak melihat ekor Adrian. “Pagi, Pak Adrian,” sapanya dengan sedikit menggoda. Adrian menatap tampilan murid nakalnya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kembali menghela napas. “Hn, ganti seragam-mu saya tidak suka melihat murid lain mencontoh kamu, apa kamu tidak malu memakai seragam seperti itu terus?!" Omel Adrian dingin. Tanpa mengindahkan ucapan Adrian, Andara menyodorkan kotak bekalnya yang berwarna biru. Adrian mengangkat alis kanannya bingung, melihat kotak bekal Andara yang disodorkan kepadanya. “Apa?” tanya Adrian ketus namun tidak mengurangi rasa penasarannya. “Buat Pak Adrian,” ujarnya seraya mengambil tangan Adrian untuk memegang kotak bekalnya. “Itu makanan buat Bapak, aku buatkan spesial loh Pak,” Andara mengedipkan sebelah matanya genit. Adrian seketika menyipitkan matanya menatap Andara. “Spesial? Kamu tidak mencampuri makanan ini dengan aneh-aneh kan?” tuduhnya masih dengan mata menyipit. Andara yang awalnya kaget akan tuduhan Adrian, seketika mengulas senyuman. Andara seketika berjinjit lalu berbisik di telinga pria itu, membuat sesuatu ditubuh Adrian berdesir. “Tanpa memberi obat aneh-aneh aja Bapak bakal kepincut saya." sahutnya dengan percaya diri, cewek itu lalu meniupkan udara pada leher Adrian. Membuat Adrian menggeram kesal, keadaan lapangan parkir yang masih sepi membuat mereka bisa dengan bebas mengobrol. Well, mungkin bukan mengobrol biasa. Karena detik berikutnya, Adrian memeluk pinggang Andara dengan menampilkan seringai pada wajahnya. Andara yang awalnya hanya berniat menggoda Adrian, seketika merasa was-was mendapati tubuhnya begitu rapat dengan tubuh Adrian. Andrian menundukkan wajahnya agar bisa melihat dengan jelas mata indah Andara. Masih dengan seringainya Adrian berujar nyaris berbisik. “Apa ini yang kamu mau? Kamu selalu menggoda saya, ingat saya ini laki-laki. Jika kamu terus-terusan menggoda saya, kamu harus terima akibatnya,” dan setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Adrian langsung melumat bibir tipis Andara membuat cewek itu yang tidak siap melotot seketika karena terkejut. Adrian terkejut begitu merasakan bibir manis Andara. Bibir manis Andara benar-benar membuat dirinya melupakan tunangannya yang bisa saja memergoki mereka berdua. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN