Andara memasuki barisan dengan hati-hati. Kali ini ia terlambat lagi. Bukan karena Channing Tatum atau perut kotak-kotak yang dimiliki Nick Bateman. Bukan karena itu, melainkan karena Adrian. Ia benar-benar tidak bisa tidur semalaman, karena terus menerus mengingat ciumannya dengan Adrian.
Dia merasa bahagia akhirnya bisa berciuman dengan Adrian. Ah, dia benar-benar menyukai guru tampannya itu.
“Kamu melamun, heh? Baris di depan, Andara!” bentak Adrian begitu melihat Andara yang berbaris di barisan paling belakang. Andara yang merasakan aura aneh yang keluar dari tubuh Adrian hanya menurut saja.
Sepuluh menit berlalu, barisan kelas 10 dan 11 sudah dibubarkan. Kini tinggalah kelas 12 yang masih berbaris, termasuk kelas Andara.
Adrian menyipitkan matanya begitu melihat Andara.
“Kenapa tidak memakai dasi? Dan, atributmu ke mana Andara? Kenapa seragammu tidak beratribut?” Andara bingung dengan sikap dingin Adrian. Dia pikir kejadian kemarin akan mengubah sifat Adrian kepadanya. Namun ternyata pria itu tetap saja dingin kepadanya.
“Eng, anu Pak, seragam saya baru. Dan belum saya pasangkan atribut.”
“Itu bukan alasan Andara. Saya bosan harus membawa kamu ke ruangan saya untuk diberi hukuman. Sekali saja kamu bersikap seperti teman-teman kamu yang lain, bisa kamu?”
“Kalau bosan, bawa ke KUA aja, Pak, biar sah,” celetuk Aqnes yang persis di belakang tubuh Andara. Adrian menatap dingin Aqnes membuat muridnya itu seketika menunduk.
“Enggak, Pak. Saya enggak mau disamakan sama mereka. Emang Bapak mau, pacar Bapak disamakan sama pacar orang lain? Enggak kan, makanya saya juga enggak mau,” tandasnya cepat, Adrian menatap murid nakalnya itu dengan tidak percaya. Bisa-bisanya ia berkata tidak pantas kepadanya. Diam-diam ia melirik murid-muridnya yang lain yang sedang mengulum senyum.
Andara benar-benar telah mempermalukan dirinya. Tatapannya kini ia fokuskan pada Andara. Tiba-tiba ia tersenyum samar, sebuah seringai licik menghiasi wajah tampannya.
“Temui saya di ruangan, sehabis jam pelajaran selesai,” desis Adrian dingin lalu membubarkan barisannya.
“Halah, katanya bosen, tapi tetep aja ngajakin ke ruangannya, dasar tsundere" decak Aqnes sebal.
“Saya dengar ucapan kamu, Aqnes,” ucap Adrian dingin di belakang tubuh Aqnes. Cewek itu tersenyum kaku, melihat tampang Adrian yang memandangnya datar.
“Maaf, Pak,” cicitnya lalu menarik kedua sahabatnya itu agar segera pergi meninggalkan lapangan. Sambil tangannya ditarik oleh Aqnes, Andara memalingkan wajahnya ke belakang. Cewek itu mengedipkan salah satu matanya menggoda, membuat Adrian seketika menggeleng.
***
“Ah sial! si Grey, sumpah seksi,” seru Aqnes heboh, begitu mereka menononton film yang sedang ramai dibicarakan.
Yeah, mereka bertiga kini sedang berada di rumah Andara. Lebih tepatnya mereka berada di kamar cewek itu. Mereka kini sedang menonton film yang sedang booming di kalangan anak muda kelebihan hormon: Fifty Shades of Darker. Sebenarnya Andara sudah bosan untuk menonton film tersebut. Karena begitu film tersebut tayang, Andara langsung mendownloadnya. Berbeda dengan kedua temannya itu, mereka baru bisa menonton.
Dan seperti inilah, Aqnes dan Gadis begitu heboh melihat adegan setiap adegan yang di dalam film tersebut. Sedangkan dirinya, asyik dengan ponsel pintarnya.
Andara Orlin
Selamat malam, Bapak tampan
Andara tersenyum begitu melihat isi pesan yang ia kirimkan. Jangan tanya dari mana dirinya mempunyai nomor ponsel Adrian. Tanpa dirinya bersusah payah pun, dirinya sudah mendapatkan nomor tersebut.
Adrian Reymond
Ini siapa?
Andara berdecak kesal begitu mendapati balasan dari Adrian. Andara kemudian membalas kembali pesan Adrian.
Andara Orlin
Jahat banget sih, Pak Adrian, enggak tahu nomor ponsel saya. Padahal saya murid Bapak Adrian yang paling cantik dan seksi
Adrian Reymond
Oh kamu, Andara. Dari mana kamu dapat nomor ponsel saya?.
Andara Orlin
Cieee Pak Adrian kepo