Bab. 14. Pagi Pertama Di Singapura.

1528 Kata

Mata sembab Kiara sedikit melotot, menyadari akan kecerobohan bicaranya. "Maksud aku, kalau Abang enggak usil terus sama Kakak, mungkin dia enggak akan ambil pekerjaan itu," jawab Kiara setenang mungkin. Agar Kalvian tidak memyadari, jika semua jawabannya adalah kebohongan semata. Lelaki tampan yang masih lengkap menggunakan jaket levis warna biru itu, mulai beranjak dari kasur adiknya. "Jangan nangis lagi, Abang mau tidur, karena besok enggak ada Mama buat bangunin kerja," pamit Kalvian mulai meninggalkan kamar adiknya. Setelah keluar dari kamar Kiara, Kalvian menoleh ke sisi kirinya, di mana kamar Senja berada. Dia melangkah mendekat, memegang handel pintu seolah ingin membukanya. Namun, Kalvian ragu, akhirnya dia tak membuka kamar adik angkatnya, akhirnya, Kalvian memilih kembali ke

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN